Jumat, 27 November 2020

Dekati Standar WHO, Jumlah Testing Pekan Ketiga November Capai 88,6%

 Pemerintah terus mengejar pencapaian angka testing (pemeriksaan) COVID-19, sesuai standar yang direkomendasikan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Diketahui, standar jumlah testing per wilayah disesuaikan dengan kepadatan populasi di dalamnya.

Berdasarkan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 267 juta jiwa, maka diperlukan testing sebanyak 267.000 orang per minggu. Pada minggu ketiga November 2020, testing yang dilakukan sudah mencapai sekitar 239 ribu atau 88,6%, artinya hal itu sudah mendekati standar WHO.


"Ini adalah angka tertinggi yang pernah kita capai. Kita harus terus meningkatkan jumlah testing hingga tercapai target WHO," ujar Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito dikutip dari situs resmi Satgas COVID-19, Rabu (25/11/2020).


Secara testing, sejak awal Juni 2020 hingga minggu ketiga Oktober 2020, terlihat adanya tren peningkatan. Namun tren ini sempat mengalami penurunan pada dua pekan setelahnya, dan kembali meningkat hampir mencapai target WHO, yaitu berada di angka 86,25% pada minggu kedua November 2020.


Meski demikian, fluktuasi jumlah testing masih terjadi. Hal ini dipengaruhi berbagai hal, seperti kondisi libur, jumlah dan kapasitas laboratorium, SDM tenaga kesehatan, ketersediaan reagen dan juga kondisi geografis Indonesia.


"Hal-hal ini tentunya menjadi evaluasi bersama khususnya bagi pemerintah daerah," imbuh Wiku saat memberi keterangan pers perkembangan penanganan COVID-19 di Kantor Presiden yang disiarkan di kanal YouTube Sekretariat Presiden (24/11).


Dia menuturkan tren jumlah testing juga sempat menurun di hari-hari tertentu khususnya saat hari libur. Hal ini tentunya sangat disayangkan terlebih pandemi COVID-19 tidak mengenal hari libur.


"Kami meminta pemerintah daerah setempat untuk memperbaiki mekanisme operasional laboratorium melalui penambahan jumlah shift laboran, dengan pemberian insentif yang sepadan," pinta Wiku.


Selain itu perlu adanya pemeriksaan terkait kesesuaian jenis reagen dengan alat testing yang digunakan. "Pemerintah juga daerah diminta untuk menerapkan sanksi bagi masyarakat yang tidak mau, atau menolak dites. Agar masyarakat benar-benar mau menjalankan protokol kesehatan tanpa pandang," pungkasnya.


Sebagai informasi, untuk terus menekan laju pandemi virus Corona di Indonesia, masyarakat diimbau untuk #IngatPesanIbu dengan disiplin 3M yakni #menjagajarak #memakaimasker dan #mencucitangan. Tindakan kecil ini sangat penting untuk menyelamatkan nyawa banyak orang, jadi jangan abai terhadap protokol kesehetan.

https://kamumovie28.com/movies/beyaz-melek/


Rusia Klaim Vaksin Corona Sputnik V Lebih Murah dari Pfizer-Moderna, Berapa?


- Vaksin corona Sputnik V buatan Rusia 95 persen efektif mencegah corona. Harganya di pasaran pun juga terjangkau.

Pengembang vaksin itu menyebut dari hasil analisis interim tahap dua Sputnik V, tingkat pencegahan terhadap virus corona mencapai 95 persen.


Nantinya harga per dosis suntikan untuk pasar internasional kurang dari US$ 10 atau kurang dari Rp 142 ribu. Sementara untuk warga Rusia akan mendapatkan vaksin secara gratis. Setiap individu memerlukan dua dosis suntikan. Sputnik V dapat disimpan di suhu 2 sampai delapan 8 Celsius.


"Biaya satu dosis vaksin Sputnik V untuk pasar internasional akan kurang dari US$ 10 setara Rp 141 ribu," kata Russian Direct Investment Fund (RDIF), dikutip dari CNBC, Kamis (25/11/2020).


RDIF mengklaim harga itu dua kali lebih murah dibandingkan vaksin berbasis teknologi mRNA. Pernyataan tersebut seperti merujuk pada kandidat vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech dan Moderna yang juga mengembangkan vaksin dari mRNA.


Vaksin Pfizer-BioNTech diperkirakan berharga sekitar US$ 20 per dosis. Sementara CEO Moderna mengatakan dua hari lalu bahwa vaksinnya akan berharga US$ 25- US$ 37 per dosis, tergantung pada jumlah yang dipesan. Keduanya membutuhkan dua dosis.


Menurut pusat penelitian Gamaleya dan Badan Investasi Langsung Rusia (RDIF) yang bekerja untuk mengembangkan Sputnik V, keampuhan vaksin 28 hari usai penyuntikan pertama mencapai 91 persen. Angka itu didapat dari 39 kasus.


Setelah 42 hari dari penyuntikan kedua, efektivitas pencegahan naik mencapai 95 persen. Meski demikian, Gamaleya dan RDIF tak mengungkap angka didapat dari berapa kasus.


"Analisis kedua dilakukan sepekan usai relawan mendapat dosis kedua, ini berarti tubuh mereka beraksi secara terpisah terhadap dua dosis itu," ucap Direktur Gamaleya Alexander Gintsburg seperti dikutip dari laman AFP.


Uji coba Sputnik V dilakukan terhadap 22 ribu relawan yang telah menerima dosis pertama dan 19 ribu relawan telah menerima suntikan pertama dan kedua. Uji coba vaksin Sputnik V dilakukan di Uni Emirat Arab, Venezuela, Belarusia, dan beberapa negara lainnya.


Sputnik V mengikuti jejak vaksin Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca yang sudah mengumumkan efektivitas sekitar 90 persen.

https://kamumovie28.com/movies/olympus-has-fallen/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar