Berkaitan dengan kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke Danau Toba, Menteri Pariwisata Arief Yahya langsung fokus ke destinasi super prioritas di Sumatera Utara tersebut. Alokasi sumber daya dikerahkan untuk mengejar percepatan Danau Toba sebagai world class destination.
Melalui rapat pimpinan (Rapim) di Kemenpar, Arief menyampaikan perkembangan terkini pasca kunker Jokowi ke Danau Toba. Ia menyampaian kepada para deputi dan asdep bahwa Jokowi telah memberikan beberapa ide untuk mengangkat Danau Toba sebagai destinasi superclass.
"Dari soal support infrastruktur, penambahan budget, investor, branding dan promosi, percepatan program, sampai timeline 2020 harus kelar. Beliau meyakini bahwa pariwisata adalah cara yang paling cepat, mudah dan murah untuk menggerakkan ekonomi masyarakat, sekaligus meraup devisa untuk negara. Dan Danau Toba berpotensi untuk menjadi destinasi kelas dunia," kata Arief dalam keterangan tertulis, Jumat (2/8/2019).
Ide dari Jokowi pun langsung diimplementasikan dalam bentuk rencana kerja, teknis implementasi dan sekaligus timeline-nya. Menurut Arief, tantangan dan kelemahan bangsa terletak pada kecepatannya. Oleh karena itu, ia ingin langsung bergerak dengan cepat untuk mengalahkan kelemahan itu.
"Tugas seorang CEO adalah menentukan arah dan mengalokasikan sumber daya, baik SDM maupun budget. Kita akan kerahkan seluruh deputi dan ssdep, Tim Percepatan 10 Destinasi Prioritas dan Badan Otorita untuk ngebut. Kalau lelet, pasti saya ganti," tegasnya.
Sebagai doctor strategic management, Arief memilih melakukan hal-hal strategis untuk melakukan percepatan Danau Toba. Sembari Kementerian PUPR dan Kementerian Perhubungan mengeksekusi pekerjaan fisik dan infrastruktur, dia melakukan tiga hal strategis, yakni, deregulasi, menggunakan teknologi digital dan memperkuat SDM.
Kunjungan kerja Presiden Jokowi diikuti oleh sejumlah menteri. Di antaranya Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri PUPR Basuki Hadimuldjono, Menhub Budi Karya Sumadi, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, dan para bupati di wilayah Danau Toba.
"Ibarat pendulum, atau bahasa jawanya 'bandulan', ketika yang menyampaikan itu di level teknis, gerakannya sangat terbatas. Tetapi ketika yang berstatemen itu Pak Presiden, atau di level strategis, maka gerakannya akan jauh lebih powerful. Maka kita tidak ingin kehilangan momentum, cukup banyak ide beliau yang harus diimplementasikan, baik fisik maupun non fisik," ungkapnya.
Arief Yahya menyebut dalam pengembangan destinasi ini, dia sudah menemukan framework yang baku, yaitu 3A, Atraksi, Akses, Amenitas. Untuk menjadi pemain global, maka 3A itu juga harus berstandar global. Dia menambahkan, agar berkelas dunia, maka 3A di destinasi itu juga wajib kelas dunia.
"Soal atraksi, ini inline dengan keinginan Presiden Jokowi, bahwa Danau Toba harus segera mendapatkan status UNESCO Global Geopark. Destinasi itu harus mendapatkan pengakuan dunia, dan yang paling masuk akal adalah mendorong percepatan status itu ke UNESCO. Saya sudah presentasikan sendiri soal Danau Toba yang sangat layak dicatat sebagai Global Geopark di markas UNESCO di Paris," terangnya.
kemudia soal akses, dia sangat percaya dengan apa yang sedang dikerjakan oleh rekan kerjanya di Kabinet Kerja. Menteri PUPR dan Kementerian Perhubungan sudah melakukan banyak hal, sejak 2018 dan sekarang 2019 masih dalam proses merampungkan semua. Diperkirakan 2020, semua akan selesai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar