Sabtu, 25 Januari 2020

Huli, Si Manusia Berwajah Kuning

Ada banyak suku di dunia yang hidup di pedalaman dan punya tradisi unik. Salah satunya suku Huli, dengan wajah berwarna kuning.

Mari kita ke Papua Nugini, negara tetangga Indonesia yang berada di sebelah timur. Selayaknya suku-suku di Hutan Amazon, Papua Nugini punya banyak suku yang punya cerita menarik.

Salah satunya adalah suku Huli. Silakan cari di internet mengenai suku-suku yang unik di dunia, maka keluarlah nama suku Huli. Si manusia berwajah kuning!

Dirangkum detikcom dari berbagai sumber, Jumat (24/5/2019) suku Huli menempati wilayah pegunungan di bagian barat Papua Nugini yang sulit terjangkau. Tidak ada akses jalan, naik helikopter saja sulit karena bentangan pegunungannya jadi tantangan berat para pilot.

Beberapa lokasi tempat tinggal suku Huli adalah distrik Tari, Koroba, Margaraima and Komo. Jumlah mereka yang terdata sekitar 250 ribu orang.

Dengan jumlah segitu, suku Huli menjadi suku dengan jumlah terbesar di Papua Nugini. Bukan hanya itu, mereka juga menjadi suku yang paling disegani!

Suku Huli terkenal sangat kuat dalam berperang dan berburu. Mereka bisa menembus hutan lebat, menghadapi medan ekstrem dan lain sebagainya.

Mengenali suku Huli pun sangat mudah. Sebab mereka punya ciri khas, yang pria selalu mengecat wajahnya dengan warna kuning.

Mereka mengecat wajahnya dengan bahan-bahan alami. Warna kuningnya begitu cerah, yang ternyata bukan hanya sembarangan dicat tapi juga ada nilai luhurnya,

Warna-warna cerah bagi suku Huli adalah warna-warna para leluhur. Mengecat wajah dengan warna kuning, diyakini akan mendekatkan diri dengan para leluhur dan selalu merasa dilindungi.

Bahkan ketika wajahnya sudah dicat, suku Huli sudah tidak merasa takut dengan apapun. Di lain sisi, warna kuning di wajahnya akan mengintimidasi dan menakuti suku-suku lain.

Tradisi mengecat wajah suku Huli ini sudah berlangsung sejak zaman dulu hingga kini. Usut punya usut, suku Huli sendiri baru pertama kali diketahui sekitar tahun 1934 oleh penjelajah dari Belanda.

Bagi pemerintah Papua Nugini, ciri khas suku Huli pun dijadikan simbol kebudayaan. Bahkan beberapa festival kebudayaan di sana menampilkan tradisi suku Huli lengkap dengan wajah dicat kuning.

Selamat bertemu suku Huli, si manusia berwajah kuning. 

Wisata Selam Jadi Pemicu Pertumbuhan Wisman di Sulut Hingga 500%

Dalam tiga tahun terakhir, kunjungan wisatawan mancanegara ke Sulawesi Utara meningkat drastis, hingga mencapai 500%. Keindahan bawah air Sulut menjadi pemicunya. Sebagian besar wisatawan yang datang, ingin menikmati keindahan taman laut di perairan Sulawesi Utara.

Pada 2015 lalu, wisatawan mancanegara yang datang ke Manado berjumlah 27.059 orang. Jumlah ini meningkat menjadi 127.879 wisman di tahun 2018. 90% wisman yang datang, berasal dari Tiongkok. Dan aktivitas terbesarnya adalah melakukan wisata selam.

Guna memacu pertumbuhan wisata selam di Sulawesi Utara, Kemenpar menggelar Focus Group Discussion (FGD), 20-21 Mei di Manado. Tidak hanya itu, para peserta FGD juga diajak melakukan kunjungan lapangan ke Monumen Coral Triangle CTI-Manado.

Kegiatan ini dilakukan untuk menginventarisasi permasalahan-permasalahan yang ada. Harapannya, bisa dipecahkan secara lintas sektor dengan cepat.

FGD dan kunjungan ke lapangan diikuti oleh perwakilan dari Kemenpar, Kemenko Kemaritiman, Pemprov Sulawesi Utara, Sekretariat Coral Triangle Initiative (CTI), Balai Pengelolaan Taman Laut Bunaken, Universitas Sam Ratulangi, Bank Indonesia, para pelaku bisnis wisata selam serta pemerhati wisata selam.

Menurut Penasehat Kehormatan Menteri Pariwisata Indroyono Soesilo, Sulawesi Utara telah menjadi "rising star" dalam hal pengembangan wisata bahari. Terutama, sejak digelarnya tiga event Internasional pada tahun 2009 lalu.

Ada World Ocean Conference 2009 yang diikuti 5000 peserta dari 87 negara. Kegiatan ini menghasilkan Manado Ocean Declaration. Dan, menjadi rujukan Goal 14 dalam Sustainable Development Goals (SDG) 2030.

"Event lain yang cukup membantu wisata bahari di Manado adalah Coral Triangle Initiative (CTI) Summit yang dihadiri 6 Kepala Negara. Kegiatan ini menjadikan Manado Pusat Terumbu Karang Dunia sekaligus lokasi Sekretariat CTI," Indroyono yang juga Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Bahari Kemenpar, dalam keterangannya, Jumat (24/5/2019).

"Ada juga Sail Bunaken 2009, yang merupakan kegiatan lomba layar pertama dan terbesar. Event ini dihadiri yachts dan 54 kapal perang dari 27 negara. Di antaranya kapal induk USS George Washington dan kapal rumah sakit terbesar di Dunia, USS Mercy," imbuhnya.

Manado juga diuntungkan momen pemecahan rekor Guinnes World Record menyelam bawah laut terbanyak didunia. Kegiatan ini total diikuti 2486 penyelam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar