Senin, 23 November 2020

Toko Obat Habib Beda dengan Apotek, Depot Jamu Lain Lagi

  Nikita Mirzani sempat bikin heboh karena menyebut habib adalah tukang obat, sehingga terseret saling sindir dengan Habib Rizieq Shihab. Perihal tersebut, Nikmir pun diserang oleh pendukung Habib Rizieq.

Belum lama ini pula, Nikita Mirzani membuktikan ucapannya terkait Habib tukang obat. Hal ini dibuktikannya lewat postingan Instagram miliknya yang mengunggah sebuah tangkapan layar 'Toko Obat Habib' yang berlokasi di Sukorejo, Kediri, Jawa Timur.


Belakangan, unggahan tersebut sudah dihapus. Namun berdasarkan penelusuran, didapatkan bahwa 'Toko Obat Habib' juga ada di Malang, Jawa Timur. Yang dimaksud adalah sebuah depot jamu milik Habib Abdul Kadir.


Meski sama-sama menjual obat, toko obat memiliki perbedaan dengan apotek. Sekjen Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (PP IAI), Noffendri, S.Si, Apt, menjelaskan ada beberapa perbedaan antara keduanya.


"Yang pertama dari sisi ketenagaan, kalau apotek itu adalah tempat prakteknya apoteker, dikhususkan untuk pendidikan S1 lulusan apoteker. Kalau toko obat itu, yang praktek di situ tenaga teknis farmasian, yang lulus D3 farmasi." jelas Noffendri, saat dihubungi detikcom, Rabu (18/11/2020).


Perbedaan lainnya adalah soal kewenangan. Apotek bisa menjual berbagai jenis obat, termasuk narkotika dan psikotropika. Tentunya harus dengan resep dokter. Sementara itu, toko obat hanya menjual obat bebas dengan logo lingkaran hijau, serta obat bebas terbatas dengan logo lingkaran hijau.


Lalu bagaimana dengan depot jamu, apa perbedaannya?

"Kalau depot jamu itu kami belum tahu update peraturannya seperti apa, perizinannya seperti apa. Saya lihat pemerintah belum mengatur secara khusus untuk depot jamu," jelas Noffendri.


Noffendri menegaskan, yang terpenting adalah memastikan keamanan produk yang dijual. Depot jamu sekalipun harus memastikan produk yang dijualnya aman untuk dikonsumsi, yang antara lain bisa dilihat dari registrasinya.



"Musti dipastikan jamu itu apakah resmi atau tidak, sama seperti toko obat dan apotek. Produknya itu aman atau tidak untuk dikonsumsi," pungkas Noffendri.

https://kamumovie28.com/movies/the-little-death/


Jumlah Testing COVID-19 di Indonesia Belum Capai Target WHO, Ini Alasannya


Target testing COVID-19 di Indonesia masih jauh dari standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Meski beberapa provinsi termasuk DKI Jakarta berhasil mencapai standar WHO, namun secara nasional target testing COVID-19 masih di belakang standar WHO.

Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan COVID-19, Dewi Nur Aisyah mengatakan ada beberapa penyebab yang membuat Indonesia hingga saat ini masih belum bisa memenuhi standar testing COVID-19 WHO.Salah satunya adalah kurangnya SDM untuk melakukan testing COVID-19.


"Jadi beberapa kendala biasanya adalah terkait jumlah SDM untuk melakukan pemeriksaan di lapangan. Semakin tinggi kasusnya, biasanya butuh waktu lagi untuk melakukan pemeriksaan," sebut dr Dewi dalam siaran pers BNPB melalui kanal YouTube Rabu (18/11/2020).


WHO sendiri telah menetapkan setiap negara harus menguji seribu per satu juta penduduknya dalam sepekan.


"Jadi kalau kita berasumsi jumlah penduduk Indonesia itu 267 juta jiwa, kemudian per satu juta harus seribu orang yang diperiksa, maka Indonesia dipasangkan target untuk melakukan pemeriksaan 267 ribu orang per minggunya," jelas dr Dewi.


Alasan lain testing COVID-19 di Indonesia masih jauh dari standar WHO adalah terkait support yang diberikan pada SDM yang bekerja di waktu libur. Hal ini tentunya perlu menjadi perhatian.


"Kedua, pemeriksaannya suka turun saat weekend atau libur panjang. Artinya, kita juga harus memiliki support seperti insentif yang diberikan untuk laboran yang bekerja pada saat libur waktunya," jelas dr Dewi.


"Ketiga, terkait pemenuhan logistik juga berpengaruh, karena di beberapa sistem di laboratorium itu ada yang bentuknya close sistem, dia spesifik merek tertentu, nggak bisa menggunakan merek tertentu nggak bisa menggunakan merek yang lain. Ini yang juga kadang membuat pada saat melakukan pemeriksaan, logistiknya belum tersedia karena reagennya harus spesifik," pungkasnya.


Berikut perkembangan jumlah testing COVID-19 di Indonesia dari bulan Juni-November 2020, dikutip dari data Satgas COVID-19.


Juni

Minggu ke-1: 45.522 (16,86 persen)

Minggu ke-2: 55.492 (20,55 persen)

Minggu ke-3: 60.172 (22,29 persen)

Minggu ke-4: 75.531 (27,23 persen).

Juli

Minggu ke-1: 83.539 (30,94 persen)

Minggu ke-2: 80.922 (29.97 persen)

Minggu ke-3: 86.151 (31.91 persen)

Minggu ke-4: 89.712 (33,23 persen).

Agustus

Minggu ke-1: 85.402 (31,63 persen)

Minggu ke-2: 90.063 (33,36 persen)

Minggu ke-3: 89.127 (33,01 persen)

Minggu ke-4: 95.463 (35,36 persen).

September

Minggu ke-1: 125.434 (46,46 persen)

Minggu ke-2: 118.895 (44,04 persen)

Minggu ke-3: 147.839 (54,76 persen)

Minggu ke-4: 168.823 (62,53 persen).

https://kamumovie28.com/movies/sex-drive/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar