Banyak orang yang bertanya-tanya, vitamin B kompleks untuk apa saja sih? Rupanya banyak yang belum memahami apa itu vitamin B kompleks beserta manfaatnya bagi kesehatan.
Vitamin yang menyusun B kompleks adalah tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niasin (vitamin B3), asam pantotenat (vitamin B5), piridoksin (vitamin B6), biotin, asam folat, dan cobalamin (vitamin B12).
Dikutip dari WebMD, sebagian besar vitamin B kompleks ditemukan dalam berbagai macam makanan karena sangat penting untuk fungsi sel dalam tubuh. Vitamin B12 misalnya, kebanyakan ditemukan dalam daging dan sumber makanan hewani lainnya.
Jadi, vitamin B kompleks untuk apa saja? Simak penjelasannya di bawah ini.
1. Fungsi otak yang sehat
Jawaban pertama dari vitamin B kompleks untuk apa, adalah bermanfaat bagi kesehatan otak. Jumlah vitamin B yang cukup dalam tubuh sangat penting untuk fungsi fisiologis dan neurologis yang optimal.
Beberapa data menunjukkan bahwa vitamin B6 secara khusus dapat berperan dalam pencegahan penyakit Parkinson Disease. Parkinson Disease adalah suatu gangguan sistem saraf yang memengaruhi pergerakan tubuh.
2. Mencegah kanker
Vitamin B kompleks berperan dalam mencegah timbulnya berbagai jenis kanker. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi vitamin B dalam dosis yang tepat membantu melawan pertumbuhan kanker di dalam tubuh.
3. Mencegah stres
Pernyataan selanjutnya tentang vitamin B kompleks untuk apa adalah secara signifikan dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi respons fisiologis terhadap stres. Bagi penderita Sindrom Kelelahan Kronis atau Chronic Fatigue Syndrome (CFS), vitamin B kompleks dapat dijadikan sebagai pengobatan untuk membantu mengurangi tingkat keparahan.
4. Mencegah kanker paru-paru
Vitamin B kompleks untuk apa lagi, ya? Manfaat vitamin B kompleks selanjutnya adalah mencegah kanker paru-paru. Namun, hal ini tidak bisa dirasakan pada pria perokok karena paru-paru mereka sudah terkontaminasi oleh rokok yang memicu munculnya kanker paru-paru.
https://indomovie28.net/movies/some-an-erotic-tale/
CT Value Menunjukkan Risiko Penularan COVID-19? Ini Faktanya
Istilah CT Value belakangan ini sering disebut-sebut saat seseorang didiagnosis positif COVID-19. Begitupun saat Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Doni Monardo mengumumkan dirinya positif terinfeksi.
"Dari hasil tes PCR tadi malam, pagi ini mendapatkan hasil positif COVID-19 dengan CT Value 25. Saya sama sekali tidak merasakan gejala apa pun dan pagi ini tetap beraktivitas normal dengan olahraga ringan berjalan kaki 8 kilometer," kata Doni, dikutip dari rilis BNPB, Sabtu (23/1/2021).
Menurut pakar biologi molekuler, Ahmad Rusdan Utomo, CT Value adalah nilai yang didapat dari hasil tes swab PCR (polymerase chain reaction). Nilai ini bisa menggambarkan banyaknya partikel virus di dalam rongga pernapasan seseorang.
Meski sebenarnya tidak secara langsung berhubungan, CT Value juga bisa menggambarkan banyaknya partikel virus pada pasien tersebut. Karenanya, CT Value kerap dipakai untuk menggambarkan risiko penularan maupun tingkat keparahan gejala.
"Jadi secara umum PCR itu tidak menghitung secara langsung jumlah partikel virus, yang kita hitung adalah materi genetik si virus. Padahal yang membuat infeksius itu kan partikel virus, bukan cuma materi genetik, karena kalau cuma materi genetik itu tidak akan infeksius," kata Ahmad saat dihubungi detikcom, Sabtu (23/1/2021).
"Dari beberapa studi itu diberikan semacam gambaran umum kalau CT Value-nya di bawah 25, itu biasanya terasosiasi dengan jumlah partikel virus yang banyak banget, yang infeksius," jelasnya.
Apakah CT Value juga berpengaruh pada gejala COVID-19? Ahmad menjelaskan bahwa CT Value juga bisa menggambarkan tingkat keparahan atau gejala COVID-19 yang bisa dirasakan pada pasien.
Misalnya, hasil CT Value seseorang berada di bawah angka 25, yang kemungkinan jumlah partikel virus pada hidung orang itu sudah cukup banyak, maka risiko partikel virus tersebut 'jatuh' ke dalam paru-paru juga semakin besar. Ini akan menjadi makin berbahaya bila pasien memiliki komorbid atau penyakit penyerta.
"Ketika, misalnya, virusnya sudah mulai banyak kan tumpah tuh virusnya. Nah, tumpahnya itu bisa jalan keluar, bisa dua jalan, dia tumpah ke bawah ke dalam paru atau dia tumpah keluar, ke udara lewat droplet," ucap Ahmad.
"Orang kalau misalnya belum sampai paru kan dia belum bergejala," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar