Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas COVID-19 Dewi Nur Aisyah mengatakan pada pekan ketiga Januari 2021 kasus aktif virus Corona COVID-19 meningkat cukup besar. Disebutkan ada penambahan 22.609 kasus aktif COVID-19 baru hanya dalam waktu satu pekan.
"Dalam waktu satu minggu, tiba-tiba kita naik 22.609 kasus aktif," kata Dewi dalam siaran pers BNPB melalui kanal YouTube, Rabu (20/1/2021).
"Dan ini adalah penambahan mingguan kasus aktif tertinggi yang pernah kita punya di Indonesia," tambahnya.
Dijelaskan Dewi, pada pekan kedua Januari 2021 kasus aktif COVID-19 hanya bertambah sekitar 12.000. Menurut Dewi, ada sejumlah hal yang menyebabkan kasus aktif COVID-19 meningkat tajam.
Pertama, penularan di tengah masyarakat meningkat dari angka positivity rate, kedua, jumlah pemeriksaan juga meningkat, sehingga kesannya angka kasusnya juga naik.
"Dan yang ketiga, ada faktor dari delay input pelaporan. yang berpengaruh juga terhadap kasus yang meningkat," lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, Dewi juga mengungkapkan soal keterisian RS Rujukan COVID-19 di 9 provinsi di Indonesia sudah mencapai 70 persen.
"Di sini yang di atas 70 persen ada 9 provinsi. Menariknya, 6 dari 9 provinsi tersebut berada di Pulau Jawa," pungkasnya.
https://maymovie98.com/movies/second-chance/
Terungkap! 3 Penyebab Kasus COVID-19 di Indonesia Terus Tinggi
Kasus COVID-19 di Indonesia selama 1-2 minggu ini mengalami kenaikan yang cukup tinggi dari hari-hari sebelumnya. Jumlah kasus baru yang dilaporkan per harinya pun sempat mencapai angka 14.224 kasus pada Sabtu (16/1/2021) lalu.
Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas COVID-19, Dr Dewi Nur Aisyah pun juga mengakui adanya kenaikan kasus yang terjadi dalam waktu 1-2 minggu terakhir ini. Menurutnya, hal ini terjadi karena adanya pengaruh dari beberapa faktor.
1. Angka positivity rate meningkat: di atas 20 persen
Sejak pekan ke-empat Desember angka positivity rate terus naik, dari sebelumnya di bawah 20 persen, angka tersebut kini mencapai 27,48 persen. Apa artinya?
"Penularan di tengah masyarakat meningkat, tapi ada kemungkinan bias juga karena ada delay data kemarin," tutur dr Dewi dalam siaran pers BNPB melalui kanal YouTube, Rabu (20/1/2021).
2. Jumlah spesimen yang diperiksa meningkat
Jumlah orang yang diperiksa di bulan Januari terus meningkat. Mencapai target WHO di pekan kedua hingga pekan ketiga Januari 2021.
"Januari pekan kedua mencapai target WHO lebih dari 100 persen, pekan ketiga kita mencapai 107 persen, lebih 7 persen dari standar WHO," bebernya.
3. Delay data
Kenaikan kasus COVID-19 juga disebut dr Dewi dipicu delay input data. dr Dewi menyebut terkadang ada perbedaan antara data daerah dan pusat sebelum lebih lanjut dilakukan proses verifikasi.
"Terkadang terjadi (delay data), kita menyeleksi, verifikasi lebih dahulu, terkadang ada gap antara data daerah dan pusat, ada proses verifikasi terlebih dahulu apa benar tidak ada duplikat atau lainnya," katanya.
"Ada waktu yang habis di sana juga untuk memverifikasi kasus-kasus baru, apakah belum pernah tercatat atau takutnya nanti duplikasi. Prosesnya berjalan di kementerian kesehatan," pungkasnya.
Sebelumnya, Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito juga mengungkapkan bahwa delay atau keterlambatan verifikasi data di beberapa daerah menjadi penyebab tingginya angka kasus akhir-akhir ini. Untuk itu, Prof Wiku meminta agar ke depannya tidak ada lagi kasus delay verifikasi data lagi.
"Saya minta ke depannya, tidak ada toleransi terhadap delay dan keterlambatan data, karena ini sangat krusial dalam pengambilan keputusan. Dengan data yg tidak real time, maka kebijakan yang dikeluarkan tidak tepat waktu sehingga menjadi tidak efektif," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar