Rabu, 03 Februari 2021

BP Rugi Nyaris Rp 80 Triliun, Terparah dalam 10 Tahun

 Produsen minyak dan gas British Petroleum atau BP mengalami kerugian sebesar US$ 5,7 miliar atau setara Rp 79,8 triliun (kurs Rp 14.000/US$) pada 2020, terparah dalam 10 tahun terakhir. Penyebabnya karena pandemi virus Corona menurunkan permintaan minyak.

Meski begitu, BP mengaku akan tetap melakukan transisi untuk pembuatan energi bersih. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan pembangkit listrik terbarukan menjadi 50 gigawatt (GW) pada 2030 dari 3,3 GW saat ini, sambil memangkas produksi minyak untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.


BP tetap optimistis Belanja modal akan naik jadi US$ 13 miliar tahun ini, di mana US$ 9 miliar masih akan digunakan untuk minyak dan gas. Untuk kuartal terakhir tahun 2020, BP melaporkan keuntungan sebesar US$ 115 juta, jauh dari perkiraan analis karena penjualan minyak dan gas yang lemah.


"Kuartal yang sulit di akhir tahun yang sulit," kata CEO BP, Bernard Looney dikutip dari Reuters, Selasa (2/2/2021).


"Kami memperkirakan pembatasan COVID-19 yang diperbarui memiliki dampak yang lebih besar pada permintaan produk, dengan volume ritel Januari turun sekitar 20% tahun ke tahun, dibandingkan dengan penurunan 11% pada kuartal keempat," lanjut Bernard.


Meski begitu, permintaan minyak diprediksi akan pulih pada 2021 dengan persediaan global yang diperkirakan akan kembali ke rata-rata lima tahun pada pertengahan tahun. Pasar gas alam global yang lebih ketat diharapkan lebih mendukung keuntungan.


Saham BP telah kehilangan lebih dari 40% nilainya selama setahun terakhir dan tetap mendekati posisi terendah selama 25 tahun. Pesaingnya termasuk Royal Dutch Shell dan Exxon Mobil juga mengalami penurunan nilai pasar dalam beberapa bulan terakhir.


Tumpukan utang BP sebesar US$ 39 miliar diperkirakan akan meningkat pada paruh pertama tahun ini karena terus berjuang saat lingkungan bisnis lemah. Perusahaan akan berusaha untuk mengurangi utangnya menjadi US$ 35 miliar pada awal 2022. Di level utang itu, BP berencana memulai buyback saham. Dividen BP tetap pada 5,25 sen per saham.

https://nonton08.com/movies/identicals/


Kematian COVID-19 RI Meningkat 25 Persen, Jabar Naik Dua Kali Lipat Lebih


Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, menyebut perkembangan kasus kematian karena COVID-19 di Indonesia seminggu terakhir memburuk. Terjadi peningkatan 25,3 persen kasus kematian di tingkat nasional bila dibandingkan dengan periode minggu sebelumnya yaitu 18-24 Januari.

Dalam periode seminggu sampai 31 Januari 2021, Indonesia melaporkan 2.127 kasus kematian COVID-19. Total hingga saat ini sudah ada 30.581 kematian yang tercatat.


"Ini adalah kondisi yang perlu jadi perhatian bersama. Angka kematian masih mengalami fluktuasi, artinya kita masih belum berhasil mengendalikan kematian di tingkat nasional," kata Wiku dalam konferensi pers yang disiarkan kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (2/2/2021).


Ada lima daerah yang menjadi sorotan karena mengalami peningkatan kasus kematian tertinggi. Jawa Barat (Jabar) berada di urutan pertama dari yang tadinya melaporkan 170 kematian dalam seminggu kini jadi 415.


"Pada minggu ini kenaikan kematian paling tinggi terjadi di Jawa Barat, yaitu naik lebih dari dua kali lipat dari minggu sebelumnya. Kemudian disusul Jawa Tengah, Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Kalimantan Utara," papar Wiku.


Wiku menyebut menekan angka kematian harus jadi prioritas dalam upaya pengendalian COVID-19. Ini karena dibandingkan indikator yang lain, seperti angka kesembuhan, menurunkan angka kematian relatif lebih sulit.


"Upaya dalam menekan angka kematian harus kita lakukan dengan meningkatkan kualitas layanan COVID-19 di rumah sakit. Utamanya pada kelompok lansia yang cenderung memiliki daya tahan tubuh lebih rendah dan penyakit komorbid yang dimilikinya dapat memperparah kondisi tubuh saat terinfeksi COVID-19," pungkas Wiku.

https://nonton08.com/movies/colonia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar