India kini mencatat lebih dari 300 ribu kasus baru COVID-19 per harinya. Akan tetapi, angka kematian akibat COVID-19 yang dilaporkan harian oleh pemerintah dicurigai jauh lebih kecil dibanding angka sebenarnya.
"Pemerintah Delhi mengatakan bahwa 380 orang meninggal setiap hari akibat virus Corona. Tetapi sebenarnya angka kematian sekitar 1000, atau lebih dari 1000," ujar seorang pengiring jenazah, Amit Kaushik, dikutip dari Sky News, Rabu (28/4/2021).
Sekretaris Jenderal Asosiasi Dokter Layanan Kesehatan, Benggala Barat, dr Manas Gumta menjelaskan, angka kematian akibat COVID-19 yang dilaporkan pemerintah memang lebih rendah dibanding angka sebenarnya.
Melihat kondisi di 1 pemakaman krematorium Hindon di Ghaziabad saja, 25 jenazah masih harus menunggu selama 2-3 jam untuk dikremasi.
"Populasi besar yang diduga positif COVID-19 pasti menjauh dari tes. Saya percaya jumlah sebenarnya orang yang meninggal akibat COVID-19 2-3 kali lebih banyak dibandingkan yang dilaporkan oleh pemerintah," ujarnya.
Ledakan kasus COVID-19 di India membuat warganya harus 'berebut' rumah sakit untuk beroleh perawatan. Kini akibat jumlah pasien meroket, rumah sakit mulai kehabisan kasur, obat-obatan, dan tabung oksigen.
Lebih lagi, ledakan angka kematian juga membuat warga India kehabisan tempat pemakaman untuk mengkremasi keluarga yang meninggal akibat COVID-19. Tak sedikit warga mulai mencurigai akurasi statistik yang dilaporkan pemerintah, lantaran angka kematiannya tak sesuai dengan realita.
"Sekarang hanya untuk kremasi, kami harus mencari 2 atau 3 krematorium tetapi tidak ada tempat. Dan akhirnya kami datang ke sini dan kami telah menunggu selama 2 atau 3 jam terakhir. Hanya untuk 1 tempat," imbuh Amit Kaushik.
"Setiap hari, setidaknya 250 sampai 300 jenazah di bawah ke sini. Kami melihatnya sendiri," ujar seorang pekerja di krematorium.
https://nonton08.com/movies/tough-beauty-and-the-sloppy-slop/
5 Fakta B1617, Varian Baru COVID-19 dengan Mutasi Ganda yang Gemparkan India
Berbagai pakar berpendapat bahwa melonjaknya kasus COVID-19 di India terjadi karena dua hal. Pertama karena kelalaian masyarakat terhadap protokol kesehatan karena terlena dengan kondisi yang sempat membaik, dan kedua adalah munculnya varian Corona baru yaitu B1617.
Diketahui, varian baru Corona B1617 itu sudah menyebar ke banyak negara di dunia, termasuk di Indonesia. Kemunculan varian baru tersebut membuat banyak pakar khawatir, karena bersifat lebih mudah menular.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut detikcom rangkum beberapa fakta soal varian baru Corona B1617 di India.
1. Memiliki mutasi ganda
Varian B1617 diketahui memiliki dua mutasi, yakni E484Q dan L452R. Peneliti menduga bahwa kedua mutasi tersebut menjadi kunci dari kemampuan varian baru Corona tersebut lebih mudah menular.
B1617 ini menjadi varian Corona pertama yang diketahui memiliki dua mutasi kunci yaitu E484Q dan L452R secara bersamaan, sehingga disebut sebagai varian mutan ganda.
2. Seberapa luas penyebarannya?
Dikutip dari BBC, varian baru Corona India atau B1617 ini telah terdeteksi pada 220 dari 361 sampel yang diambil antara Januari hingga Maret di Negara Bagian Maharashtra di wilayah barat.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), varian B1617 tersebut sudah ditemukan di 17 negara, termasuk Indonesia. Varian tersebut telah terdeteksi di lebih dari 1.200 urutan genome yang diunggah ke database akses terbuka GISAID, platform berbagi data influenza secara global.
"Dari setidaknya 17 negara. Sebagian besar urutan diunggah dari India, Inggris, AS, dan Singapura," tulis WHO dalam pembaruan epidemiologi mingguan tentang pandemi Corona yang dikutip dari The Guardian.
3. Apakah lebih berbahaya dari varian lain?
Seorang virolog di Louisiana State University, Amerika Serikat, Dr Jeremy Kamil, mengatakan salah satu mutasi pada varian B1617 ini mirip dengan yang ada pada varian dari Afrika Selatan dan Brasil. Mutasi ini bisa membantu virus menghindari antibodi, baik dari infeksi sebelumnya maupun hasil vaksinasi.
"Saya meragukan bahwa varian India ini lebih menular dibandingkan varian Inggris. Itu seharusnya membuat kita semestinya tidak panik," kata Dr Kamil yang dikutip dari BBC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar