Seorang bocah perempuan berusia empat tahun lumpuh setelah didiagnosis menderita penyakit tulang belakang yang disebabkan COVID-19. Ia pun dirawat di rumah sakit selama delapan bulan.
Bocah bernama Stella Martin itu dibawa ke San Juan Regional Medical Center di Farmington, New Mexico, pada April 2020 lalu. Sebelumnya ia mengeluh pada sang ibu, Cassandra Yazzie, merasakan sakit punggung dan tiba-tiba lemas.
Dikutip dari New York Post, Stella lalu dipindahkan ke University of New Mexico Hospital (UNM Hospital) di Albuquerque. Di sana ia didiagnosis terinfeksi COVID-19 dan mielitis transversa akut.
Penyakit ini diklasifikasi sebagai peradangan akut pada tulang belakang yang menyerang lapisan mielin atau selaput yang menyelimuti serat sel saraf.
Para dokter di UNM Hospital mengatakan, ini adalah kasus mielitis transversa akut pertama yang berkaitan dengan virus Corona pada anak di rumah sakit tersebut.
Menurut Dr Barry Ramo, virus Corona diketahui bisa menyebabkan respon hiper-imun pada anak-anak. Dan mungkin inilah yang menjadi penyebab peradangan sumsum tulang belakang yang dialami Stella.
Stella harus dirawat selama lima bulan di UNM Hospital. Kemudian, ia kembali dirawat di Rumah Sakit Carrie Tingley selama tiga bulan.
"Saya sangat berterima kasih kepada staf di UNM Hospital, para dokter dan perawat. mereka sudah melakukan banyak hal untuk Stella," kata Yazzie.
Namun, tragisnya saat Stella dirawat di rumah sakit, ayahnya meninggal akibat COVID-19. Stella sempat mengatakan bahwa ia merindukan ayahnya.
Pasca dirawat, para dokter memberitahu Yazzie bahwa kondisi Stella mungkin tidak akan kembali seperti sebelumnya. Namun, seiring berjalannya waktu Stella mulai membaik dan bisa sedikit menggerakkan lengannya
https://indomovie28.net/movies/braindead/
Galon Air Minum yang Dipakai Berulang Berbahaya? Ini Klarifikasi BPOM
Belum lama ini beredar isu terkait Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) galon yang digunakan secara berulang. Dalam informasi itu, disebutkan bahwa kandungan Bisfenol A (BPA) pada kemasan galon AMDK bisa berbahaya untuk kesehatan.
Menanggapi ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI memberikan pernyataan resminya. Berdasarkan pengawasan BPOM, kemasan galon AMDK yang terbuat dari Polikarbonat (PC) dalam lima tahun terakhir masih aman.
"Berdasarkan hasil pengamatan BPOM terhadap kemasan galon AMDK yang terbuat dari Polikarbonat (PC) selama lima tahun terakhir, menunjukkan bahwa migrasi BPA masih di bawah 0,01 bpj atau 10 mikrogram per kilogram (10 mikrogram/kg). Itu masih dalam batas yang aman," tulis BPOM berdasarkan rilis yang diterima detikcom.
Untuk memastikan tingkat paparan BPA dalam batas yang aman, BPOM menetapkan Peraturan Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan. Di dalamnya, BPOM mengatur persyaratan keamanan kemasan pangan dengan batas maksimal migrasi BPA sebesar 0,6 bpj atau 600 mikrogram/kg dari kemasan Polikarbonat.
Selain itu, BPOM juga menjelaskan berdasarkan Kajian Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA), belum ada kasus berbahaya soal kesehatan yang berkaitan dengan BPA. Ini karena jumlah paparan BPA yang terlalu rendah untuk menyebabkan bahaya bagi kesehatan.
"ESFA menetapkan batas aman paparan BPA oleh konsumen adalah 4 mikrogram/kg badan/hari. Sebagai ilustrasi, seseorang dengan berat badan 60 kilogram masih dalam batas yang aman jika mengkonsumsi BPA sebesar 240 mikrogram per hari," tulisnya.
Dari penelitian tentang paparan BPA ini, diketahui kisaran paparannya masih sekitar 0,008 sampai 0,065 mikrogram/kg berat badan/hari. Sehingga paparan BPA ini masih dalam batas aman dan tidak menimbulkan risiko pada kesehatan.
BPOM juga menegaskan, dari beberapa penelitian internasional, penggunaan PC termasuk galon AMDK secara berulang ini tidak meningkatkan BPA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar