Virus corona COVID-19 yang telah ditetapkan sebagai pandemi global semakin meluas. Penularannya sangat mudah, sebuah studi bahkan menyebutkan virus ini bisa bertahan berjam-jam di udara dan tetap bisa menular.
Tak hanya itu, virus ini juga bisa bertahan selama berhari-hari di berbagai permukaan. Hal ini telah dibuktikan oleh para ilmuwan dari Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID), yang merupakan bagian dari Institut Kesehatan Nasional AS.
Mereka meneliti virus tersebut dengan alat untuk mengeluarkan aerosol dan menggandakan tetesan mikroskopis saat batuk atau bersin. Setelah diteliti, mereka menyelidiki berapa lama virus tersebut bisa bertahan di permukaan.
Dikutip dari Asia One, berikut ini rentan waktu yang dibutuhkan virus untuk bertahan di udara dan permukaan.
1. Udara
Hasil penelitian menunjukkan, virus yang terlepas bersama tetesan saat bersin atau batuk di udara masih bisa hidup dan menginfeksi orang lain setidaknya selama 3 jam.
Tim peneliti menemukan, saat 66 menit pertama virus itu di udara, setengah dari partikelnya akan kehilangan fungsi. Setelah 1 jam 6 menit, tiga per empat partikel tidak aktif. Tapi, 25 persen lainnya masih bisa hidup.
Menurut penelitian di Montana NIAID di Rocky Mountain Labiratories, jumlah partikel yang hidup akan turun menjadi 12,5 persen setelah 3 jam.
2. Plastik dan stainless steel
Di permukaan seperti plastik dan stainless steel, virus tersebut bisa dideteksi setelah tiga hari. Butuh waktu selama 5 jam 38 menit agar setengah dari partikel virus tersebut menjadi tidak aktif.
Sedangkan pada plastik, setengah partikel virus akan mati dalam waktu 6 jam 49 menit.
3. Permukaan kertas
Di atas kertas, virus corona tidak bisa hidup setelah 24 jam. Penelitian ini membuktikannya saat berada di atas kertas karton.
Waktu yang dibutuhkan agar virus itu mati sekitar 3,5 jam. Namun, para peneliti memiliki banyak variabilitas, sehingga mereka menyarankan agar selalu berhati-hati jika ada yang bersin atau batuk di area kertas.
4. Tembaga
Masa bertahan virus corona di atas alas tembaga adalah yang paling cepat. Hanya dengan waktu empat jam, virus itu sudah tidak aktif lagi. Bahkan, dalam penelitian dengan waktu 46 menit saja bisa membuat virus itu tidak aktif.
Hidrogen Peroksida Picu Iritasi, Amankah Bikin Hand Sanitizer Sendiri?
Harga dan permintaan yang terus meningkat karena virus corona, membuat stok hand sanitizer semakin menipis, bahkan langka. Dengan bantuan informasi di internet, masyarakat bisa mempelajari banyak hal, termasuk dalam membuat hand sanitizer sendiri.
H2O2 atau hidrogen peroksida adalah salah satu bahan yang dijadikan bahan pembuat hand sanitizer sendiri. Bahan kimia ini juga banyak dijual bebas di lapak online dan harganya melonjak naik.
"Ada standarnya dalam membuat hand sanitizer. Ada komposisinya, ada hitungannya, nanti malah berisiko," jelas Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, saat melakukan konferensi pers daring FKUI Peduli Covid-19 pada Jumat (20/3/2020).
Prof Ari juga mengatakan, pembuatan hand sanitizer yang menggunakan bahan-bahan kimia seperti, gliserol, dan H2O2, bisa memicu iritasi. Itulah kenapa tdak dianjurkan untuk membuatnya sendiri.
"Tolong masyarakat jangan membuat hand sanitizer sendiri. Kami pun yang membuat di sini itu dari departemen kimia dan departemen farmasi. Jadi, tolong masyarakat harus hat-hati," lanjutnya.
Dibanding pakai hand sanitizer, sebenarnya cuci tangan pakai sabun dan air mengalir selama 20-30 detik lebih dianjurkan. Selubung virus corona terbuat dari lemak yang akan hancur oleh detergen dalam sabun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar