Jumat, 24 April 2020

Kebijakan Sholat Tarawih di Berbagai Negara Saat Pandemi Corona

 Sholat tarawih berjamaah di bulan Ramadhan jadi hal yang biasa bagi umat muslim. Hanya saja kali ini ada yang berbeda yaitu ancaman virus Corona COVID-19.
Untuk menghadapi itu beberapa negara diketahui sudah menyiapkan kebijakan-kebijakan agar ibadah seperti sholat tarawih bisa disesuaikan oleh umat muslim di tengah pandemi Corona. Apa saja contoh kebijakan tersebut? Berikut rangkuman detikcom dari berbagai sumber:

1. Arab Saudi dan Mesir
Arab Saudi, Mesir, dan beberapa negara Timur Tengah lain meniadakan aktivitas sholat tarawih berjamaah di mesjid. Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah menangguhkan ibadah yang melibatkan orang banyak selama Ramadhan 2020 untuk masyarakat umum.

Ibadah ini meliputi sholat wajib lima kali sehari, sholat tarawih, dan buka puasa yang dilakukan bersama-sama. Dua masjid suci ini juga menangguhkan i'tikaf yang dilakukan dengan berdiam diri di masjid selama Ramadhan.

Aturan ini diumumkan kepala urusan umum dua masjid suci Sheikh Abdul Rahman Al-Sudais melalui Twitter. Penerapan aturan ini adalah bentuk pencegahan penyebaran COVID-19 demi menjaga kesehatan jamaah dan pengunjung masjid.

2. Pakistan
Pakistan masih membolehkan warga sholat tarawih di mesjid dengan syarat tertentu. Dikutip dari Al Jazeera, saf jemaah yang sholat tarawih harus berjarak minimal dua meter dan harus membawa sajadah sendiri dari rumah.

3. Inggris
Mesjid-mesjid di Inggris yang biasanya mengadakan sholat tarawih berjamaah dilaporkan akan melakukan aktivitas yang memanfaatkan teknologi internat. Misalnya streaming ceramah dan baca Al Qur'an online.

4. Indonesia
Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa terkait panduan ibadah Ramadhan selama masih ada pandemi Corona COVID-19. Beberapa daerah yang dianggap relatif aman terhadap risiko penyebaran virus atau zona hijau masih dibolehkan mengadakan sholat tarawih berjamaah di mesjid.

Bagi yang masuk zona merah dan kuning, dilarang melaksanakan salat di masjid atau musala.

Menlu AS Tuduh China Sudah Tahu Soal Virus Corona pada November 2019

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo menuduh bahwa China mungkin telah mengetahui soal virus Corona pada November 2019. Pompeo pun kembali mengulang tuduhannya bahwa Beijing tidak transparan.
Pompeo menduga virus mematikan itu telah ditemukan sejak November. Namun China baru membukanya pada Desember 2019.

"Anda akan ingat bahwa kasus-kasus pertama ini diketahui oleh pemerintah China mungkin paling cepat November, tetapi sudah pasti pada pertengahan Desember," ujar Pompeo seperti dilansir AFP, Jumat (24/4/2020).

"Mereka lamban mengidentifikasi ini untuk siapapun di dunia, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO -red)," kata Menlu AS itu dalam wawancara dengan penyiar radio Larry O'Connor.

Pompeo mengatakan bahwa pemerintah AS masih menginginkan informasi lebih banyak dari China, termasuk mengenai sampe asli dari virus SARS-CoV-2 yang terdeteksi di kota Wuhan, tempat pertama kalinya virus ini ditemukan.

"Masalah transparansi ini penting bukan hanya sebagai masalah historis untuk memahami apa yang terjadi pada bulan November dan Desember dan Januari, tetapi juga penting hingga hari ini," tandas Menlu AS itu.

"Ini masih berdampak pada banyak kehidupan di sini di Amerika Serikat dan, terus terang, di seluruh dunia," imbuh Pompeo.

Pemerintah China awalnya menjaga ketat informasi mengenai virus Corona dan menahan mereka yang melaporkan kasus tersebut. Pengakuan resmi pertama disampaikan pada 31 Desember 2019 ketika otoritas di Wuhan melaporkan adanya kasus-kasus pneumonia misterius.

Menurut Michael Ryan, direktur darurat di WHO, badan kesehatan PBB itu pertama kali menyebut soal peristiwa di Wuhan pada 4 Januari via Twitter dan memberikan informasi detail keesokan harinya kepada semua negara anggota WHO.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar