Spot-spot wisata bak surga alam di Pulau Komodo memang tak ada habisnya untuk kita eksplor. Hamparan gugusan pulau diselimuti sucinya pasir putih kemerah-merahan dilengkapi keeksotisan dunia bawah laut menjadi magnet tersendiri untuk kita jelajahi.
Berkesempatan mengabdi selama 45 hari di Pulau Komodo menjadi motivasi saya untuk mengeksplor kearifan lokal masyarakat, pesona alam dan tentunya memperdalam seluk-beluk sejarah Komodo. Inilah ringkasannya.
Indahnya Desa Komodo, desa terpencil dengan sejuta pesona kearifan lokalnya merupakan desa terpencil yang jauh dari hingar bingar kota yang terletak di tengah lautan, di bawah kaki Gunung Ara. Desa ini terdiri dari 1500 jiwa dengan mayoritas penghuni desa berasal dari Suku Komodo. Sisanya adalah peranakan Bugis atau Bima.
Desa Komodo termasuk desa wisata yang sering dikunjungi turis lokal maupun internasional karena kearifan lokal yang masih terpelihara. Keunikan warganya yang tinggal bersama komodo juga menjadi budaya yang mendatangkan para wisatawan ke sana. Meskipun banyak kasus warga desa dimakan komodo, tetapi mereka tetap menyayangi komodo. Mereka menganggap bahwa komodo adalah nenek moyang mereka.
Sejarah komodo berasal dari seorang Putri Ina Matrea yang melahirkan anak kembar, satu manusia dan satu komodo. Masyarakat sering memanggil komodo dengan sebutan seba yang artinya kembaran.
Hal yang unik dari desa ini, yaitu masyarakat yang membiarkan kambing peliharaannya berkeliaran di desa. Sehingga saat komodo turun ke desa, ia tidak akan memakan manusia tetapi akan memakan kambing. Tak jarang saat kita berjalan di desa, banyak kambing yang berlalu-lalang dan bermain dengan anak-anak.
Jarangnya pepohonan hijau di desa membuat kambing di Desa Komodo tidak hanya mengkonsumsi rumput tetapi mengkonsumsi makanan yang sama dengan pemiliknya, seperti nasi, ikan, sayur, roti dan kopi. Listrik di desa ini menyala setiap jam 17.00 WITA sampai 06.00 WITA sehingga saat pagi sampai sore hari listrik akan mati. Desa Komodo hanya memiliki satu SD dan SMP yang disebut SD-SMP Satu Atap.
Kondisi sekolah masih sangat terbatas, tidak memiliki kamar mandi, juga kekurangan ruang kelas. Sehingga 1 ruang kelas dibagi menjadi 2 kelas dan beberapa kelas masih menggunakan gubug kecil di pinggir sekolah.
Sesuai misi kami sebagai calon pendidik bangsa yang mencerdaskan generasi emas. Kami memiliki beberapa program yaitu program mengajar di SD dan SMP, mengajar cara cuci tangan dan gosok gigi, program mentoring, pelestarian permainan tradisional, membuat vertical garden tanaman toga dari botol bekas, kerja bakti bersih lingkungan, pelatihan Tari Arugelle, pelatihan nugget bagi perempuan, pembuatan perpustakaan dan senam kebugaran jasmani.
Tim KKN bekerja sama dengan Ikatan Mahasiswa Pulau Komodo (IMPK) membangun perpustakaan desa. Perjuangan membangun perpustakaan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Desa Komodo terletak jauh dari kota, sehingga kami mencari bahan baku bangunan di sekitar desa. Kami mencari pasir dan batu di pulau Pengi, mencari kayu di Gunung Ara, mendatangkan papan, cat dan semen dari Labuan Bajo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar