Rabu, 01 Januari 2020

Bali Tegas! Turis Berulah Bakal Ditertibkan

Selalu saja ada turis yang bikin ulah di Bali. Maka itu, Pemprov Bali bakal bikin aturan tegas soal etika berwisata!

Terbaru, ada turis dari Australia yang berulah dengan tendangan 'kungfu'. Diketahui, turis itu mabuk karena minuman beralkohol dan menendang pengendara motor sampai menabrakan diri di mobil.

Selain itu, ada juga turis asal Ceko yang berulah di kawasan Monkey Forest Ubud, Bali. Keduanya menggunakan air suci yang mengucur dari pelinggih pura untuk 'cebok'.

Menanggapi hal tersebut, Gubernur Bali, Wayan Koster mengatakan pihaknya bakal membuat aturan yang mengatur etika turis saat berwisata di Bali. Tujuannya, agar turis menghormati budaya yang ada di Bali.

"Ada, maka akan dirumuskan dulu. Tentu harus memberikan arahan, baik yang ada di Bali maupun pariwisata itu sendiri, agar menghormati budaya Bali, etika, dan estetika ketika berwisata ke Bali," kata Koster seusai apel HUT Provinsi Bali di Lapangan Niti Mandala Renon, Denpasar, Bali, Rabu (14/8/2019).

Wayan Koster melanjutkan, Bali merupakan tujuan wisata dunia, namun saat ini ada sejumlah insiden yang kurang baik terjadi akibat ulah sejumlah turis asing. Koster berharap aturan yang ada nantinya akan membuat pengelolaan pariwisata di Bali lebih baik.

"Bali ini adalah daerah tujuan wisata dunia saat ini kita melihat langsung di sana sini ada hal yang kurang mengenakkan. Pada intinya memberi pesan agar penyelenggaraan pariwisata di bali ini harus ditata lebih baik dengan suatu regulasi," ujar Koster.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) juga menegaskan akan menertibkan turis yang bikin ulah di Bali. Hal itu demi menjaga suasana pariwisata yang kondusif bagi turis lain dan warga Bali.

"Yang tidak beretika, nanti ditertibkan," tegasnya.

Watu Kelir, Ikon Geopark Karangsambung-Karang Bolong Kebumen

Watu Kelir atau Batu Rijang Merah merupakan ikon Geopark Karangsambung-Karang Bolong Kebumen Jawa Tengah. Di sini ada batuan berusia ratusan juta tahun.

Awalnya saya tidak ada rencana ke cagar geologi Watu Kelir Kebumen. Hanya setelah selesai ke embung Selo Asri Kebumen, Mas Suparmin salah satu pengelolah embung menjelaskan, kalau wilayah utara ini masuk dalam wilayah geopark Karangsambung-Karangbolong Kebumen. Dan ikonnya adalah Watu Kelir.

Saya langsung bertanya pada Mas Parmin letak Watu Kelir itu. Dan saya suprais, saat mas Parmin mengatakan sangat dekat dari embung Selo Asri itu. Bahkan Mas Parmin menawarkan untuk menemani. Wow.. saya langsung setuju. Makanya saya pun mengikuti motor Mas Parmin. Ternyata letaknya memang sangat dekat. Bahkan sebenarnya, saat akan menuju embung Selo Asri, saya sudah melewati lokasi Watu Kelir. Hanya memang letaknya itu berada di bawah.

Jadi dari jalan raya, motor kami parkir. Selanjutnya turun ke bawah dan menyusuri jalan setapak sejauh 100 meter. Lalu menjelang lokasi, jalanan sedikit menurun. Harus ekstra hati-hati. Soalnya saya terpeleset dan hampir saja terperosok. Untung kaki saya masih punya cadangan rem cakram hahaha.

Tidak lama, sampailah saya dan Mas Parmin di lokasi Watu Kelir. Mata saya langsung tertuju pada batuan tegak mendatar sepanjang 100 meter pada dinding sebuah kali. Batu itu didominasi warna merah. Nah ternyata itulah Watu Kelir si Ikon Geopark Karangsambung Karang Bolong Kebumen. Saya terhenyak sebentar. Sebenarnya, sebelumnya saya pernah lihat videonya dan mebaca tentang Watu Kelir ini.

Di sinilah sekarang saya berdiri, di tempat yang dipercaya jutaan tahun lalu adalah dasar samudra, yang lempengannya patah, lalu menyeruak ke permukaan karena proses geologi. Masya Allah. Menurut Mas Parmin, sebenarnya Watu Kelir itu aslinya bernama Batu Rijang Merah. Hanya penduduk setempat menamakan Watu Kelir, karena bentuknya seperti kelir dalam pertunjukan wayang.

Mas Parmin juga menambahkan, kelir juga bisa berarti pembatas atau tirai. Dan memang, watu kelir adalah batas dunia fana dengan dunia alam gaib pada cerita-cerita kuno. Duh.. saya langsung merinding hehehe. Memang saat saya perhatikan baik-baik, batu tegak lurus yang merupakan dinding sungai Muncar itu, seperti sebuah layar dalam pertunjukan wayang.

Tidak hanya sampai di situ, ada keunikan lain di sini. Di atas Watu Kelir, ada batu-batu bulat yang mirip kenong di perangkat gamelan. Mas Parmin menjelaskan, kalau batu-batu itu sebenarnya namanya batu Lava basal. Jadi saat peristiwa menyeruaknya dasar samudra ke permukaan, keluar lava. Hanya karena di dalam air, maka langsung membeku dan membentuk bulat-bulat seperti bantal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar