Minggu, 17 Januari 2021

Viral Gambar Saya Siap Divaksin, Template Bisa Cari di Sini

 Belakangan banyak yang pasang gambar saya siap divaksin, template untuk membuatnya kini makin banyak dicari. Banyak lembaga maupun komunitas membuat template masing-masing dan diviralkan.

Tidak ada ketentuan khusus untuk membuatnya, karena memang bukan gerakan resmi dari pemerintah. Juru bicara vaksinasi COVID-19 dari Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi menyebut, gerakan ini adalah inisiatif warga.


Meski demikian, Kementerian Kesehatan juga menyediakan template bagi yang ingin ikut pasang gambar 'saya siap divaksin'. Template dari Kementerian Kesehatan bisa diakses DI SINI.


Template tersebut dibuat dengan Twibbonize. Cara menggunakannya cukup mudah, ikuti saja langkah-langkah berikut:


Klik tombol 'Pilih Foto'

Pilih foto yang ingin digunakan, klik 'OK'

Sesuaikan foto dengan frame yang muncul

Klik 'Crop' jika sudah sesuai

Tinggal download deh

Gambar yang ter-download bisa dipasang di mana saja


Siap divaksin tapi tidak masuk prioritas

Vaksinasi COVID-19 di Indonesia sudah dimulai, namun pada tahap pertama yang mendapat prioritas adalah tenaga medis dan petugas layanan publik. Masyarakat umum masih harus bersabar untuk menunggu tahapan berikutnya.


Meski begitu, tingginya antusiasme sebagian warga tegambar dari banyaknya yang memasang gambar "saya siap divaksin" dengan template-template yang bertebaran di internet. Deska, warga Pamulang, mengaku berharap banyak pada vaksin COVID-19.


"Gue antusias banget sama ni vaksin, karena udah nggak betah banget sama situasi kaya gini, ya berharap banget dengan adanya ini bisa mengurangi atau memutus rantai penularan virus COVID-19," ujar Deska.


Tenaga kesehatan pun tidak semua mendapat prioritas. Ada kriteria tertentu yang masuk pengecualian, salah satunya usia lanjut. Vaksin yang dipakai di Indonesia belum teruji untuk usia 60 tahun ke atas, sehingga harus menunggu hasil uji klinis berikutnya.


"Nah saya sebagai dokter yang usianya lebih dari enam puluh, yang pasti ada penyakit, mewakili temen-temen yang lain nih saya menyatakan bahwa yang pertama saya percaya bahwa apa yang dilakukan pemerintah itu baik ya," kata dr Michael Triangto SpKO, praktisi olahraga yang juga tetap pasang gambar 'saya siap divaksin' meski tidak masuk prioritas vaksinasi.


Komunitas kamu juga punya template 'saya siap divaksin'? Share link di komentar ya.

https://movieon28.com/movies/swingers/


Mantan Suami Nita Thalia Meninggal Kena COVID-19, Waspadai Gejala Picu Kondisi Fatal


Mantan suami pedangdut Nita Thalia, Nurdin Rudythia dikabarkan meninggal dunia akibat COVID-19. Ia meninggal di Rumah Sakit Mitra, Kemayoran, Jakarta Pusat, pada Rabu (15/1/2021) pukul 23.00 WIB.

Kabar meninggalnya Nurdin disampaikan langsung oleh kuasa hukumnya, Dedi Dj saat dihubungi awak media. Dalam penuturannya, Nurdin dikonfirmasi mengalami demam berdarah (DB) dan menghembuskan napas terakhirnya karena komplikasi pada ginjalnya.


"Jadi beliau komplikasi. Awalnya DB kemudian positif COVID, terus kena ginjal," kata Dedi pada Sabtu (16/1/2021).


Sebelumnya, Nurdin juga sempat melakukan cuci darah, hingga akhirnya kondisinya kritis dan meninggal dunia.


Saat terinfeksi COVID-19, ada beberapa faktor yang diketahui bisa memperparah gejala hingga memicu kondisi fatal. Misalnya seperti respons kekebalan tubuh, faktor usia lanjut, hingga adanya penyakit penyerta.


Selain itu, ada kondisi fatal yang disebabkan happy hypoxia. Kondisi ini terjadi saat pasien COVID-19 memiliki saturasi oksigen yang rendah, tetapi tidak mengalami gejala sesak napas.


Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat pun menjelaskan beberapa tanda atau gejala COVID-19 yang perlu diwaspadai, karena bisa memicu kondisi fatal pada pasien Corona. Berikut tanda dan gejalanya.


Kesulitan bernapas

Nyeri atau tekanan yang terus-menerus terjadi di dada

Kebingungan

Ketidakmampuan untuk bangun atau tetap terjaga

Bibir, wajah, atau kuku kebiruan (kondisi ini bisa menunjukkan happy hypoxia).

Namun, sejauh ini pasien yang meninggal karena COVID-19 lebih banyak disebabkan karena adanya penyakit penyerta. Ini karena sistem imun pada pasien COVID-19 dengan penyakit penyerta cenderung lebih lemah, sehingga tidak bisa melawan infeksi virus tersebut.


"Jika sistem kekebalan tubuh tidak kuat, kemungkinan besar virus itu dapat berkembang biak di dalam paru-paru dan menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan parut. Sistem kekebalan akan melawannya dan menghancurkan jaringan paru yang sehat dalam prosesnya," kata Dr Sarah Jarvis GP, Direktur Klinis Patient Access, dikutip dari The Sun.

https://movieon28.com/movies/two-plus-two/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar