Senin, 06 Januari 2020

Ini Cerita Lain Pulau Komodo yang Mungkin Belum Kamu Tahu (3)

Tiba-tiba, segerombolan rusa liar mendekat sambil memakan kulit mangga yang kami bawa. Ini adalah pengalaman pertama saya berinteraksi dengan rusa liar secara langsung. Rusa begitu jinak dan dapat diajak berinteraksi dengan manusia. Rasanya tak ingin kami menyia-nyiakan moment langka ini tanpa mengabadikannya dengan lensa kamera.

Menikmati Surga di Pulau Padar, ada seseorang yang bilang 'bagai sayur tanpa garam kalau kamu ke Labuan Bajo tanpa berkunjung ke Pulau Padar'.Kalimat tersebut terngiang ketika saya berkesempatan untuk dapat mengabdi di Desa Komodo bersama Tim KKN Mandiri UNNES Desa Komodo, kami wajib menginjakkan kaki di pulau Padar. Kami bersama pemuda Desa Komodo berlibur ke Pulau Padar.

Perjalanan dari Desa Komodo sampai ke Pulau Padar membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam. Terlintas dalam benak saya perjalanan akan membosankan, karena jarak yang cukup jauh dari desa, tetapi dugaan saya salah.

Sepanjang perjalanan, kita disuguhkan hamparan air laut biru kehijauan yang sangat jernih, terumbu karang di dasar laut terlihat begitu menawan, dilengkapi gugusan perbukitan cokelat yang menyejukkan mata. Suara mesin kapal terhenti menandakan kami telah sampai di Pulau Padar.

Kapten kapal memberi kami waktu 1,5 jam untuk mengeksplor keindahan Pulau Padar, karena jika terlalu lama ombak akan semakin besar. Sang Surya bersinar tepat di atas kepala menandakan bahwa saat ini pukul 13.00 WITa, Meskipun cuaca begitu panas dan terik, hal tersebut tidak menjadi penghalang semangat kami mendaki Bukit Padar.

Untuk mencapai puncak Padar memerlukan waktu sekitar 1 jam. Hal itu tak terasa lama karena sepanjang pendakian kita akan disuguhkan pemandangan laut dan perbukitan yang memanjakan mata.

Saat sampai di puncak Padar, bibir ini tak hentinya mengucap rasa syukur menikmati indahnya surga tersembunyi di NTT. Pemandangan di atas Padar sangat menakjubkan! Bukit-bukit menjulang di sana sini, warna cokelat mendominasi, laut hijau kebiru-biruan terbagi oleh bukit yang bercabang. Seolah membentuk bintang raksasa, putihnya pasir pantai pun ikut serta melambai-lambai seolah ingin diselami. Inilah negeriku, negeri kebangganku dengan sejuta pesona alam bak surga dunia.

Mengagumi keindahan ciptaan Tuhan yang terlukis dalam keeksotisan Pulau Padar tak lengkap rasanya jika kita tak mengabadikannya dengan lensa kamera. Berbagai spot foto yang instagramable di Pulau Padar kami jelajahi. Saking asyiknya berfoto, kami lupa bahwa jam menunjukkan pukul 15.00 WITA. Akhirnya, kami bergegas menuruni terjalnya bebatuan.

Sesampainya di kapal, kapten kapal terlihat agak marah, karena kami terlambat turun dari puncak. Akibatnya, saat perjalanan menuju Desa Komodo, ombak lautan begitu besar.

Pusaran ombak menguncang kapal sehingga kapal terasa ingin terbalik. Kami sangat khawatir dan takut. Kapten memutuskan untuk menyandarkan kapal di suatu pulau tak berpenghuni karena takut kapal akan terbalik dan mengancam nyawa kami. Akhirnya, kita terdampar di suatu pulau hingga menunggu ombak reda.

Pulau tak berpenghuni ini sangat indah bagai Pantai Kuta di Bali. Hari mulai gelap, sang surya telah menghilang dan berganti rembulan. Ombak di pantai telah kembali normal dan kami pun melanjutkan perjalanan pulang ke desa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar