Selasa, 19 Mei 2020

Usus, Ginjal, dan Organ Lain yang Disebut Bisa Terinfeksi Virus Corona

Virus Corona penyebab COVID-19 tidak hanya menyerang paru-paru dan saluran pernapasan. Studi terbaru menunjukkan, virus Corona dapat menginfeksi organ di seluruh tubuh seperti jantung, hati, otak, ginjal dan usus.
Temuan ini menjadi alasan COVID-19 menimbulkan banyak gejala yang berbeda pada setiap orang. Beberapa gejala yang tak terlalu umum diketahui sangat beragam mulai dari diare, gatal-gatal, pembekuan darah, hingga gagal ginjal.

Penelitian dari Jie Zhou dan rekan-rekannya di Universitas Hong Kong mendapati virus menyebar dan berkembang serta bereplikasi di usus.

"Saluran usus manusia mungkin merupakan rute transmisi SARS-CoV-2," tulis peneliti dalam laporan yang diterbitkan di Nature Medicine.

Sementara studi lainnya yang dilakukan oleh para peneliti dari University Medical Center Hamburg-Eppendorf, Jerman, menemukan virus Corona pada berbagai organ pasien COVID-19 yang telah meninggal dunia. Temuan ini didapat setelah peneliti melakukan autopsi pada 27 pasien yang sudah meninggal dunia.

"SARS-CoV-2 dapat dideteksi di banyak organ, termasuk paru-paru, faring, jantung, hati, otak, dan ginjal," tulis peneliti dalam laporan yang diterbitkan di New England Journal of Medicine.

Ramai-ramai Belanja Baju Lebaran, Psikolog Sebut Perlu Ketegasan Aturan

 Menjelang Idul Fitri 1441 H, beberapa pasar dan mal di Indonesia ramai dikunjungi oleh pembeli. Salah satunya adalah Pasar Anyar Bogor pada Minggu (17/5/2020) kemarin, mereka berdatangan dengan sengaja untuk membeli baju lebaran.
"Tadi saya tanya sama Corona mereka takut. Mereka takut loh, sama Corona takut mereka. Saya tanya ibu nggak takut sama Corona? 'Takut sih Pak', katanya. 'Tapi kan gimana lagi, anak saya kan belum beli baju lebaran'." kata Kepala Satpol PP Kota Bogor, Agustiansyah, Minggu (17/5/2020).

Tak hanya itu, para pedagang khususnya pakaian di Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat pun mulai berjualan. Mereka tidak menghiraukan larangan berjualan selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB)

"(Berdagang) di Blok G, di trotoar. Jadi pasar tutup semua, jadi pada dagang di trotoar. Di depan Blok G dan Blok F tepatnya di bawah Jembatan CTA, Jalan Kebon Jati. Itu yang rame hari ini," kata Camat Tanah Abang, Yassin Passaribu, Minggu (17/5/2020).

Padahal pola perilaku seperti ini disebut ahli dapat membuat penyebaran virus Corona di Indonesia semakin luas. Lantas bagaimana cara yang tepat untuk mengatasi kejadian seperti ini agar tak terulang kembali?

Menurut psikolog Rosdiana Setyaningrum, MPsi, MHPEd, dari Magna Cita Marlin, daripada membenahi pola perilaku lebih baik memberikan hukuman yang tegas apabila masyarakat melanggar.

"Ibaratnya mereka nggak ngerti konsekuensinya, paling nggak distancingnya jalan karena ada aturannya. Karena menurut saya bukan masyarakatnya nih, tapi konsekuensinya harus diawasi dengan benar. Bukan bikin aturan terus dilepas," kata Rosdiana kepada detikcom, Senin (18/5/2020).

"Kalau misalnya tegas, jadi semua orang nurut mau ngedumel apa nggak pasti nurut. Karena nanti bisa didenda, jadi daripada harus bayar mendingan nggak," lanjutnya.

Rosdiana juga menjelaskan tidak semua masyarakat bisa memahami dan membaca berita dengan benar tentang peraturan PSBB. Tetapi apabila diawasi dan dijalankan dengan benar, masyarakat akan bisa lebih mengerti dan patuh.

"Misalnya ada aturan dari pemerintah daerah. Ini ada denda PSBB duduknya harus begini-begitu, tapi pas dijalankan nggak diawasi dan kalau melanggar tidak ada konsekuensi. Masyarakat banyak itu otomatis akan berpikir nggak serius, dan berpikir ancamannya nggak serius," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar