Rabu, 24 Februari 2021

Satgas: Keterisian Tempat Tidur di Faskes Berhasil Berkurang Signifikan

 Banyaknya kasus COVID-19 yang membutuhkan perawatan sempat membuat angka tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di beberapa daerah Indonesia meningkat. Tingginya angka BOR tersebut bahkan sempat disebut membuat sistem kesehatan Indonesia terancam kolaps.

Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, melaporkan kabar kondisi BOR yang tinggi kini sudah berhasil ditekan. Hal ini terjadi di seluruh provinsi yang melaksanakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).


Ada tujuh provinsi yang data BOR-nya diambil yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Bali, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.


"Keterisian tempat tidur pada saat ini seluruhnya mengalami penurunan jika dibandingkan sebelum PPKM. Penurunan paling signifikan terjadi di Jawa Tengah, dari 74,9 persen sebelum PPKM menjadi 35,76 persen per tanggal 19 Februari," kata Wiku dalam konferensi pers yang disiarkan BNPB, Selasa (23/2/2021).


"Penurunan BOR yang terjadi di tujuh provinsi yang melaksanakan PPKM ini merupakan perkembangan yang perlu kita apresiasi bersama," lanjutnya.


Wiku mengingatkan agar daerah memastikan penurunan BOR terjadi karena kasus pasien COVID-19 yang membutuhkan perawatan benar-benar berkurang. Jangan sampai angka BOR turun karena banyak pasien yang butuh perawatan tidak terdeteksi.


"Adanya penurunan keterpakaian tempat tidur perlu diperhatikan lebih lanjut. Apakah karena pasien positif dengan gejala sedang-berat yang semakin berkurang atau orang yang membutuhkan pelayanan kesehatan belum atau tidak terjaring sejak dini sehingga tidak dirawat di rumah sakit," pungkas Wiku.

https://tendabiru21.net/movies/trust/


Waspada! Ini Gejala COVID-19 yang Picu Kondisi Fatal


Adanya varian baru virus Corona, menambah panjang kemungkinan gejala baru virus COVID-19.

Meskipun beberapa gejalanya ringan dan bisa diobati di rumah, ada tanda-tanda COVID-19 tertentu yang dapat berakibat fatal dan harus segera ditangani.


Selain tiga gejala umum COVID-19, demam, batuk kering, dan kelelahan, terdapat gejala COVID-19 parah lainnya yang dapat mengancam dan harus segera ditangani dengan pengawasan medis.


Dikutip dari laman Times of India, dalam sebuah wawancara, dr LukePratsides, seorang dokter utama di klinik kesehatan priaNuman, menyebutkan tiga tandaCOVID-19 yang dapat berakibat fatal. Apa saja?


1. Napas pendek

Untuk mengukur apakah gejala COVID-19 parah adalah dengan memburuknya napas, dan sejauh mana kamu dapat melakukan aktivitas normal sehari-hari, mencuci, berpakaian, memasak, naik tangga dan antar ruangan di rumah.


dr Luke menyarankan untuk melakukan pemantauan oksigen di rumah dan juga meminta pasien untuk mencari bantuan medis untuk hal yang sama.


Ketidakmampuan untuk membentuk kalimat atau menyelesaikan satu kalimat penuh tanpa berhenti untuk mengambil napas atau istirahat juga dilihat sebagai kemungkinan infeksi COVID-19 yang parah.


2. Pusing atau tidak sadarkan diri secara tiba-tiba

Menurut dr Luke, jika seseorang merasa pusing dan pingsan karena ada gejala yang mendasari COVID-19 maka ini bisa menjadi kritis atau serius.


"Tanda-tanda ini berarti kamu tidak lagi mendapatkan cukup oksigen dan mungkin mengalami gangguan pernapasan akut, kondisi yang mengancam jiwa yang ditandai dengan peradangan paru-paru yang parah," jelasnya


"Bahkan dengan COVID-19 kritis, jika kamu mendapatkan perawatan di rumah sakit dengan cepat, kamu memiliki peluang untuk bertahan hidup dan pulih," tambahnya.


3. Gejala ringan atau umum dari COVID-19

Selain gejala COVID-19 yang parah, gejala yang paling umum masih tetap sama yaitu demam dan batuk kering. Berikut beberapa gejala umum COVID-19 yang harus diwaspadai.


Demam

Batuk kering

Sakit tenggorokan

Hidung berair dan tersumbat

Kelelahan

Hilangnya indra penciuman dan perasa

https://tendabiru21.net/movies/the-man-from-u-n-c-l-e/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar