Anak dari artis Oki Setiana Dewi, Sulaiman Ali Abdullah, dikabarkan mengidap penyakit langka yang disebut prader willi syndrome (PWS). Hal ini disampaikannya melalui sebuah postingan di Instagram pribadinya.
"Hari ini bertemu tim dokter yang akan menangani @sulaimanaliabdullah ke depannya. Hari ini air mata saya kembali menetes. Bukan karena Sulaiman dinyatakan mengidap Prader Willi Syndrome, melainkan karena terharu karena kebaikan Allah yang luar biasa," tulis Oki dalam postingannya yang dikutip detikcom, Kamis (1/4/2021).
Apa itu prader willi syndrome?
Prader willi syndrome adalah kelainan genetik langka yang menyebabkan sejumlah masalah pada fisik, mental, maupun perilaku. Anak-anak dengan sindrom ini memiliki masalah neurologis dan perkembangan kompleks yang bisa berlanjut hingga mereka dewasa.
Apa penyebabnya?
Penyebab pasti prader willi syndrome ini belum diketahui. Tetapi, biasanya kondisi PWS ini terjadi karena adanya perubahan genetik pada wilayah kromosom 15 yang bisa mengganggu fungsi normal bagian otak yang disebut hipotalamus.
Dikutip dari WebMD, kondisi PWS ini juga bisa terjadi karena adanya cedera kepala atau otak. Namun, belum ada cara yang bisa mencegahnya.
Bagaimana ciri prader willi syndrome?
Ciri utama anak yang mengalami sindrom prader willi ini adalah rasa lapar yang muncul secara konstan, yang biasanya terjadi saat usia 2 tahun. Dikutip dari Mayo Clinic, penderita prader willi syndrome ini tidak pernah merasa kenyang (hyperphagia) dan sulit untuk mengontrol berat badan.
Ada beberapa ciri atau gejala prader willi syndrome yang bisa terlihat saat bayi, seperti:
Rendahnya kemampuan tonus atau otot istirahat
Memiliki fitur wajah yang berbeda. Mata berbentuk almond, penyempitan kepala, bibir atas tipis, dan kesulitan saat mengisap.
Gagal tumbuh
Kurangnya koordinasi mata
Kurangnya respons terhadap rangsangan
Namun, gejala prader willi syndrome ini biasanya akan terlihat lebih jelas di usia 1-4 tahun. Beberapa gejala yang muncul, yaitu:
Selalu merasa lapar
Perkembangan organ seks berjalan lambat
Pertumbuhan dan perkembangan fisik yang buruk
Ketidakmampuan dalam belajar
Perkembangan motorik yang terlambat
Kesulitan dalam berbicara. Biasanya baru mampu berbicara di usia 2 tahun
Mengalami masalah perilaku
Mengalami gangguan tidur
Mengalami skoliosis (kelengkungan yang abnormal pada tulang belakang)
Rabun jauh atau miopi
Memiliki kulit lebih terang dibandingkan dengan anggota keluarga lainnya
Bagaimana cara mendiagnosisnya?
Untuk mendiagnosa prader willi syndrome ini, dokter akan melakukan tes darah. Tes genetik ini bisa mengidentifikasi adanya kelainan pada kromosom anak yang mengindikasi sindrom tersebut.
https://kamumovie28.com/movies/the-snow-queen/
Penyerang Mabes Ditembak, Ini yang Terjadi pada Tubuh Saat Diterjang Peluru
Seorang wanita bersenjata nekat masuk ke Mabes Polri dan melepaskan enam tembakan. Wanita yang diketahui bernama Zakiah Aini itu kemudian dilumpuhkan dengan tembakan mematikan di jantung.
"Hasilnya nanti kami sampaikan ke penyidik tapi meninggal karena tembakan ya. Yang mematikan di jantung," ujar Wakarumkit RS Polri Kombes Umar Shahab di RS Polri, Jakarta Timur, Kamis (1/4/2021).
Pistol dan map kuning milik Zakiah Aini terlempar dan tergeletak di dekat tubuhnya yang terkapar. Peluru polisi menerjang jantung tersangka teroris ini yang membuatnya tewas di lokasi kejadian.
Peluru bisa menembus tubuh manusia dengan cukup baik. Jika pelurunya tertembus ke dalam, akan ada banyak kerusakan yang bisa timbul pada tubuh.
Saat tembakan dilepaskan dan peluru masuk ke dalam tubuh, kerusakan fatal bisa terjadi. Peluru 9mm, yang biasanya ditembakkan dari pistol yang digunakan untuk pertahanan diri oleh polisi, bergerak dengan kecepatan 900 mph.
Dengan kecepatan itu, peluru akan membuat rongga yang cukup besar untuk menghancurkan sel-sel di sekitar area tembakan. Getaran yang dihasilkan oleh tembakan juga bisa menyebabkan kerusakan serius pada organ, meskipun peluru tidak benar-benar mengenai jaringan tersebut.
Setelah peluru 'merobek' dan menembus area kulit dan daging, keberuntungan akan berperan di dalamnya. Ada yang bisa selamat, tapi lebih banyak yang meregang nyawa.
Connor Narciso, mantan petugas medis tempur dan Tentara Hijau Baret yang bertugas di Afghanistan, kepada Life Hacker mengatakan satu tembakan di lengan atau kaki sudah lebih dari cukup untuk mematikan seseorang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar