Selasa, 19 Mei 2020

Ahli Ingatkan Lonjakan Kasus Positif Corona Jika PSBB Dilonggarkan

 Dalam rapat terbatasnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan belum membuat kebijakan terkait pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kebijakan pelonggaran tersebut baru sebatas skenario dan menunggu waktu yang tepat penerapannya.
Kepala Departemen Epiedemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Dr dr Tri Yunis Miko Wahyono, MSc, menyarankan agar pemerintah tidak melonggarkan PSBB di tengah penambahan kasus yang masih tinggi.

Menurutnya prediksi puncak wabah virus Corona di Indonesia dapat bergeser semakin lama ketika kebijakan PSBB dilonggarkan. Terlebih belum terdapat aturan yang jelas mengenai syarat dilonggarkannya PSBB.

Semula Miko memprediksi bahwa puncak wabah Corona di Indonesia akan terjadi Pada Juli.

"Saya perkirakan kasusnya 60-an ribu sampai bulan Juni. Puncaknya Juli kalau saya perkirakan," ungkap Miko saat dihubungi detikcom pada Senin (18/5/2020).

"Tapi tidak diperlonggar sampai bulan Juli. Kalau diperlonggar lagi akan lama lagi, mungkin Agustus atau September," lanjutnya.

Ia mengingatkan akan terjadi lonjakan kasus yang signifikan apabila pelonggaran PSBB dilakukan. Terlebih tren penambahan kasus di Indonesia masih terbilang tinggi hingga saat ini.

"Risikonya kasus ratusan ribu, kalau deteksinya ditingkatkan kemudian bisa 200 hingga 300 ribu," pungkasnya.

PPNI Sebut 'Indonesia Terserah' Bentuk Kekecewaan Sekaligus Optimisme Nakes

- Saat ini ramai ungkapan 'Indonesia Terserah' di media sosial. Banyak tenaga kesehatan (nakes) yang turut menyuarakan pandangan mereka melalui ungkapan ini, salah satunya adalah perawat.
Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Harif Fadhillah, SKep, SH, MKep, mengatakan ungkapan ini sebagai bentuk kekecewaan tenaga kesehatan terhadap masyarakat. Ini karena sering terjadi kasus pelanggaran protokol kesehatan seperti ramainya bandara hingga penuhnya pasar-pasar dan mal.

"Karena kita dari awal konsisten untuk menyatakan memutus mata rantai dengan stay at home, jaga jarak, pakai masker, cuci tangan, dan jaga kesehatan. Tetapi itu ternyata dilanggar semua, jadi bagaimana kita berharap untuk cepat selesai," ungkap Harif saat dihubungi detikcom, Senin (18/5/2020).

Harif kemudian menyebutkan bahwa ungkapan tersebut juga merupakan sebuah optimisme dari tenaga kesehatan. Mereka kembali mengajak masyarakat untuk melawan persebaran virus Corona dengan cara mematuhi protokol kesehatan.

"Begitu juga perasaan sebagian teman-teman bahwa ini optimisme terhadap harapan untuk cepat selesai. Mereka sebenarnya bertanya dalam konteks itu dengan tagar itu," kata Harif.

Pencegahan virus Corona tidak bisa hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan. Harif mengajak semua elemen, mulai dari pemerintah hingga masyarakat untuk mendukung tenaga kesehatan dan bersama-sama menekan angka penyebaran virus Corona dengan tetap di rumah.

"Perlu dukungan, itu salah satu suara minta dukungan bahwa yuk kita konsisten," tutupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar