Selasa, 21 April 2020

ITB Ciptakan Bilik Sterilisasi Agar Masker Bisa Dipakai Ulang

Saat ini jumlah pasien COVID-19 masih terus bertambah, kebutuhan masker N-95 pun semakin meningkat bagi tenaga kesehatan di rumah sakit ataupun di puskesmas. Apalagi ketersediaan masker N95 bagi tenaga kesehatan semakin sedikit.
Untuk itu, Tim Laboratorium Energi Terbarukan, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan Kabin Sterilisasi untuk masker N-95. Kabin Sterilisasi tersebut diharapkan mampu menyeterilkan masker N95 yang telah digunakan oleh tenaga medis.

"Alat tersebut memiliki spesifikasi yang menggunakan teknologi ionisasi udara, penurun kelembapan udara, rak sterilisasi masker N-95, dengan dimensi kabin 1x1x2 m3," Kata Ketua Laboratorium ITB, Dr. Yuli Setyo Indartono seperti yang dihimpun detikcom, Senin (20/4/2020).

Lebih lanjut, pihaknya mengatakan pembuatan Kabin sterilisasi ini dibuat agar masker N95 dapat digunakan kembali. Sesuai dengan rekomendasi Kementrian Kesehatan (Kemenkes) sterilisasi masker bisa dilakukan dengan beberapa cara.

Pertama, dia mengatakan, disimpan di kantong kertas dan dibiarkan selama 3 sampai 4 hari dengan prinsip kalau ada virus akan rusak karena tidak ada media untuk berkembang biak. Rekomendasi kedua bisa dipanaskan sampai 70 derajat celcius di dalam oven, dan ketiga diberi uap panas.

Yuli menambahkan metode yang tidak direkomendasikan untuk sterilisasi masker ialah dengan menggunakan sinar UV karena bisa merusak lapisan masker N95 tersebut.

"Dari berbagai cara tersebut, saya melihat perlu ada metode sterilisasi berbasis pengujian yang bisa menghancurkan bakteri dan virus, namun tidak menimbulkan kerusakan pada masker N95. Maka kami tidak menggunakan sinar UV, dan tidak menggunakan pemanasan karena khawatir menyebabkan penurunan kualitas masker N95," ujar Dr. Yuli.

Selama proses sterilisasi, dia menyebut menggunakan suhu ruangan (kamar) agar kualitas masker tidak berkurang.

"Maka kami menggunakan ionisasi udara. Dari berbagai penelitian ilmiah, ion negatif bisa merusak struktur bakteri dan virus. Kami juga menggunakan dehumidifier untuk menurunkan kelembapan udara. Jika kelembapan udara rendah, maka udara akan menyerap air dari masker. Tidak perlu memanaskan masker, jelasnya.

Selain Dr. Yuli, tim yang intensif terlibat dalam pembuatan Kabin Sterilisasi masker N-95 diantaranya Andhita Mustikaningtyas, ST., Musfirin, ST., MT., (Horizon Teknologi), Mukhlis Ali, ST., M.T., (alumni FTMD ITB yang bekerja di Universitas Nusa Putra) dan Taufik Rahman (mahasiswa bimbingan Mukhlis Ali, ST., MT di Universitas Nusa Putra).

Pihaknya mengatakan, kabin sterilisasi ini dibuat dengan kedap udara. Tiga komponen utama meliputi alat penghasil ion udara, kipas kecil, dan alat penurun kelembapan udara.

"Kabin tersebut juga dipasang timer untuk mengatur waktu sterilisasi. Pada spesifikasi alat, selain menghasilkan ion, alat tersebut juga menghasilkan hidrogen peroksida." Tambahnya.

Sedikitnya, proses sterilisasi masker N95 ini membutuhkan waktu sekitar dua jam. Kemampuan alat ini mendekontaminasi bakteri telah diuji di Laboratorium Mikrobiologi di Sekolah Farmasi ITB oleh Prof Marlia Singgih Wibowo dan Prof. Pingkan Aditiawati di SITH ITB.

"Hasil pengujian menunjukkan bahwa kabin ini mampu mendekontaminasi koloni bakteri Staphylococcus aureus dan E.coli pada permukaan kasa sebanyak 90 persen selama 90 menit," imbuhnya.

Saat ini, kabin sterilisasi masker N95 diserahkan kepada Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) untuk pengujian lebih lanjut. Alat tersebut akan dipasang dan diuji coba secara langsung.

Selain RSHS, Yuli menyampaikan masih ada delapan rumah sakit lain yang juga telah meminta dikirim Kabin Sterilisasi. Dia berharap dengan alat tersebut dapat membantu mempercepat proses sterilisasi masker N-95.

Tidak hanya masker, alat tersebut juga bisa menyeterilkan berbagai APD yang reusable. Namun desain saat ini dirancang untuk masker N-95. "Mudah-mudahan kabin ini mampu meningkatkan metode sterilisasi masker N95 yang selama ini dilakukan di RS," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar