Jumat, 24 April 2020

5 Fakta Ekshibisionisme, Perilaku Suka Buka-bukaan yang Meresahkan

Belum lama ini viral video 3 siswi SMA yang membuka pakaian dalamnya saat melangsungkan live di Instagram (IG). Namun perilaku remaja tersebut tidak serta merta bisa dikatakan gangguan ekshibisionisme.
Dikutip dari Psychologytoday.com, ekshibisionisme dianggap sebagai gangguan paraphilic yang mengacu pada pola rangsangan seksual atipikal persisten dan intens disertai gangguan klinis yang signifikan.

Dirangkum detikcom, berikut 5 fakta ekshibisionisme yang kamu perlu tahu.

1. Bukan sekadar 'telanjang' di depan umum
Seksolog Dr Justin J. Lehmiller penulis buku "The Psychology of Human Sexuality" menuturkan karakter utama ekshibisionisme adalah dorongan kuat untuk menunjukkan kelamin ke orang lain yang tidak menduganya. Biasanya terjadi di tempat umum dengan rute kabur yang mudah.

"Tujuan utama adalah untuk menimbulkan reaksi kaget dari korban, yang bagi seorang eksibisionis bisa merangsang birahi," kata Dr Justin dalam blog pribadinya.

Karenanya, mereka yang dalam pengaruh obat-obatan atau mabuk tidak menjadi tanda ekshibisionisme karena tidak adanya motif atau dorongan seksual tertentu.

2. Termasuk gangguan jiwa?
Menurut para ahli, meski ekshibisionisme adalah penyimpangan seksual yang dilatarbelakangi fantasi dan dorongan seksual yang kuat, pelaku belum bisa langsung disebut mengalami gangguan jiwa.

Psikolog mengatakan butuh pemeriksaan lanjutan untuk memastikan apakah aksi yang dilakukan pelaku termasuk gangguan kejiwaan. Yang pasti, perilaku ini sangat tidak wajar dan meresahkan.

3. Perempuan juga bisa jadi pelaku
Memang seringkali pelaku ekshibisionisme adalah pria namun tidak menutup kemungkinan para wanita tak pernah melakukan hal yang sama. Psikiater Dadang Hawari menuturkan seorang wanita pun bisa memamerkan tubuhnya dengan cara-cara yang mengganggu.

"Pertunjukan erotis yang dilakukan perempuan sehingga merangsang lawan jenisnya, itu termasuk eksibisionis. Itu eksibisionis komersil," kata Dadang.

4. Memiliki beberapa subtipe
Gangguan eksibisionisme dikategorikan menjadi beberapa subtipe berdasarkan sasarannya. Apakah pelaku lebih suka mengekspos dirinya kepada anak-anak praremaja, orang dewasa, atau keduanya.

Menurut psikolog Kasandra Putranto, aksi ekshibisionisme merupakan kelainan yang ditandai dengan dorongan fantasi atau tindakan mengekspos alat kelamin pada orang lain.

"Kalau yang ini saya rasa bukan, tidak mengarah kepada eksibisionisme. Kalau eksibisionisme itu dia pasti mau memamerkan alat kelaminnya. Biasanya dia pakai semacam jaket, terus nanti dibuka dan dia biasanya mau melihat reaksi orang, kalau kemarin itu nggak begitu kalau saya lihat," kata Kasandra.

5. Dikaitkan dengan keterampilan sosial yang buruk
Mengutip Handbook of Sexual Assault: Issues, Theories, and Treatment of the Offender, seksolog Dr Justin J. Lehmiller mengatakan beberapa orang bisa menunjukkan perilaku eksibisionis sejak usia 12 tahun. Biasanya saat itu dimulai dari iseng menunjukkan kelamin ke teman-teman.

"Hal yang tidak mengejutkan ekshibisionisme sering dikaitkan dengan keterampilan sosial dan interpersonal yang buruk. Hal ini menunjukkan kalau beberapa individu mungkin menjadi eksibisionis karena kesulitan membangun hubungan seksual yang lebih konvensional," tulis Dr Justin dalam blog pribadinya.

"Ketika individu terkait untuk pertama kali menemukan perilaku ini menyenangkan, bisa jadi terbentuk asosiasi psikologis kuat yang sulit diubah," lanjut sang penulis buku The Psychology of Human Sexuality.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar