Selama ini kekayaan budaya jadi daya tarik utama untuk mengunjungi Tana Toraja. Ada rumah Tongkonan sampai tradisi penguburan mayat yang unik.
Menjadi daya tarik saat mengunjungi Tana Toraja, Tongkonan yang merupakan rumah adat masyarakat Toraja dengan berbagai keunikannya. Rumah panggung dari kayu dan atapnya yang menyerupai tanduk kerbau ini memiliki fungsi penting bagi kehidupan sosial suku Toraja.
Rumah Tongkonan memiliki fungsi sebagai tempat tinggal, upacara adat, kegiatan sosial dan membina kekerabatan. Terbagi menjadi tiga bagian yakni bagian selatan, tengah dan utara.
Pada bagian selatan merupakan ruangan untuk kepala keluarga. Ruang tengah berfungsi untuk tempat berkumpulnya keluarga, dapur dan tempat untuk meletakan jenazah sebelum akhirnya di semayamkan. Di bagian utara adalah ruang tamu, tempat meletakkan sesaji, dan sebagai tempat tidur.
Tradisi masyarakat Toraja biasanya tidak langsung menguburkan jenazah dan menyimpannya di rumah Tongkonan. Layaknya orang sakit jenazah itu masih diberi makan. Untuk mencegah agar jenazah tidak cepat membusuk dan bau maka jenazah pun dibalsem dengan ramuan tradisional.
Dilengkapi dengan ornamen tanduk kerbau yang disusun dari atas ke bawah, di depan rumah menjadi penanda tingginya derajat penghuni rumah tersebut. Semakin banyak tanduk yang terpasang maka menujukkan pemilik rumah memiliki status sosial yang tinggi. Tanduk-tanduk itu berasal dari kerbau yang dikurbankan saat Rambu solo (upacara pemakaman).
Lebih Dekat dengan Kebudayaan Minang di Sijunjung
Di Perkampungan Adat Nagari Sijunjung, adat dan kebudayaan Minang masih tinggi dipegang. Traveler bisa berkunjung ke sini untuk belajar soal kebudayaan Minang.
Tikar pandan mengambang di atas tetupumpukan padi. Saya merebahkan badan di atasnya. Dalam rumah gadang ini, padi bisa menggantikan kasur dan bahkan lebih menghangatkan.
Ketika itu malam sunyi. Kawanan tenggoret di pepohonan membentuk orkestra nyanyian pengantar tidur. Menjelang terlelap, mata saya menerawang memandangi ukiran-ukiran di sekeliling dinding ruang rumah gadang. Banyaknya corak yang melekat, sekaligus menggambarkan kekayaan seni orang yang tinggal di dalamnya.
Tadi siang saya memasuki kawasan Perkampungan Adat Padang Ranah, di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Lokasi dapat dicapai dengan menempuh empat jam perjalanan dari Kota Padangatau tiga jam perjalanan dari Kota Bukittinggi. Akses ke sini cukup baik. Sijunjung terletak di pusat pemerintahan Kabupaten.
November bulan penghujan, namun siang itu matahari tegak di atas kepala saat saya tiba. Di sebuah tempat seukuran lapangan bola, berkumpul orang-orang. Marawai sejenis umbul-umbul berkain hitam, merah, dan kuning telah berkibar. Tidak salah lagi, ini tandanya ada acara besar.
Di bawah tenda biru ada bangku-bangku yang telah disiapkan, di situ duduk bupati, kepala dinas pendidikan dan kebudayaan, staf menko bidang pembangunan manusia, beserta pengikut-pengikutnya. Mereka akan memberikan sambutan untuk pembukaan alek nagari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar