Jumat, 30 April 2021

Wabah Corona di RI Diprediksi Mereda 2022! Tapi Ada Syaratnya

 Sejumlah prediksi sebelum berjalannya vaksinasi COVID-19 sempat mencuat. Hingga kini, wabah Corona di Indonesia belum juga mereda meski vaksinasi sudah dilakukan sejak awal Januari 2021.

Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dr Ede Surya Darmawan, SKM, MDM mengaku ada beberapa permodelan yang memperhitungkan butuh waktu berapa lama kasus Corona di Indonesia mereda. Termasuk saat vaksinasi COVID-19 berjalan.


"Beberapa permodelan menunjukkan wabah ini masih dalam setengah perjalanan, artinya ada potensi memang menuju kasus totalnya itu sampai 2,5 atau 3 juta," kata Dr Ede dalam konferensi pers Kamis (29/4/2021).


"Nah kalau penanganan masih seperti ini, perhitungannya itu redanya baru bisa terjadi di akhir tahun 2022, artinya masih satu setengah tahun yang akan datang," tuturnya.


Maka dari itu, ia mengimbau warga Indonesia untuk terus memperketat protokol kesehatan. Sebab, saat penularan kasus Corona sudah berkurang, kemungkinan wabah COVID-19 mereda lebih cepat.


Berkaca pada kasus Corona di India, Dr Ede mewanti-wanti untuk menjaga angka bed occupancy rate (BOR) agar tidak serupa dengan India. Jika angka BOR terus tinggi, lonjakan kasus Corona semakin mungkin terjadi.


"Tapi kalau kita tidak menerapkan protokol kesehatan yang baik, yang terjadi kasus ini terus ada mungkin tidak melonjak tetapi kasus lebih tinggi, sampai kapan? Sampai kita kelelahan sendiri, kelelahan itu lah yang kita khawatirkan menjadi lonjakan," beber Dr Ede.


"Kalau sudah terjadi lonjakan harus kita ingat ya waktu bulan Januari-Februari itu sebenarnya kapasitas RS tuh masih sekitar 70 persen-an ya, belum seperti India, India tuh boleh dibilang BOR-nya itu sudah 100 persen sangat melelahkan, karena tidak ada pergantian, staf terus bekerja," katanya.


Ia kembali menegaskan vaksinasi bukan satu-satunya jalan melawan COVID-19. Angka penularan Corona akan terus meningkat jika pelonggaran protokol kesehatan terjadi sehingga bukan tak mungkin memicu ledakan kasus rawat inap pasien Corona.


"Tempat tidur belum sempat berganti sudah ada pasien lagi, ini barang kali yang harus kita hindari supaya tidak ada kejadian dengan tsunami terkait COVID-19 ini. Jangan buru-buru merayakan menang melawan COVID-19, karena pandemi belum terkendali," jelasnya.

https://maymovie98.com/movies/murders-made-to-order/


Cerita Mahasiswa RI di New Delhi soal Ganasnya Amukan COVID-19 di India


 Badai tsunami COVID-19 India juga ikut dihadapi warga Indonesia. Mereka menyaksikan bagaimana lonjakan kasus Corona terjadi hingga pasokan medis terus menipis setiap harinya.

Seperti dialami mahasiswa Jawaharlal Nehru University (JNU), Mohd Agoes Aufiya. Ia membenarkan, kalau India tengah 'mati-matian' melawan ledakan kasus COVID-19 sepekan belakangan.


Dalam 24 jam terakhir saja, Agoes menyebut, kasus Corona di India masih mencetak rekor dengan catatan lebih dari 350 ribu kasus setiap harinya. Menurutnya, banyak warga yang akhirnya tak tertolong lantaran kapasitas perawatan medis di hampir semua RS penuh.


"Ketersediaan COVID-19 ICU bed rumah sakit yang ada di kota New Delhi untuk tempat tidur ICU dari 4.821 yang tersedia, yang sudah digunakan atau terpakai yaitu 4.803 sehingga hanya 18 tempat tidur ICU yang tersisa," tutur Agoes dalam konferensi pers Kamis (29/4/2021).


"Memang banyak sekali warga India, terutama di kota New Delhi mencoba melakukan perawatan di rumah sakit ini sudah overload, tidak bisa menampung lagi," imbuh Agoes.


Lantas bagaimana nasib WNI di India?

Menurut Agoes, selama ini ia selalu berkontak dengan para WNI lainnya. Memastikan kondisi satu sama lain baik-baik saja, begitu pula dengan pasokan kebutuhan sehari-hari di tengah penerapan lockdown yang diperpanjang di New Delhi.


"Sejauh ini kita memiliki grup Whatsapp yang dikelola Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di New Delhi. Di sanalah kita berbagi informasi. Sebelumnya, KBRI sudah menerbitkan surat imbauan pada WNI di rumah dan menaati protokol kesehatan," ujar Agoes.


Sebagai WNI yang menetap di wilayah yang paling terdampak COVID-19 di India, ia masih tetap bersyukur kebutuhan pokoknya sejauh ini terpenuhi. Ia pun tak masalah untuk menjalani pengetatan lockdown lebih lama demi keamanan dirinya dan yang lain.


"Sekarang (lockdown) diperpanjang 27 April-3 Mei. Sepertinya akan terus berlanjut jika kasus terus meningkat. Tidak semua orang bisa keluar dari rumah, hanya beberapa penting saja seperti membeli sembako, sayur-sayuran, buah-buahan. Kalau ingin keluar rumah harus menggunakan e-Pass atau izin tertentu diperkenankan pemerintah," pungkasnya.

https://maymovie98.com/movies/the-black-morning-glory/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar