Pemprov DKI Jakarta memperbarui data jumlah rukun warga (RW) berstatus zona rawan penularan virus Corona COVID-19. Dilaporkan, kini ada 20 RW yang termasuk zona rawan COVID-19 di ibu kota.
Berdasarkan data corona.jakarta.go.id, zona rawan ini tersebar di berbagai wilayah di ibu kota, yakni di Jakarta Utara sebanyak 1 RW, Jakarta Timur 5 RW, Jakarta Selatan 5 RW, Jakarta Pusat 5 RW, dan Jakarta Barat 4 RW.
Jumlah ini bertambah jika dibandingkan dengan data update sebelumnya pada 5 November 2020, yakni sebanyak 19 RW yang termasuk zona rawan COVID-19 di DKI Jakarta.
Dari data tersebut juga diketahui, saat ini pada Jumat (20/11/2020) pagi, total kasus COVID-19 di DKI Jakarta sudah mencapai 123.003 kasus. Sementara total pasien sembuh sudah sebanyak 112.833 orang dan 2.484 lainnya meninggal dunia.
Berikut detail 20 RW yang termasuk ke dalam zona rawan penularan COVID-19 di DKI Jakarta, dikutip dari data corona.jakarta.go.id.
Jakarta Utara:
Kelurahan Kelapa Gading Timur RW 004.
Jakarta Timur:
Kelurahan Bali Mester RW 001
Kelurahan Dukuh RW 005
Kelurahan Gedong RW 002
Kelurahan Halim Perdana Kusumah RW 007
Kelurahan Utan Kayu Utara RW 007.
Jakarta Selatan:
Kelurahan Grogol Selatan RW 010
Kelurahan Kalibata RW 002
Kelurahan Pejaten Barat RW 003
Kelurahan Pela Mampang RW 003
Kelurahan Rawajati RW 009.
Jakarta Pusat:
Kelurahan Bendungan Hilir RW 007
Kelurahan Johar Baru RW 005
Kelurahan Paseban RW 001
Kelurahan Paseban RW 003
Kelurahan Rawasari RW 009.
Jakarta Barat:
Kelurahan Slipi RW 003
Kelurahan Taman Sari RW 005
Kelurahan Tanjung Duren Selatan RW 005
Kelurahan Tomang RW 001.
https://indomovie28.net/movies/dead-fish/
Perbarui Pedoman, WHO Tak Sarankan Remdesivir untuk Pasien COVID-19
Obat Gilead AS, remdesivir, yang dipakai untuk pasien COVID-19 di rumah sakit kini tak lagi direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dalam pedoman barunya, disebutkan tak ada bukti remdesivir meningkatkan kelangsungan hidup.
"Remdesivir obat Gilead tidak direkomendasikan untuk pasien yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19, terlepas dari seberapa sakit mereka," jelas WHO pada Jumat, dikutip dari Reuters.
"Karena tidak ada bukti bahwa itu meningkatkan kelangsungan hidup atau mengurangi kebutuhan ventilasi," lanjut WHO.
WHO menegaskan data tak menunjukkan remdesivir mengurangi angka kematian dan kebutuhan ventilator pasien COVID-19 di RS. Remdesivir sebelumnya menjadi sorotan dunia usai menunjukkan hasil studi awal yaitu berhasil memangkas waktu sembuh pasien COVID-19.
Uji solidaritas WHO bulan lalu mencatat remdesivir memiliki sedikit atau tidak berpengaruh pada kematian atau lamanya 28 hari rawat inap untuk pasien COVID-19 di RS.
Remdesivir menjadi salah satu obat yang digunakan untuk Donald Trump kala terinfeksi COVID-19, dan telah ditunjukkan dalam penelitian sebelumnya dapat mempersingkat waktu pemulihan.
WHO Guideline Development Group (GDG) mengatakan rekomendasinya didasarkan pada tinjauan bukti yang mencakup data dari empat uji coba acak internasional, melibatkan lebih dari 7.000 pasien yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19.
Setelah meninjau bukti, panel mengatakan, remdesivir mahal dan rumit untuk diberikan, tidak memiliki efek yang berarti pada tingkat kematian atau hasil penting lainnya bagi pasien COVID-19.
"Terutama mengingat implikasi biaya dan sumber daya yang terkait dengan remdesivir, panel merasa tanggung jawab harus pada menunjukkan bukti kemanjuran (pada pasien COVID-19) yang tidak ditentukan oleh data yang tersedia saat ini," tambah WHO dalam pedoman tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar