Direktur pencegahan dan pengendalian penyakit Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi mengingatkan masyarakat untuk tidak kaget, jika kasus COVID-19 di Indonesia melonjak hingga beberapa bulan ke depan. Menurutnya, itu bisa terjadi karena pemerintah tengah menggenjot strategi tes, penelusuran, dan tindak lanjut dalam penanganan COVID-19.
dr Nadia mengatakan, pemerintah menargetkan tes dan penelusuran kontak dengan dengan rasio sebelumnya 1:10, ditingkatkan menjadi 1:30. Namun, ia menyebut bahwa meskipun lonjakan kasus naik, ini akan mengurangi beban tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (faskes).
"Dengan adanya akselerasi seperti ini, beban faskes akan berkurang terutama yang menangani kasus berat yang membutuhkan perawatan ICU. Jadi, data kemungkinan positif akan naik, tapi di sisi lain beban penanganan akan menjadi lebih kurang," jelas dr Nadia dalam konferensi pers melalui kanal YouTube Kementerian Kesehatan, Rabu (10/2/2021).
dr Nadia menjelaskan, jika pemerintah berhasil meningkatkan pemeriksaan kontak erat, monitoring isolasi mandiri akan segera diaktifkan, ini bisa mengurangi orang-orang yang berpotensi mengalami gejala yang parah dan tidak perlu dirawat di rumah sakit.
Untuk merealisasikannya, dr Nadia mengatakan pihaknya akan menambah jumlah tenaga relawan untuk melakukan penelusuran yang akan membantu para nakes di lapangan. Selain itu, ia juga menyebutkan sudah menyiapkan sekitar 80 ribu tracer agar proses penelusuran berjalan optimal.
"Dengan rapid antigen, kasus positif kita akan cepat sekali untuk mengetahui dan memisahkan khususnya kasus positif di dalam masyarakat," katanya.
https://maymovie98.com/movies/the-secret-scripture/
Viral Aisha Wedding, Psikolog: Promo Menikah Usia Muda Sangat Jahat!
- Viral unggahan jasa pernikahan Aisha Weddings yang mempromosikan menikah di usia yang masih sangat muda. Postingannya mendapat kecaman dari warganet karena mendorong remaja yang masih sangat belia untuk menikah.
"Semua wanita muslim ingin bertaqwa dan taat kepada Allah SWT dan suaminya. Untuk berkenan di mata Allah dan suami, Anda harus menikah pada usia 12-21 tahun dan tidak lebih," tulis Aisha Weddings dalam situsnya, Rabu (10/2).
Melihat kejadian ini, Anna Surti Ariani, psikolog anak dan keluarga dari Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia menyebut ajakan atau promosi menikah di usia muda sangat menjerumuskan. Terlebih ada banyak sekali bahaya dan dampak buruk menikah di usia dini, baik secara biologis maupun psikologis.
"Dorongan untuk menikah di usia muda itu jahat karena hanya menceburkan seorang anak yang belum siap untuk segera menghadapi masalah. Biarkan saja remaja kita berkemang sebaik-baiknya, jangan disuruh menikah," tegas Nina, sapaan akrabnya, saat berbincang dengan detikcom, Rabu (10/2/2021).
Ketika remaja melakukan pernikahan dini, akan timbul sederet masalah mulai dari fisik, kognitif dan sosio-emosional. Pernikahan usia anak pun sejatinya akan lebih memberi banyak kerugian, terutama pada tumbuh kembang anak.
Anak yang menikah di usia muda belum matang secara fisik dan psikologis. Pernikahan anak juga akan membuat kemampuan kognitif mereka terhambat, karena pendidikan terganggu.
Nina menuturkan banyak remaja yang menikah muda harus putus sekolah. Ini akan membatasi mereka untuk bersosialisasi dan membatasi kemampuan mereka dalam segi menyelesaikan masalah dan banyak aspek lain di kehidupannya.
"Jadi kalau aku sih melihat itu menjerumuskan ya, mengerikan kalau misal terutama perempuan, ketika seseorag blm berusia 20 tahun, didorong untuk menikah, itu mengerikan sebetulnya," pungkas Nina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar