Selasa, 23 Februari 2021

Soal Nakes Wafat Terinfeksi COVID-19 Usai Divaksinasi, Ini Kata Kemenkes

 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menanggapi laporan terkait adanya tenaga kesehatan (nakes) yang meninggal dengan status positif COVID-19 meski sudah mendapat vaksin. Ada beberapa hal yang diduga bisa jadi penyebabnya.

Juru bicara program vaksinasi COVID-19 dari Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi, menjelaskan memang masih ada risiko seseorang bisa terinfeksi meski sudah mendapat vaksin COVID-19. Biasanya ini terjadi dalam tahap awal pemberian vaksin, ketika tubuh masih belum membentuk antibodi secara optimal.


Nadia menjelaskan bahwa antibodi yang optimal baru terbentuk rata-rata setelah 28 hari penyuntikan dosis kedua vaksin. Artinya, sebelum periode itu maka antibodi di dalam tubuh belum memiliki kemampuan yang efektif untuk melawan infeksi.


"Vaksinasi COVID-19 membutuhkan dua kali penyuntikan atau dua kali dosis. Sebab sistem imun perlu waktu lewat paparan yang lebih lama sehingga imunitas mengetahui bagaimana cara efektif melawan virus," kata Nadia dalam konferensi pers yang disiarkan Kementerian Kesehatan pada Senin (22/2/2021).


Kemungkinan berikutnya mengapa masih ada penerima vaksin COVID-19 yang terinfeksi adalah karena tidak sadar dari awal sudah sakit. Dengan lama inkubasi virus yang sampai 1-14 hari dan gejala awal mirip flu, seseorang bisa tidak menyadari sudah terinfeksi COVID-19 saat menerima vaksin.


"Karena gejalanya mirip flu kadang kita tidak sadar itu gejala awal tertular COVID-19," ungkap Nadia.


"Kalau kita lihat beberapa kasus-kasus tenaga kesehatan yang sudah mendapat vaksinasi dosis pertama kemudian terinfeksi sampai wafat, ini sebagian besar terinfeksi pada rentang waktu sebelum penerimaan dari vaksinasi," pungkasnya.

https://nonton08.com/movies/about-love-4/


Kemenkes RI Temukan Kasus Kecemasan Sehabis Vaksinasi COVID-19


- Vaksinasi COVID-19 tahap kedua untuk petugas pelayanan publik dan juga kelompok lansia sudah dimulai sejak beberapa hari lalu. Sampai saat ini Kementerian Kesehatan menyebut belum ada laporan terkait Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) serius.

Juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan, laporan yang masuk sejauh ini hanya efek samping yang ringan.


"Rata-rata ini hanyalah gejala efek samping yang ringan saja. Banyak kasus yang diperkirakan dugaan kejadian akibat efek samping, tapi ternyata memang bukan karena efek samping (vaksin)," jelasnya dalam dialog produktif vaksinasi lansia yang disiarkan di YouTube FMB9ID-IKP, Senin (22/2/2021).


dr Nadia menjelaskan, kejadian yang banyak terjadi usai penerimaan vaksinasi COVID-19 akibat stres pasca imunisasi. Menurutnya, hal ini disebabkan karena kecemasan yang berlebihan karena baru mendapat vaksin.


"Karena mungkin kecemasan yang berlebihan karena baru mendapatkan vaksin. Kemudian, sering ada yang dilaporkan pingsan kemudian ada yang kejang-kejang," kata dr Nadia.


"Tapi setelah penanganan, ini tidak ada hubungannya dengan vaksinasi," tegasnya.


Vaksin COVID-19 Mana yang Paling 'Laku' di Dunia? Ini Daftarnya


Menurut data dari Our World In Data oleh University of Oxford, kini lebih dari 199 juta dosis vaksin COVID-19 telah diberikan di seluruh dunia. Angka itu setara 2,6 juta dosis telah diberikan per 100 orang.

Dalam laporan yang dipublikasikan oleh The New York Times, vaksin yang paling banyak digunakan di dunia adalah jenis vaksin buatan Amerika Serikat, Pfizer.


Vaksin yang diproduksi Pfizer bersama perusahaan Jerman BioNTech disebut memiliki angka efikasi hingga 95 persen berdasarkan analisis interim uji klinis fase III. Tercatat, vaksin ini digunakan oleh sebanyak 61 negara di dunia, termasuk negara-negara Eropa dan Saudi Arabia.


Selain Pfizer, vaksin COVID-19 lain yang juga banyak dipakai adalah vaksin asal Inggris buatan AstraZeneca dan University of Oxford. Vaksin ini memiliki beberapa kelebihan, terutama harga yang relatif murah dan proses penyimpanan maupun distribusi yang lebih mudah.


Jenis vaksin COVID-19 asal China yakni buatan Sinovac tercatat telah digunakan di 6 negara, termasuk di Indonesia.


Ada juga vaksin asal Rusia yakni Sputnik V dengan efikasi sampai 91,6 persen yang berada di daftar 5 besar vaksin paling 'laku' di seluruh dunia. Vaksin ini digunakan di 9 negara.

https://nonton08.com/movies/about-love-3/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar