Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, dikabarkan meninggal dunia. Beberapa hari belakangan pun ramai soal isu kesehatan Kim Jong Un yang disebut kritis hingga koma.
Beragam spekulasi terkait kondisi kesehatan Kim Jong Un muncul seiring dengan ketidakmunculannya di depan umum selama 2 minggu sejak 11 April lalu. Wartawan China, Shijian Xingzou, mengatakan kabar meninggalnya Kim Jong Un berasal dari 'sumber yang valid'.
Ia diketahui merupakan keponakan dari salah satu menteri di Korea Utara. Secara terpisah media Jepang mengklaim Kim tidak sadarkan diri usai menjalani operasi jantung.
Surat kabar Shukan Gendai menyebut Kim Jong Un pingsan saat mengunjungi pedesaan dan langsung dibawa ke rumah sakit. Namun kondisinya parah karena prosedur yang tertunda.
Klaim lain dari Beijing disebutkan sang ahli bedah ketakutan saat melakukan perawatan Kim Jong Un hingga tangannya terus bergetar saat melakukan sesi operasi jantungnya.
Mengutip The Sun, China pun dilaporkan mengirim tim medis spesialis untuk membantu perawatan pemimpin pada hari Kamis lalu. Delegasi itu diperkirakan dipimpin oleh seorang anggota senior dari Departemen Penghubung Internasional Partai Komunis China, sebuah agen yang bertugas melakukan hubungan dengan negara dan kelompok di luar China.
Seorang pejabat yang akrab dengan intelijen AS mengatakan bahwa Kim diketahui memiliki masalah kesehatan, tetapi mereka tidak punya alasan untuk menyimpulkan bahwa dia sakit parah, atau akhirnya tidak mampu muncul kembali di depan umum. Sebelumnya, Presiden Trump, yang bertemu Kim pada 2018 lalu juga berupaya menepis laporan dugaan kesehatannya yang memburuk.
"Saya pikir laporan itu tidak benar," katanya kepada wartawan, meskipun ia menolak mengatakan apakah ia telah menghubungi pejabat Korea Utara.
WHO Sebut Ada Kemungkinan Pasien Sembuh Corona Alami Infeksi Kedua
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa orang yang sembuh dari COVID-19 belum tentu kebal dengan antibodi mereka dari infeksi virus Corona.
"Belum ada bukti bahwa orang yang pernah mengidap COVID-19 tidak akan mendapatkan infeksi kedua," kata WHO dalam laporan ilmiah dan ditulis detikcom, Minggu (26/4/2020).
World Health Organization (WHO)
✔
@WHO
Earlier today we tweeted about a new WHO scientific brief on "immunity passports". The thread caused some concern & we would like to clarify:
We expect that most people who are infected with #COVID19 will develop an antibody response that will provide some level of protection.
Lihat gambar di Twitter
1.946
04.30 - 26 Apr 2020
Info dan privasi Iklan Twitter
1.544 orang memperbincangkan tentang ini
Ini menjadi peringatan kepada beberapa negara yang sedang mempertimbangkan mengeluarkan 'paspor imunitas' atau 'sertifikat bebas risiko' yang memungkinkan pasien sembuh untuk bepergian atau kembali bekerja dengan asumsi mereka terlindungi dari infeksi kedua.
"Pada titik pandemi ini, tidak ada cukup bukti tentang efektivitas kekebalan dari antibodi untuk menjamin keakuratan 'paspor imunitas' atau 'sertifikat bebas risiko,'" kata WHO.
Sebagian besar studi memang menunjukkan bahwa orang yang telah pulih dari infeksi memiliki antibodi terhadap virus. Namun, beberapa dari pasien tersebut memiliki tingkat antibodi yang sangat rendah dalam darah mereka yang menunjukkan bahwa kekebalan tubuh juga penting untuk pemulihan.
Saat ini WHO tengah bekerja dengan para peneliti di seluruh dunia untuk lebih paham mengenai respons tubuh pada infeksi COVID-19 dan apakah benar respons antibodi dapat mencegah infeksi baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar