Dalam bahasa manajemen, Arief mengubah kalimat tersebut menjadi kenali produkmu, kenali customer-mu, kenali persaingan bisnismu, maku kamu akan menjadi pemenang.
"Di era tourism 4.0, dengan artificial intelegence, internet of think, big data analytics, robotic, augmented reality, cloud computing, dan lainnya, akan memberikan informasi yang detail tentang siapa customers kita," ungkapnya.
Menurut Arief, teknologi ini juga sudah memberi tahu, bagaimana untuk merebut hati customers, setelah mengetahui detail data mereka. Strategi promosinya bisa lebih efektif, sesuai target, bahkan kebiasaan customer itu secara statistic bisa ditebak. Maka konten yang disiapkan pun, tidak akan jauh dari selera mereka.
Koneksi dengan industri kelas dunia yang berbasis digital juga dilakukan, termasuk dengan Online Travel Agent (OTA) besar. Seperti Expedia, Booking.Com, Ctrip dan lainnya. Juga dengan searching engine terbesar dunia, Google dan Baidu untuk pasar China.
"Paid media kita semakin efektif dan bukan hanya di branding Wonderful Indonesia, tetapi sudah sampai di advertising dan selling," ungkap Arief.
Public Relations juga dilakukan dengan berbagai media digital. Termasuk di media sosial, dengan berbagai games, menggunakan Endorser.
"Endorser itu ada dua, celebrities dan community. Dua-duanya kita kerahkan untuk mempromosikan Pesona Indonesia," paparnya.
Bahkan, lanjut Arief, saat ini searching engine saja tidak cukup. Ada teknologi terbaru yang dinamakan Competing Destination Model (CDM). Teknologi intelegence mereka sudah bisa mengkompilasi customers dengan tingkat presisi yang tinggi. Misalnya, calon wisman dari originasi dari Tiongkok.
Menurut Arief, mesin ini sudah bisa mendeteksi, berapa banyak orang yang sudah booking dan payment ke destinasi Indonesia. Selain itu juga mendeteksi berapa banyak yang baru searching dan menempatkan destinasi Indonesia masuk sebagai alternaif dari banyak daftar pilihannya.
Juga berapa banyak yang sama sekali tidak menempatkan nama Indonesia sebagai salah satu pilihan travelingnya. Teknologi ini bisa mengubah keinginan customer, dari yang semula hanya menjadikan Indonesia sebagai alternatif, menjadi tujuan utama. Dari yang semula tidak masuk daftar, menjadi tujuan utama.
"Inilah perkembangan terbaru dalam teknologi digital marketing, dan kita sudah sampai ke sana," ungkap Arief.
Dalam bahasa yang sederhana, lanjut Arief, CDM adalah teknik programmatic campaigne untuk menarik calon wisatawan yang mencari jenis destinasi atau atraksi tertentu. Misalnya, diving, di manapun di dunia, secara otomatis sistem CDM kita menawarkan destinasi sejenis (diving) yang ada di Indonesia hingga ke level handphone atau laptop calon wisman.
"Campaigne dilakukan berulang-ulang, sampai calon wisman itu tertarik dan akhirnya memilih destinasi (diving) ke Indonesia," ucap Arief.
Selama hampir 5 tahun ini, Arief mencatat semua strategi yang sudah dilakukan dan dibacakan di setiap Rapim. Namanya CEO Message dan itu bisa di searching, banyak website yang meng-upload CEO message-nya, termasuk di www.kemenpar.go.id.
Menurut Arief, ke depan go digital itu sebuah keniscayaan, cepat atau lambat akan terjadi.
"Kita boleh tidak percaya, secara statistik memang ada 30% yang tidak percaya dengan digital. Tetapi berangsur-ansur akan hilang, dan menjadi orang lama yang hidup di era baru. Orang konvensional yang hidup di era digital, betapa susahnya itu. Yang terbaik adalah kita menjemput masa dan berdamai dengan teknologi digital," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar