Senin, 06 Januari 2020

Terkait Gempa, Kemenpar Cek Destinasi Wisata di Banten & Lampung

Gempa M 7,4 terjadi di Sumur, Banten dan berpotensi tsunami terasa hingga Pangandaran, Jawa Barat. Kemenpar sedang mengecek destinasi wisata di sana.

Diberitakan, gempa terjadi pada pukul 19.03 WIB. Pusat gempa ada di kedalaman 10 km. Pusat gempa ada di 147 km arah barat daya Sumur, Banten. BMKG mengingatkan gempa ini berpotensi menimbulkan tsunami.

Getaran gempa terasa hingga Jakarta, Lampung hingga Pangandaran. Kementerian Pariwisata (Kemenpar) melalui Tourism Crisis Center (TCC) Kemenpar sedang mengecek kondisi di destinasi-destinasi wisata di lokasi yang terasa gempa.

"Kami sedang pantau melalui kawan-kawan dinas pariwisata dan pihak terkait," kata Kepala Bagian Manajemen Krisis Kepariwisataan TTC kemenpar, Herry Rachmat kepada detikcom, Jumat (2/8/2019).

Menurut Herry, sampai saat ini belum ada informasi kerusakan di akses-akses penunjang pariwisata seperti hotel dan restoran. Informasi masih dikumpulkan.

"Sementara masih menunggu info lebih lanjut, nanti kami share jika sudah dapat," tutupnya.

Menpar Cerita Strategi Go Digital Wisata RI Sempat Ditentang

Menteri Pariwisata Arief Yahya membeberkan beberapa langkahnya dalam mengemban amanah di bidang pariwisata sejak dilantik pada Oktober 2014 lalu. Ia menyebut langkah-langkah tersebut konsisten dijalankan di berbagai level hingga saat ini.

"Dulu saya ditentang habis, bahkan industri yang bergerak di sektor pariwisata pun mencibir soal implementasi digital itu," ujar Arief, dalam keterangan tertulis, Jumat (2/8/2019).

Namun, Arief berkeyakinan bahwa hanya 2 cara untuk membuat lompatan besar di pariwisata. Pertama, deregulasi, dan menurutnya hal itu sudah terbukti dengan VISA free, pencabutan Cabotage untuk cruise atau kapal pesiar, dan CAIT untuk yachts atau perahu pesiar.

"Australia naik 20% begitu ada kebijakan VISA free. Kapal pesiar dan perahu pesir juga naik berlipat-lipat ketika aturan atau regulasinya diperbaiki, dipermudah, dipercepat," ungkap menteri asli Banyuwangi ini.

Kedua, lanjut Arief, gunakan teknologi, dalam hal ini digital. Tanpa go digital, Arief tidak bisa membayangkan harus menggunakan strategi apa lagi? Target double, dari 9,3 juta dalam waktu 5 tahun itu tidak mudah.

"Maka sejak 2015, semua lini dikontrol dan dikendalikan dengan teknologi digital. Dan hasilnya, kita bisa melakukan banyak lompatan," ungkapnya.

Namun, Arief menyadari tidak mudah melakukan transformasi dari konvensional ke digital. Maka ia pun membantu para pelaku industri pariwisata untuk go digital. Salah satunya, dengan membuat digital market place, seperti ITX-Indonesia Tourism eXchange yang mempertemukan buyers dengan sellers dalam satu platform. Ketika akhirnya PHRI dan ASITA membuat platform digital pun, Arief yang meluncurkan.

Di Kemenpar, Arief juga menggunakan dashboard M-17, untuk memonitor hasil digital campaign dari kedatangan wisman per pintu, per originasi. Melihat customer (originasi utama), melihat minat wisatawan, sentiment terhadap destinasi di Indonesia. Melihat posisi Indonesia dibandingkan dengan competitor ASEAN, baik di jumlah wisman, sentiment customers, per negara per kota yang dibenchmark. Juga pemanfaatkan social listening tools, untuk menangkap sentiment ke berbagai destinasi di Indonesia dan luar negeri.

"Saya selalu sampaikan, di setiap Rapim, dilanjutkan di war room, sambil membaca data," ungkap Arief Yahya.

Lulusan ITB Bandung, Surrey University UK, dan Doktor Unpad Bandung itu memang 30 tahun lebih hidupnya di teknologi dan digital. Dasboard itu penting untuk mengetahui posisi Indonesia, lalu pergerakan negara-negara di regional ASEAN, serta negara-negara originasi.

"Ingat kata-kata Sun Tzu, jenderal perang, filsuf, ahli strategi militer yang menulis The Art of War. Kenali dirimu, kenali musuhmu, kenali medan pertempuranmu, maka kau akan memenangkan peperangan," kutip Arief.

Dalam bahasa manajemen, Arief mengubah kalimat tersebut menjadi kenali produkmu, kenali customer-mu, kenali persaingan bisnismu, maku kamu akan menjadi pemenang.

"Di era tourism 4.0, dengan artificial intelegence, internet of think, big data analytics, robotic, augmented reality, cloud computing, dan lainnya, akan memberikan informasi yang detail tentang siapa customers kita," ungkapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar