Selasa, 26 Mei 2020

Ada Kontak dengan Pasien Positif Corona? Ini Prosedur yang Disarankan Pakar

Kasus positif virus corona baru atau COVID-19 di Indonesia telah mencapai 172 orang. Beberapa dari pasien telah diketahui lokasi tempat tinggal dan status pekerjaannya, seperti contoh kasus 01 dan 02 yang tinggal di Depok dan kasus 76 seorang pejabat negara atau Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi.
Ketika kontak dengan pasien positif virus corona dalam 14 hari belakangan, status orang tersebut menjadi ODP atau Orang Dalam Pemantauan. Saat mengumumkan kasus positif COVID-19, pemerintah juga akan melakukan penelusuran kontak atau tracking. Lalu apa ODP tetap tinggal di rumah atau harus ke rumah sakit?

"Kalau berkaca dari Singapura, yang dilakukan begini. Jika ada hubungan intim artinya dekat sekali dengan Menhub, karena liputan, yang dilakukan pertama lapor ke rumah sakit atau puskesmas kalau telah terpapar," kata Ahmad Rusdan Handoyo Utomo PhD, Principal Investigator, Stem-cell and Cancer Institute, dalam diskusi bersama Society of Indonesian Science Journalist (SISJ) dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Selasa (17/3/2020).

Pada tahap ini, seharusnya puskesmas dan rumah sakit telah mendata siapa saja yang sudah kontak langsung. Mereka yang terpapar pasien positif atau disebut ODP, wajib tinggal di rumah. Tidak harus ke rumah sakit tapi karantina sendiri selama 14 hari.

Seharusnya pada saat menjalani karantina rumah, pihak puskesmas dan rumah sakit akan menelepon setiap hari untuk menanyakan kondisi. Jika membandingkan dengan Singapura, fasilitas kesehatan di sana menelepon tiga kali sehari.

"Dalam perjalanan 14 hari, puskesmas atau rumah sakit akan melihat pada hari keberapa gejala memburuk. Misalnya ada batuk yang tidak hilang dan sesak napas. Kalau itu terjadi nanti akan dikirim ambulans untuk menjemput," sebutnya.

Disebutkan bahwa 80 persen kasus COVID-19 bersifat ringan. Beberapa pasien tidak membutuhkan ventilator atau alat bantu pernapasan. Tapi jika sudah terpapar memang harus lebih berhati-hati.

"Setibanya di rumah sakit, ditegakkan lagi diagnosanya dan apakah ada virusnya. Kalau ada, pasti karantina di rumah sakit," ucapnya.

"Kenapa harus bertahap? Karena pada intinya kita tidak mau membenani faskes karena mereka urusannya banyak misalnya untuk menangani pasien DBD atau pasien yang butuh ventilator. Butuh desentralisasi tapi puskesmas harus benar-benar dilibatkan untuk pemantauan di rumah bagi ODP," pungkasnya.

Bugar dan Rajin Olahraga, Kenapa Banyak Atlet Tertular Virus Corona?

- Tak ada yang kebal terhadap virus corona, berbagai kalangan bisa tertular mulai dari pejabat hingga para atlet profesional. Sebut saja pebasket Utah Jazz Ruby Gubert, dan pesepakbola Juventus Daniel Rugani. Keduanya telah dinyatakan tertular COVID-19.
Lantas, bagaimana seorang atlet profesional yang memiliki tingkat kebugaran tingkat 'dewa' bisa terjangkit virus corona COVID-19?

Praktisi kesehatan olahraga dari Slim and Health Sports Therapy, dr Michael Triangto SpKO, mengatakan seorang atlet olahraga tidak selalu memiliki imunitas atau daya tahan tubuh yang tinggi karena tujuan dari mereka berolahraga memang tidak selalu untuk kesehatan. Dalam berolahraga, atlet juga dibebani target untuk berprestasi.

"Olahraga itu ada tiga tujuan, yang pertama adalah untuk sehat, kedua untuk prestasi, dan ketiga untuk rekreasi. Jadi kalau kita sudah memilih satu, tentu tujuan yang lain akan hilang," ujar dr Michael saat dihubungi detikcom, Selasa (17/3/2020).

Ia menegaskan, latihan dengan intensitas menjadi faktor yang membuat atlet terkadang mengabaikan kesehatan. Bahkan menurunkan tingkat imunitas yang berdampak terjangkit virus corona COVID-19.

"Tapi kalau tujuannya untuk prestasi, mereka (atlet) latihan capek-capek, berkeringat, lapar, sakit badannya. Gimana bisa sehat kalo badannya sakit? Bahkan kalau tidak pandai mengatur intensitas latihannya malah bisa mengganggu kesehatan, jadi imunitasnya malah turun, malah gampang terkena corona," ujarnya.

Banyaknya atlet yang terjangkit, menurutnya juga dipicu oleh jadwal pertandingan yang padat. Jadi dengan demikian untuk meningkatkan imunitas, itu hanya olahraga dengan tujuan kesehatan bukan prestasi.

"Atlet kan bukan Superman," pungkasnya.
https://nonton08.com/cast/carl-gabriel-yorke/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar