- China melaporkan penambahan 22 kasus baru Corona pada 23 November menjadikan total kasus di negara tersebut menjadi 86.469 orang. Pada saat yang sama, otoritas kesehatan China mengatakan dari 22 kasus baru, ada 2 kasus penularan yang dikaitkan dengan kepala babi dari Amerika Utara.
Dikutip dari Reuters, Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan adanya kasus baru yang berasal dari infeksi impor dari luar negeri. Satu transmisi lokal dilaporkan di Shanghai dan lainnya di Tianjin.
Kasus Shanghai telah dilacak dan dikaitkan ke sebuah kontainer dari Amerika Utara, yang dibersihkan oleh kedua pria itu ketika tiba di bandara, menurut Shanghai Daily. Sementara infeksi yang terjadi di Tianjin adalah kasus tanpa gejala.
Kemudian pada Selasa, seorang pejabat kesehatan Tianjin mengatakan dua kasus yang dikonfirmasi di kota pelabuhan utara awal bulan ini telah tertular virus dari kepala babi yang datang dari Amerika Utara.
Kemudian pada hari Selasa, seorang pejabat kesehatan Tianjin mengatakan dua kasus yang dikonfirmasi di kota pelabuhan utara awal bulan ini telah tertular virus dari kepala babi yang datang dari Amerika Utara.
"Sampel yang diambil dari tempat di mana kepala babi jatuh ketika dipindahkan dari tempat penyimpanan dinyatakan positif untuk jenis virus yang sama dengan dua kasus yang dikonfirmasi, yang keduanya terpapar dari kepala babi (impor)," kata Zhang.
Otoritas Tianjin mengatakan awal bulan ini mereka akan melakukan pengujian pada beberapa fasilitas penyimpanan dingin dan staf setelah kasus virus Corona yang melibatkan seorang pekerja yang telah menangani daging babi beku yang diimpor dari Jerman. China mengatakan telah berulang kali mendeteksi virus Corona dalam daging dan kemasan impor.
https://kamumovie28.com/movies/taman-langsat-mayestik/
Ini 3 Faktor yang Membuat Seseorang Lebih Mudah Menularkan Virus Corona
Sebuah studi baru yang dipublikasikan di jurnal The Lancet menunjukkan, seseorang yang terinfeksi COVID-19 kemungkinan besar bisa menularkan virus Corona lima hari pertama setelah gejala muncul.
Pada studi yang sama juga menunjukkan pasien COVID-19 tanpa gejala atau asimtomatik bisa membersihkan virus lebih cepat dari tubuh, bahkan menular dalam waktu yang lebih singkat. Para peneliti menganalisis data dari 98 studi sebelumnya terkait penularan infeksi virus Corona dan melihat tiga faktor kunci yaitu:
Viral load, yaitu jumlah virus yang terdeteksi di dalam tubuh melalui berbagai tahap infeksi.
Viral RNA shedding atau lamanya waktu seseorang melepaskan materi genetik virus.
Isolasi virus hidup, tempat virus hidup diisolasi dan diuji untuk melihat apakah virus tersebut berhasil berkembang biak di laboratorium.
Mereka menemukan bahwa viral load SARS-CoV-2 COVID-19 memuncak di saluran pernapasan bagian atas pada awal infeksi, antara timbulnya gejala hingga hari kelima. Temuan ini menjadi penting, karena virus di saluran pernapasan bagian atas dianggap sebagai sumber utama penularan.
"Temuan kami sejalan dengan studi pelacakan kontak yang menunjukkan, sebagian besar penularan terjadi sangat awal terutama dalam lima hari pertama setelah timbulnya gejala. Ini menunjukkan pentingnya isolasi diri sesegera mungkin setelah gejala muncul," kata penulis utama studi, Dr Muge Cevik dari Universitas St Andrews yang dikutip dari Huffington Post, Rabu (25/11/2020).
"Kami juga perlu meningkatkan kesadaran publik tentang berbagai gejala yang berkaitan dengan penyakit tersebut, termasuk gejala ringan yang mungkin terjadi lebih awal selama infeksi, dibandingkan gejala yang lebih menonjol seperti batuk atau demam," lanjutnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mencantumkan gejala-gejala yang mungkin muncul setelah terinfeksi COVID-19, yaitu:
Gejala yang paling umum, seperti demam, batuk kering, dan kelelahan.
Gejala yang kurang umum, yaitu sakit dan nyeri, sakit tenggorokan, diare, konjungtivitis, sakit kepala, kehilangan kemampuan indra penciuman atau perasa, ruam kulit, hingga perubahan warna pada jari tangan atau kaki.
Gejala serius, misalnya seperti kesulitan bernapas atau sesak napas, nyeri seperti ada tekanan pada dada, hingga kehilangan kemampuan bicara dan bergerak.
"Beberapa penelitian juga menemukan bahwa orang yang terinfeksi tanpa gejala mungkin sama menularnya dengan mereka yang bergejala pada awal infeksi. Tetapi, bisa menular dalam waktu yang lebih singkat," kata Cevik.
Meski begitu, Cevik mengatakan perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang penularan virus Corona ini, terutama pada mereka yang asimtomatik. Dan mungkin perlu adanya pertimbangan terkait durasi karantina untuk para pasien COVID-19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar