Setelah bertahun-tahun tak bisa masuk China, akhirnya Steam kini bisa hadir di Negeri Tirai Bambu tersebut. Namun tentu ada penyesuaian dibanding versi negara lain.
Valve menggarap versi Steam khusus untuk China, yaitu yang memenuhi aturan ketat dari pemerintahan China. Contohnya game yang mau dipasarkan harus mendapat persetujuan dari pemerintah.
Sebenarnya, Steam versi internasional pun bisa diakses di China tanpa VPN. Namun banyak fitur komunitasnya yang tak bisa diakses, dan tentu tak memenuhi semua aturan yang diterapkan oleh pemerintah China.
Sementara Steam China adalah platform yang legal, dan semua game yang ada di dalamnya sudah mendapat izin. Hanya saja, game yang tersedia saat ini cuma 53. Sebagai perbandingan, Steam versi internasional saat ini punya lebih dari 21 ribu game di dalamnya.
Beberapa game 'beruntung' itu adalah Counter Strike: Global Offensive dan Dota2. Untungnya, game dari Steam versi internasional bisa ditransfer ke Steam China, termasuk isi dompet digital serta game yang sebelumnya sudah dibeli (tentu saja jika game tersebut mendapat sudah mendapat izin).
Sebaliknya, game yang dibeli di Steam China pun bakal bisa dimainkan di Steam versi internasional, demikian dikutip detikINET dari Techspot, Kamis (11/2/2021).
China memang sudah mulai membuka diri sejak 2015 lalu untuk game, yaitu saat mereka menghentikan pemblokiran terhadap penjualan konsol game di negara tersebut yang sudah berjalan selama 14 tahun. Alhasil Sony, Microsoft, dan Nintendo pun sudah bisa memasarkan konsolnya di China.
Pemblokiran itu sendiri awalnya diterapkan pada tahun 2000. Menteri Kebudayaan China saat itu menyebut pemblokirannya dilakukan untuk melindungi generasi muda. Namun kini tampaknya game sudah tak dianggap sebagai ancaman bagi generasi muda di China.
https://cinemamovie28.com/movies/filosofi-kopi-2-ben-jody/
Penjualan TikTok ke Oracle Ditunda Tanpa Batas Waktu
Setelah molor hingga berbulan-bulan, penjualan bisnis TikTok di Amerika Serikat ke Oracle dan Walmart ditunda sampai waktu yang tidak ditentukan.
Hal ini karena pemerintahan Joe Biden sedang meninjau kembali upaya pemerintahan Donald Trump untuk menangani potensi risiko keamanan dari perusahaan teknologi asal China.
Tapi ByteDance selaku perusahaan induk TikTok tetap melanjutkan pembicaraan dengan Commitee on Foreign Investment in the U.S. (CFIUS), menurut laporan dari Wall Street Journal yang mengutip sumber yang familiar dengan isu tersebut.
Dalam briefing di Gedung Putih, Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan pemerintahan Biden belum mengambil langkah baru terkait dengan penjualan TikTok.
"Tidak akurat untuk mengatakan bahwa ada langkah proaktif baru dari Gedung Putih Biden. Ada proses CFIUS ketat yang sedang berlangsung," kata Psaki, seperti dikutip dari CNBC, Kamis (11/2/2021).
TikTok pertama kali dipaksa menjual bisnisnya di AS setelah pemerintahan Donald Trump menuduh ByteDance bisa saja memberikan data pengguna AS ke pemerintah China. TikTok telah beberapa kali membantah tuduhan tersebut.
Trump kemudian mengeluarkan perintah eksekutif pada 6 Agustus yang melarang perusahaan AS untuk bertransaksi dengan TikTok kecuali mereka berhasil menyelesaikan masalah keamanan tersebut.
Pada September 2020, TikTok kemudian mencapai kesepakatan dengan Oracle dan Walmart yang menjadikan Oracle sebagai 'mitra teknologi terpercaya' TikTok. Dalam kesepakatan ini, kedua perusahaan juga membeli saham TikTok tapi ByteDance masih akan memiliki 80% dari bisnis TikTok.
Tapi pembicaraan tersebut mandek dan tenggat waktunya telah diperpanjang hingga dua kali. Setelah membawa kasus ini ke ranah hukum, pengadilan federal melarang pemerintah AS untuk memblokir operasi TikTok di AS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar