Jumat, 12 Februari 2021

Lumpuh hingga Punggung Bolong, Anggi Diduga Alami Tumor Leher

 Anggita Chairunas Berdikari (32) sudah tujuh bulan hanya terbaring di tempat tidurnya. Dia mengalami kelumpuhan pada bagian kaki dan sebagian lengannya.

Setiap hari, Anggi hanya bisa menghabiskan waktunya di tempat tidur dengan berbaring miring di dalam kamar kosnya, RT 02 RW 03, Kelurahan Ngadirejo, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo. Daging pada punggung bawahnya mengelupas sampai seperti berlubang.


Makan, buang air kecil dan buang air besar pun hanya bisa dilakukan di kasur. Untuk makan, dia masih bisa melakukan sendiri, meskipun kadang ibunya yang menyuapi.


Jari-jarinya juga sudah melemah, sehingga tidak mudah untuk mengoperasikan ponsel pintarnya. Gitar yang dahulu sering dia mainkan, sekarang hanya menjadi pajangan di kamar.


"Setiap hari ya cuma di kamar, main HP sama nonton televisi. Keluar rumah kalau pas ke rumah sakit," kata pria kelahiran Yogyakarta itu, saat dijumpai di kamarnya, Kamis (11/2/2021).


Berawal dari jatuh

Anggi menceritakan sekitar 1,5 tahun yang lalu dia terjatuh dari ketinggian dua meter saat membantu pekerjaan tetangga. Dia terjatuh dalam posisi duduk.


Beberapa waktu kemudian, dia mulai merasakan kakinya melemah hingga harus menggunakan kursi roda. Namun menurut dokter, tulangnya sebetulnya dalam kondisi baik.


"Saya periksa ke dokter itu dicek tulangnya masih bagus semua. Dokter tidak yakin sakit saya ini karena tulang, mungkin ada penyakit lain," kata Anggi.


Lama kelamaan kondisinya semakin lemah. Sampai pada suatu pagi dirinya tidak bisa bangun dari tempat tidur. Sejak saat itu dia tidak bisa menggunakan lagi kursi rodanya.

https://indomovie28.net/movies/strange-battle/


"Untuk berbalik miring ke sana saja harus dibantu," ujarnya.


Diduga tumor

Anggi menceritakan hasil pemeriksaan dokter selanjutnya menemukan ada dugaan tumor pada lehernya. Tumor tersebut disebut bisa membuat saraf melemah.


"Tapi dokter belum yakin itu tumor. Ini sedang diobservasi mendalam untuk memastikannya," ujar dia.


Jika benar ada tumor pada lehernya, Anggi memiliki dua opsi. Pertama ialah melakukan operasi, atau kedua menjalani pengobatan tanpa operasi.


"Kalau saya penginnya tanpa operasi. Karena kabarnya orang-orang yang mengalami kondisi seperti saya tidak bisa kembali seperti semula kalau dioperasi," katanya.


Terkendala biaya

Anggi telah berpisah dengan istri dan seorang anak berusia lima tahun. Dia sekarang tinggal di kos berdua bersama ibunya, Sri Riwayatiningsih.

Pria yang dahulunya bekerja sebagai tukang bangunan itu kini hanya bisa bergantung pada ibunya. Sri bekerja sebagai asisten rumah tangga di sebuah rumah yang tak jauh dari indekosnya.


Sri mengaku mendapatkan upah Rp 1 juta tiap bulan. Uang tersebut langsung dipotong untuk membayar uang sewa kos sebesar Rp 500 ribu.


"Dulu waktu Anggi masih pakai kursi roda, masih bisa cari uang, jualan online. Tapi sekarang cuma saya yang bekerja. Saya juga yang tiap hari mengurus Anggi," ujar Sri.


Biaya pengobatan selama ini ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Transportasi ke rumah sakit juga sudah diantar jemput oleh relawan.


"Kalau untuk makan, saya yakin Allah nggak membiarkan anak saya kelaparan. Pasti ada saja yang membantu. Yang cukup boros itu membeli perlengkapan perawatan, kain kasa, plester, obat merah, dan obat-obatan lain itu beli sendiri," katanya.


Meski menjalani hidup yang berat, Sri mengaku tetap bersyukur. Dia yakin akan ada jalan untuk mencapai kesembuhan anaknya.


"Alhamdulillah, yang penting anak saya bisa makan, kondisinya juga semakin baik. Ini tinggal nunggu MRI, nanti tunggu tindakan selanjutnya, semoga bisa lekas sembuh," tutupnya.

https://indomovie28.net/movies/tooken/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar