Salah satu atraksi wisata paling favorit di Korea Selatan adalah naik kereta gantung di Gunung Seorak. Panorama yang terlihat sangat indah!
Dalam perjalanan d'Traveler Goes to Korea bersama tiket.com di awal bulan Mei 2019 ini, detikcom bertualang ke Korea Selatan. Ada banyak destinasi yang didatangi, seperti Gunung Seorak di Kota Sokcho yang berjarak sekitar 2 jam naik mobil dari Seoul.
Gunung Seorak merupakan salah satu taman nasional favorit turis. Banyak aktivitas yang bisa dilakukan di sini, dari melihat patung Buddha raksasa, trekking hingga naik cable car alias kereta gantung.
"Kereta gantungnya sangat diminati turis. Kita hanya bisa membelinya on the spot," kata pemandu lokal kami, Nam.
Kereta gantungnya cukup besar, bisa menampung hingga 50 orang sekali jalan. Kereta gantung ini membawa turis ke Gwongeumseong yang memiliki formasi bebatuan unik di ketinggian 700 mdpl. Cuma 5 menit perjalanannya.
"Dari kereta gantungnya, kita bisa trekking ke berbagai tempat seperti trekking di Gwongeumseong, atau ke Sogongwon, Jeohangnyeong dan Ulsanbawi Rock. Sebaiknya kalau mau trekking, sediakan waktu satu hari full," teran Nam.
Dari dalam kereta gantung, terhampar panorama Gunung Seorak dari ketinggian juga Kota Sokcho. Pegunungan hijau berbukit-bukit, dengan berbagai formasi bebatuan unik.
Panorama lautan biru dan pesisir pantai pun terlihat. Panoramanya sungguh lengkap!
"Di balik bukit, bukit, bukit dan bukit itu adalah Korea Utara," terang Nam.
Di Gwongeumseong, banyak turis yang berfoto-foto dan trekking. Menariknya tak hanya anak muda, tapi juga banyak orang-orang tua dan anak-anak kecil yang trekking.
Memang, alamnya yang liar tetap dijaga. Namun, aspek keselamatan seperti pagar pembatas pun diperhatikan. Sehingga, ada rasa aman dan nyaman.
Tiket naik kereta gantung di Gunung Seorak adalah sebesar 10.000 Won atau setara Rp 121 ribuan. Jam operasionalnya dari pukul 9 pagi sampai 6 sore.
Berminat mencoba?
Naiknya Tiket Masuk di Sejumlah Tempat Wisata Bali Naik Tak Disoal, Tapi...
Kenaikan harga tiket masuk di sejumlah tempat wisata di Badung, Bali disorot pengusaha pariwisata. Mereka kerepotan menginformasikan ke agen tur.
"Peningkatan harga tiket masuk ke sejumlah tempat wisata hal biasa terjadi, kami tak terlalu permasalahkan. Industri yang penting adalah kepastian kapan diberlakukan," kata Ketua Association of Indonesian Tours and Travel Agency (ASITA) Ketut Ardana saat ditemui di kantor Gubernur Bali, Jl Basuki Rahmat, Denpasar, Bali, Jumat (24/5/2019).
Ardana mengatakan biasanya anggotanya itu sudah teken kontrak dengan para partner di luar negeri sekitar 3 bulan hingga satu tahun sebelum trip. Dia pun menyesalkan kenaikan ini dilakukan di pertengahan tahun saat kontrak sudah diteken.
"Anggota kami cara kerjanya dengan membuat harga kontrak dengan para oartnernya di luar negeri, biasanya 1 April hingga Maret tahun berikutnya, atau Eropa November ke Desemeber. Misalnya kalau sudah tandatangan, dan di tengah jalan dinaikkan pasti mengalami kerugian," jelasnya.
Pihak Dinas Pariwisata Badung mengaku sudah menyosialisasikan aturan ini sejak akhir tahun lalu. Ardana mengatakan pihak travel akhirnya pasrah menalangi para grup wisatawan yang sudah terlanjut teken kontrak.
"Saya sempat berkomunikasi dengan kepala dinas, sudah ketok palu dan tak bisa diubah. Sekarang masih Mei dan ada waktu dua bulan kami komunikasi dengan partner di luar. Ini masa berlakunya yang jadi maslah, kalau kenaikan harganya tak masalah," jelasnya.
Ardana pun mencontohkan biasanya para pengusaha jasa travel memungut keuntungan sebesar USD 5-10 perorang. Jika dilihat dari kenaikan harga tiket rata-rata tak sampai Rp 20 ribu atau USD 2 dari perhitungan itu nilai kenaikan harga tidak menjadi soal.
"Cuma yang kami khawatirkan di banyak obyek wisata. Kalau sudah sign kontrak sudah tidak bisa diubah, karena mereka sudah promosikan dengan berdasarkan harga kita," terangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar