Kamis, 21 Januari 2021

Terungkap! 3 Penyebab Kasus COVID-19 di Indonesia Terus Tinggi

 Kasus COVID-19 di Indonesia selama 1-2 minggu ini mengalami kenaikan yang cukup tinggi dari hari-hari sebelumnya. Jumlah kasus baru yang dilaporkan per harinya pun sempat mencapai angka 14.224 kasus pada Sabtu (16/1/2021) lalu.

Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas COVID-19, Dr Dewi Nur Aisyah pun juga mengakui adanya kenaikan kasus yang terjadi dalam waktu 1-2 minggu terakhir ini. Menurutnya, hal ini terjadi karena adanya pengaruh dari beberapa faktor.


1. Angka positivity rate meningkat: di atas 20 persen

Sejak pekan ke-empat Desember angka positivity rate terus naik, dari sebelumnya di bawah 20 persen, angka tersebut kini mencapai 27,48 persen. Apa artinya?


"Penularan di tengah masyarakat meningkat, tapi ada kemungkinan bias juga karena ada delay data kemarin," tutur dr Dewi dalam siaran pers BNPB melalui kanal YouTube, Rabu (20/1/2021).


2. Jumlah spesimen yang diperiksa meningkat

Jumlah orang yang diperiksa di bulan Januari terus meningkat. Mencapai target WHO di pekan kedua hingga pekan ketiga Januari 2021.


"Januari pekan kedua mencapai target WHO lebih dari 100 persen, pekan ketiga kita mencapai 107 persen, lebih 7 persen dari standar WHO," bebernya.


3. Delay data

Kenaikan kasus COVID-19 juga disebut dr Dewi dipicu delay input data. dr Dewi menyebut terkadang ada perbedaan antara data daerah dan pusat sebelum lebih lanjut dilakukan proses verifikasi.


"Terkadang terjadi (delay data), kita menyeleksi, verifikasi lebih dahulu, terkadang ada gap antara data daerah dan pusat, ada proses verifikasi terlebih dahulu apa benar tidak ada duplikat atau lainnya," katanya.


"Ada waktu yang habis di sana juga untuk memverifikasi kasus-kasus baru, apakah belum pernah tercatat atau takutnya nanti duplikasi. Prosesnya berjalan di kementerian kesehatan," pungkasnya.


Sebelumnya, Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito juga mengungkapkan bahwa delay atau keterlambatan verifikasi data di beberapa daerah menjadi penyebab tingginya angka kasus akhir-akhir ini. Untuk itu, Prof Wiku meminta agar ke depannya tidak ada lagi kasus delay verifikasi data lagi.


"Saya minta ke depannya, tidak ada toleransi terhadap delay dan keterlambatan data, karena ini sangat krusial dalam pengambilan keputusan. Dengan data yg tidak real time, maka kebijakan yang dikeluarkan tidak tepat waktu sehingga menjadi tidak efektif," pungkasnya.

https://maymovie98.com/movies/rocker-balik-kampung/


Sempat Kritis, Mantan Petinju Ceritakan Rasanya Sekarat karena Corona


Paddy Doherty, seorang mantan petarung bare-knuckle boxing atau 'tinju tangan kosong' asal Inggris menceritakan perjuangannya saat kritis akibat virus Corona COVID-19.

Dikutip dari Daily Star, Doherty harus dirawat di rumah sakit karena terkena pneumonia dan COVID-19. Disebutkan, kala itu ia diprediksi hanya memiliki peluang hidup sebesar 50 persen.


Saat berjuang melawan COVID-19, pria berusia 61 tahun itu mengaku badannya terasa seperti sedang lumpuh, karena tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya.


"Aku merasa tubuhku seperti lumpuh, karena aku tidak bisa berbuat apa-apa," ujar Doherty.


"Aku tidak dapat mengangkat tangan, kepala, atau bahkan berbicara. Aku tidak punya tenaga," tambahnya.


Doherty mengatakan, ia diberikan berbagai macam obat untuk bisa sembuh. Namun, jika obat-obatan itu tidak berhasil, ia harus menggunakan ventilator agar bisa bertahan hidup.


"Aku melihat kematian tepat di depanku," ucapnya.


"Aku berada di ruangan ini dan semua orang terkena COVID... Aku belum pernah melihat yang seperti ini di dalam hidupku," jelasnya.

https://maymovie98.com/movies/kulari-ke-pantai/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar