Kabar Pangeran William positif COVID-19 menjadi sorotan publik. Pasalnya, Pangeran William dinyatakan positif COVID-19 pada April lalu.
Menurut informasi dari Istana Kensington, kabar positif COVID-19 Pangeran William sengaja dirahasiakan. Bahkan, Pangeran William sempat mengalami sesak napas akibat COVID-19.
"Ada hal penting yang sedang terjadi dan saya tidak ingin membuat siapapun khawatir," kata Pangeran William, dikutip oleh The Sun.
"William terdampak virus itu sangat berat'. Pada satu masa ia susah bernapas, jelas semua orang di sekitarnya sangat panik," sebut seorang sumber kepada The Sun.
Sesak napas seperti yang dialami Pangeran William termasuk salah satu gejala COVID-19 yang bisa memicu kondisi fatal jika tak segera ditangani. Selain sesak napas, usia lanjut serta respons kekebalan tubuh juga menjadi faktor yang memperparah kondisi akibat COVID-19.
Namun, adapula kondisi fatal yang bisa saja tidak menimbulkan gejala apapun. Kondisi ini bahkan kerap tak disadari pasien COVID-19 pada awal terpapar, yaitu happy hypoxia.
Pasien COVID-19 yang mengalami happy hypoxia biasanya memiliki saturasi oksigen yang rendah tetapi tak mengalami gejala sesak napas. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (AS), ada beberapa tanda atau gejala COVID-19 yang harus diwaspadai membuat kondisi fatal hingga kematian.
Apa saja tandanya?
- Kesulitan bernapas
- Nyeri atau tekanan yang terus-menerus di dada
- Kebingungan
- Ketidakmampuan untuk bangun atau tetap terjaga
- Bibir, wajah atau kuku kebiruan (kondisi ini bisa menunjukkan happy hypoxia)
Meski begitu, hingga saat ini, banyak pasien COVID-19 yang mengalami kondisi fatal akibat penyakit penyerta. Penyakit penyerta membuat pasien COVID-19 memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah sehingga tak mampu melawan COVID-19.
"Jika sistem kekebalan tubuh tidak kuat, kemungkinan besar virus itu dapat berkembang biak di dalam paru-paru dan menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan parut. Sistem kekebalan akan melawannya dan menghancurkan jaringan paru yang sehat dalam prosesnya," kata Dr Sarah Jarvis GP, Direktur Klinis Patient Access, dikutip dari The Sun.
https://kamumovie28.com/wonderful-wedding-2015/
Saat Petugas Pemakaman Mogok Kerja karena Jenazah COVID-19 Terus Bertambah
Para petugas pemakaman di Spanyol melakukan aksi mogok kerja, hal ini dikarenakan untuk menuntut penambahan staf karena jumlah kematian akibat COVID-19 terus meningkat.
Serikat pekerja mengatakan, penambahan tenaga kerja dibutuhkan untuk mencegah terjadinya penundaan penguburan jenazah seperti yang terjadi pada gelombang pertama pandemi pada bulan Maret lalu.
Eropa saat ini sedang bergelut dengan gelombang kedua menyusul jumlah kasus dan kematian yang terus meningkat. Sehingga sejumlah negara memberlakukan langkah-langkah baru seperti menetapkan jam malam dan karantina wilayah sebagai upaya untuk menurunkan angka penularan.
Para pekerja di rumah duka seluruh Spanyol mengambil bagian dalam mogok kerja pada Minggu (01/11/2020). Aksi ini bertepatan pada All Saints Day, saat keluarga berziarah ke makam para kerabat yang sudah meninggal.
Salah satu rumah duka di Madrid mengatakan kepada kantor berita AFP, bahwa dibutuhkan sekitar 15 hingga 20 pekerja untuk menangani lonjakan kematian. Pada Jumat (30/10/2020) lalu, Menteri Kesehatan mengkonfirmasi kematian 239 akibat infeksi virus Corona.
Pada Maret, penguburan jenazah mengalami penundaan sekitar satu Minggu dan kremasi dilakukan di kota-kota yang jauhnya ratusan kilometer, karena rumah duka berjuang untuk memenuhi banyaknya permintaan.
Spanyol mencatat lebih dari 1,1 juta kasus positif COVID-19 dan 35.800 jumlah kematian sejak awal wabah terjadi, berdasarkan data Universitas Johns Hopkins.
Meskipun terdapat saran dokter melarang untuk melayat, namun parade pembukaan peti mati di kerumunan di katedral Ortodoks Serbia di ibu kota Podgorica tetap berlangsung. Sejumlah pelayat bahkan menyentuh atau mencium kening dan tangan dari jenazah tersebut.
Mereka khawatir bahwa proses pemakaman ini akan membuat tingkat infeksi di negara - sudah tertinggi di Eropa- bahwa terburuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar