Kabar duka kembali datang dari tenaga kesehatan di Surabaya. Kali ini perawat Rumah Sakit Umum Daerah dr M Soewandhie, Surabaya, dilaporkan meninggal karena terinfeksi virus Corona COVID-19.
Dalam akun Instagram Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) perawat bernama Suhartatik, Amd, Kep, dilaporkan meninggal pada Rabu (20/5/2020). PPNI pun turut berduka cita atas kepergian almarhumah dalam tugas kemanusiaan.
Saat dikonfirmasi, Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Harif Fadhillah, SKep, SH, MKep, membenarkan kabar tersebut. Ia menyebutkan almarhumah meninggal berstatus positif virus Corona COVID-19.
"Info yang kami dapat begitu, PCR nya positif," ujar Harif saat dihubungi detikcom, Rabu (20/5/2020).
Sebelum meninggal, Harif menyebutkan bahwa perawat ini mempunyai penyakit penyerta yang diidapnya sejak lama.
Sementara itu, Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Surabaya M Fikser mengatakan penyakit penyerta yang diidap almarhumah yakni asma dan maag. Sejak sebulan lalu, beliau sudah tidak bertugas dan beristirahat di rumah.
"Sejak sebulan sebelumnya almarhumah sudah tidak bekerja dan beristirahat di rumah, hal ini mengikuti kebijakan Pemkot Surabaya di tengah pandemi COVID-19," kata Fikser kepada wartawan di Balai Kota Surabaya, Rabu (20/5/2020).
LBM Eijkman Kembangkan Protein Rekombinan untuk Bibit Vaksin Corona
Lembaga Bio Molekuler (LBM) Eijkman berhasil menemukan 7 genom SARS-CoV-2 yang membantu dalam pengembangan vaksin Corona. Ketujuh genom tersebut sudah dikirim ke Global Initiative on Sharing ALL Influenza Data (GISAID).
GISAID merupakan inisiatif kerjasama antara pemerintah Jerman dengan organisasi nirlaba yang bertujuan menyediakan akses terhadap berbagai informasi genetik virus-virus yang menyebabkan epidemi seperti flu. Dalam acara peluncuran inovasi COVID-19, Presiden RI Joko Widodo pun menyambut baik kabar gembira ini.
"Lebih dari itu kita juga harus mampu menghasilkan vaksin sendiri. Saya gembira lembaga Eijkman sudah mendapatkan dari mengenai 7 urutan genom lengkap virus yang sangat berguna untuk pengembangan vaksin," ujar Jokowi pada Rabu (18/5/2020).
Selain itu, Eijkman kini disebut tengah melakukan pengembangan protein rekombinan. Pengembangan ini ditargetkan menjadi bibit vaksin virus Corona COVID-19.
"Dan saya sangat senang komunitas peneliti terus bekerja menemukan obat dan terapi yang efektif bagi pengobatan COVID," tambah Jokowi.
Studi: Banyak Ngomong dan Bersuara Keras Mudah Tularkan Virus Corona
Sebuah studi baru yang dilakukan ilmuwan dari National Institutes of Health telah menemukan bahwa partikel-partikel virus Corona yang dilepaskan saat berbicara dapat tetap berada di udara selama 8 hingga 14 menit dan menjadi peringatan bahwa penularan virus melalui udara mungkin lebih berisiko daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Meskipun telah diketahui bahwa batuk dan bersin dapat menularkan virus Corona melalui droplet, masih sangat sedikit penelitian mengenai risiko yang ditimbulkan saat berbicara.
"Ada kemungkinan besar bahwa berbicara dapat menyebabkan penularan virus melalui udara di lingkungan yang terbatas," tulis penelitian tersebut yang diterbitkan dalam The Proceedings of the National Academy of Sciences dikutip dari Asia One.
Studi ini menjelaskan bagaimana "berbicara normal menyebabkan penularan virus melalui udara di lingkungan terbatas." Ini termasuk di kantor, kapal pesiar dan panti jompo. Meskipun jumlah partikel virus yang diperlukan untuk satu orang untuk menginfeksi orang lain tidak diketahui, penelitian ini memperkuat kebutuhan untuk memakai masker dan menjaga jarak fisik sehingga penyebarannya tetap rendah.
Dalam studi disebutkan ada kekhawatiran dari pasien COVID-19 tanpa gejala yang kemungkinan besar menjadi sumber penularan. Selain itu diterangkan pula bahwa orang yang berbicara lantang dan keras lebih mudah menularkan virus Corona.
"Pengamatan yang dilakukan dengan cahaya laser sensitif telah mengungkap bahwa berbicara dengan keras dapat memancarkan ribuan droplet dari mulut per detik," tulis penelitan tersebut.
Pemindaian laser menunjukkan bahwa sekitar 2.600 tetesan droplet kecil yang dihasilkan per detik dari berbicara dengan suara normal. Ketika jumlah dan ukuran droplet yang sama diproyeksikan pada volume yang berbeda berdasarkan studi sebelumnya, mereka menemukan bahwa berbicara dengan suara keras dapat menghasilkan tetesan yang lebih besar dan dalam jumlah yang lebih banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar