Viral cerita penangkapan babi ngepet di Depok yang belakangan dipastikan polisi cuma hoax. Rupanya, sang ustaz yang mengarang cerita tersebut membeli babi di toko online agar dirinya bisa terkenal usai mengaku-ngaku berhasil menangkap babi ngepet.
Tak sedikit warga yang langsung percaya fenomena babi ngepet meskipun kerap dipastikan hal semacam ini tidak mungkin terjadi. Psikolog klinis Nuzulia Rahma Tristinarum dari Pro Help Center menyebut ada beberapa kemungkinan penyebab di balik kepercayaan fenomena babi ngepet.
Pertama, cara berpikir seseorang. Menurut Rahma, cara berpikir logis setiap orang tentu berbeda, ada sebagian orang tak terbiasa berpikir kritis, tanpa ingin mencari tahu informasi lebih lanjut.
Pada akhirnya, orang tersebut hanya 'menelan' mentah-mentah dan ikut termakan informasi hoax.
"Ada juga kepercayaan keluarga atau lingkungan yang ditanamkan sehingga menginternalisasi sebagai keyakinan," beber dr Rahma menjelaskan alasan lainnya, saat dihubungi detikcom Kamis (29/4/2021).
Alasan lainnya, disebut Rahma sama seperti motif sang ustaz yang membuat hoax penangkapan babi ngepet di Depok. Disebutnya, bentuk perilaku mencari perhatian atau mencari keuntungan tertentu juga bisa menjadi dasar pertimbangan kepercayaan mereka.
Selain itu, lingkungan bergaul dan wawasan seseorang berpengaruh besar sebagai faktor persepsi mereka terkait fenomena babi ngepet. Diberitakan sebelumnya, kronologi hoax cerita penangkapan babi ngepet sudah direncanakan para pelaku juha-jauh hari.
"Tersangka ini bekerja sama dengan kurang-lebih delapan orang, mengarang cerita tersebut, seolah-olah babi ngepet itu benar. Ternyata itu rekayasa tersangka dan teman-temannya," jelas Kapolresta Depok Kombes Imran Siregar.
Kepada warga, Adam Ibrahim menggambarkan babi ngepet itu berkalung dan kepalanya diikat tali merah. "Tersangka merekayasa dengan memesan secara online seekor babi dari pencinta binatang," lanjutnya.
https://maymovie98.com/movies/street-fighter-assassins-fist/
Hal yang Perlu Diperhatikan Bila Harus Konsumsi Obat saat Berpuasa
Menjalani puasa bisa menjadi tantangan bagi seseorang yang mempunyai penyakit maag. Sebab, ia diwajibkan untuk tidak makan selama kurang lebih 12 jam, mulai dari adzan Subuh hingga Maghrib.
Tentunya, dengan perut yang kosong selama rentan waktu tersebut membuat penyakit yang ia akan muncul tiba-tiba. Salah satu cara untuk menghindarinya adalah dengan mengonsumsi obat, walau di bulan puasa kali ini mengonsumsi obat tentunya tidak diperbolehkan.
Lalu, bagaimana caranya mengonsumsi obat-obatan selama bulan puasa?
Sebuah penjelasan diberikan oleh Kementerian Kesehatan. Pada postingnya di sosial medianya di tahun 2018, Kementerian Kesehatan membeberkan cara menggunakan obat ketika puasa.
Perubahan jadwal obat yang mendadak disebut dapat mempengaruhi terapi dari obat. Sehingga diperlukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau apoteker terkait perubahan ini.
Namun, secara umum, obat yang digunakan satu kali bisa diminum saat sahur atau berbuka. Sedangkan untuk obat yang dikonsumsi 2 kali, bisa diminum saat sahur dan berbuka.
Lebih lanjut, jika ada obat yang wajib untuk dikonsumsi 3 kali dalam sehari, maka dianjurkan untuk dikonsumsi dalam rentang waktu yang sama yaitu setiap 5 jam sekali. Seperti contoh penggunaan obat 3 bisa dilakukan pada jam 18.00 ketika berbuka, 23.00 tengah malam, dan 04.00 saat sahur.
Kemudian, untuk obat yang dikonsumsi sebelum makan, cobalah untuk dikonsumsi 30 menit sebelum sahur atau sebelum makan besar di saat berbuka puasa. Sebaliknya, untuk obat yang dikonsumsi setelah makan, bisa digunakan 5-10 menit setelah makan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar