Pemandian air panas atau onsen sudah sangat familiar di Jepang. Dulu, tradisi mandi air panas itu lumrah dilakukan lawan jenis secara bersama-sama.
Cerita soal onsen atau mandi bersama di Jepang memang tak ada habisnya. Budaya yang telah melekat ini menjadikan onsen sebagai wisata seksi yang tak ada habisnya di Jepang.
Jauh sebelum wisata ini dikenal, onsen terbuka untuk siapa saja. Dalam satu kolam wanita dan pria sama-sama mandi telanjang tanpa ada rasa sungkan.
Dihimpun detikcom dari berbagai sumber, Selasa (11/2/2020) tradisi mandi bareng lawan jenis disebut Konyoku. Menurut catatan sejarah, kultur ini sudah ada sejak abad ke-9, bahkan ada yang percaya jauh sebelum waktu itu.
Masyarakat Jepang terbiasa dengan budaya ini. Bahkan peraturannya wanita dan pria harus benar-benar telanjang tanpa handuk atau pakaian renang.
Sampai pada akhir era Meiji, tahun 1868 perdebatan pun dimulai. Saat itu, Jepang sedang jemawa membuka diri dengan meresmikan pelabuhan-pelabuhannya kepada dunia.
Banyak orang asing yang datang dan penasaran budaya Jepang, terlebih Konyoku. Begitu melihat pemandian ini, mereka protes.
Konsep mandi bareng lawan jenis dinilai kurang sopan oleh orang asing. Apalagi semua orang bercampur dalam satu pemandian tanpa ada sekat.
Dari mulut ke mulut, konyoku semakin terkenal di mata dunia. Sampai akhirnya kultur ini memicu kontroversi politik antara Jepang dan orang barat, khususnya Amerika.
Perspektif itu akhirnya mendorong pemerintah Jepang untuk memodifikasinya. Mandi bersama masih bisa dilakukan oleh sesama gender dan dilakukan di tempat terpisah.
Perlahan-lahan, banyak kota di Jepang yang melarang konyoku. Sebut saja Tokyo dan kota-kota besar lainnya mulai mengganti konsep onsen dengan yang lebih ramah wisatawan.
Menurut Oguro, lebih dari 20 tahun terakhir konyoku menurun drastis sampai 40 persen. Pada tahun 2016 tersisa kurang dari 500 onsen konyoku yang ada di Jepang. Jika pun ada hanya bisa ditemukan di desa-desa, karena hampir punah.
Konyoku yang tersisa pun tak bugil begitu saja. Rata-rata pemandian meminta turis wanita untuk menutup tubuhnya dengan handuk atau baju renang. Sehingga terhindar dari lelaki hidung belang yang mencari keuntungan dari budaya ini.
Kini, konsep nudisme mulai kembali digaungkan. Sudah banyak hotel dan pantai di berbagai belahan dunia yang mendukung teori ini. Sehingga, traveler bisa bebas beraktivitas tanpa pakaian alias bugil.
Jadi, apakah Jepang mau melestarikan konyoku?
https://indomovie28.net/movies/byzantium/
Onsen, Mandi Telanjang Bersama, dan Yakuza
- Onsen di Jepang tak sekadar pemandian air panas. Ada filosofi mandi telanjang sampai-sampai urusan yakuza. Penasaran?
Onsen merupakan tempat pemandian air panas khas Jepang. Onsen mudah ditemukan, tak ayal Jepang punya 3.000 sumber mata air panas alami!
Onsen punya satu aturan khusus yang harus ditaati, baik oleh warga Jepang sendiri maupun oleh turis. Mandi di onsen, harus telanjang dan bersama orang lain.
Mandi telanjang bersama itu pun tak sekadar mandi. Namun hal tersebut menyimpan suatu filosofi.
Filosofinya adalah hadaka no tsukiai yang punya arti hubungan telanjang atau hubungan terbuka. Filosofi tersebut punya arti, ketika telanjang tanpa sehelai benang di tubuh maka tidak ada status kedudukan atau jabatan. Alias, semua orang sama!
Tidak ada bos dan anak buah, tidak ada si kaya dan si miskin, dan lainnya. Saat telanjang bersama, maka semua orang punya derajat yang sama.
Budaya mandi telanjang di onsen pun sudah berlangsung dari ratusan tahun silam dan masih diteruskan hingga kini. Tapi tenang, pemandian untuk pria dan wanita dipisah kok!
Kemudian, ada satu hal penting lainnya soal onsen. Kebanyakan onsen menolak pengunjung yang bertato, atau bagi yang punya tato harus diplester untuk menutupi tatonya.
Sebab, tato dipandang miring oleh orang-orang Jepang. Apalagi, tato sudah jadi ciri khas bagi yakuza, kelompok gengster ala Jepang yang paling ditakuti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar