Sejak pandemi COVID-19 muncul di Indonesia pada Maret 2020 lalu, telah banyak berita hoaks atau berita bohong beredar di media sosial. Data dari Kementerian Komunikasi dan Informasi menunjukkan hingga 26 Januari 2021 terdapat 1.387 isu hoaks yang tersebar di berbagai platform digital.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kemkominfo Semuel A. Pangerapan menyebut peredaran hoax melonjak sejak program vaksinasi COVID-19 dimulai pada 13 Januari lalu.
"Salah satu hoaks yang beredar menyebutkan adanya alat pelacak di barcode di vaksin Covid-19, faktanya barcode pada kemasan vaksin adalah untuk melacak distribusi vaksin. Pelacakan tidak terdapat pada tubuh orang yang disuntik vaksin, melainkan pada kemasan. Kominfo pun menandai informasi itu sebagai hoaks," jelasnya dalam keterangan resmi seperti yang dilihat detikcom, Rabu (27/1/2021).
Hoaks di Indonesia masih terus menjamur karena masih ada oknum tidak bertanggung jawab yang dengan sengaja membuat dan menyebarkannya. Dirjen Semuel menegaskan Pemerintah melalui Kominfo terus berkomitmen memberantas penyebaran hoaks, salah satunya dengan memberi sanksi tegas.
"Artinya apa? Masyarakat hati-hati juga, apalagi kalau penyebaran hoaks ditemukenali secara sengaja sudah pasti kita mengetahuinya dan akan kita kejar. Tapi jika ada masyarakat yang tidak tahu namun ikut menyebarkan, itu juga merupakan tindakan yang berbahaya yang ada sanksinya," tegasnya.
Apabila berita yang disebarkan tidak sampai mengganggu ketertiban umum, Samuel mengatakan pihaknya akan menyebarkan fakta klarifikasi melalui diseminasi informasi. Namun apabila berita hoaks tersebut sudah mengganggu ketertiban umum, pihaknya tidak menutup kemungkinan akan lapor ke polisi untuk ditindaklanjuti.
Samuel menegaskan dengan data-data log file mesin pengais yang dimiliki, Kementerian Kominfo mengklaim mampu mendeteksi siapa pelaku yang mengunggah konten hoaks pertama kalinya maupun melihat yang menjadi inisiatornya.
Saat ini sudah ada 104 kasus yang ditangani kepolisian terkait hoaks COVID-19.
https://maymovie98.com/movies/japanese-mom-2/
Lansia di Singapura Mulai Disuntik Vaksin COVID-19 Pfizer
Singapura mulai melakukan program vaksinasi COVID-19 massal. Kelompok usia lansia diketahui termasuk jadi penerima vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech ini.
Pada hari Rabu (27/1/2021), tenaga kesehatan di Ang Mo Kio dan Tanjong Pagar mulai memberi suntikan vaksin untuk lansia. Menteri Kesehatan Singapura Gan Kim Yong menargetkan sekitar 5.000 sampai 10.000 lansia divaksin dalam program percobaan ini.
"Saya ingin disuntik agar keluarga tidak terus mengkhawatirkan saya terinfeksi virus," kata salah satu warga, Ang Beng Giap (73), seperti dikutip dari Straits Times, Rabu (27/1/2021).
Penggunaan vaksin COVID-19 buatan Pfizer-BioNTech sempat jadi sorotan ketika ada beberapa lansia di Norwegia dilaporkan meninggal usai disuntik. Investigasi oleh tim independen menemukan kematian tersebut terjadi alamiah, alias bukan karena vaksin.
Dalam laporan yang diunggah pada 22 Januari 2021 di situs Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Global Advisory Committee on Vaccine Safety (GACVS) menyebut bahwa lansia yang meninggal memang sudah memiliki 'kerentanan'.
"Laporan saat ini tidak menunjukkan peningkatan fatalitas pada lansia atau karakterisitik efek samping apapun setelah penyuntikkan BNT162b2. Laporan sesuai dengan tingkat mortalitas dan penyebab kematian yang ada pada sub-populasi lansia rentan, pemberian vaksin tidak berkontribusi terhadap kejadian fatal," tulis GACVS.
"Karena itu komite mempertimbangkan manfaat-risiko dari BNT162b2 tetap menguntungkan bagi lansia. Untuk saat ini tidak mengubah rekomendasi vaksinasi," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar