Setelah viral karena ungkapan yang terkesan meremehkan virus Corona, YouTuber Indira Kalistha ditemani suaminya akhirnya meminta maaf lewat podcast di Channel Youtube Deddy Corbuzier. Sambil meneteskan air mata, ia meminta maaf pada semua pihak termasuk tenaga medis.
"Aku mau minta maaf sama semuanya. Aku nggak tahu omongan aku bakal jadi kayak gini. Aku sama sekali bukan untuk ngeremehin tenaga medis, nggak," ujar Indira sambil menangis.
"Aku mau minta maaf, kalian jangan dengerin omongan aku yang itu karena sebenarnya, aku tuh pakai masker dan aku itu juga bawa tisu basah. Jadi omongan aku bener-bener ngawur banget. Please kalian jaga kesehatan, selalu pakai masker, dan selalu jaga kebersihan," tutur Indira.
Dari permintaan maafnya tersebut, banyak netizen yang beranggapan bahwa Indira mengungkapkannya tidak tulus atau dari hati. Hal ini karena dianggap masih ngeles saat sang suami Gustaf Syailendra atau Utap, menyebut dirinya introvert. Bagaimana sih sebaiknya minta maaf yang tepat?
"Yang dimaksud minta maaf tulus adalah minta maaf yang memang didasari oleh kesadaran, bahwa orang tersebut telah melakukan kesalahan. Hal ini umumnya bisa dinilai dari komunikasi non verbal (gesture tubuh, mimik muka), dan komunikasi verbal (isi ucapan yang diutarakan, nada pengucapannya)," jelas Veronica Adesla, psikolog klinis Personal Growth pada detikcom, Senin (18/5/2020).
Menurut Veronica, antara ucapan dan sikap yang dimunculkan saat meminta maaf bisa menunjukkan apakah dia tulus melakukannya. Jika nada bicaranya tidak menunjukkan rasa penyesalan seperti terkesan memaksa, bisa saja permintaan maaf itu tidak tulus diungkapkannya.
"Misalnya seperti 'IYA! Saya minta maaf...tapi kan itu saya lakukan untuk kamu!' coba bayangkan jika teks tersebut diungkapkan dengan nada tinggi," katanya.
Namun, Veronica sendiri menilai bagaimana pun cara permintaan maaf itu sendiri tetap perlu diapresiasi, dan berharap itu dilakukan tanpa dorongan, paksaan, serta dalam keadaan sadar. Menurutnya, ia banyak sekali menemukan orang yang sulit mengucapkan maaf meskipun dirinya salah.
Pasar Ramai Jelang Lebaran, kenapa Sulit Tahan Godaan Beli Baju Baru?
Pada hari Minggu (17/5/2020), Pasar Anyar Bogor dilaporkan padat oleh pengunjung yang datang untuk membeli baju lebaran. Padahal kegiatan yang mengundang keramaian semacam itu kerap disebut berisiko menyebarkan virus Corona COVID-19.
"Tadi saya tanya sama Corona mereka takut. Mereka takut loh, sama Corona takut mereka. Saya tanya ibu nggak takut sama Corona? 'Takut sih Pak', katanya. 'Tapi kan gimana lagi, anak saya kan belum beli baju lebaran'." kata Kepala Satpol PP Kota Bogor, Agustiansyah, Minggu (17/5/2020).
Menjelang hari raya Idul Fitri 1441 H beberapa pasar dan mal di berbagai daerah di Indonesia mulai ramai dikunjungi oleh para pembeli. Bahkan di antaranya sampai mengobral barang dagangan agar menarik minat pembeli untuk datang.
Mengapa budaya 'beli baju lebaran' bisa membuat orang lupa diri dan menyampingkan bahaya dari virus Corona?
Menurut psikolog Rosdiana Setyaningrum, MPsi, MHPEd, dari Magna Cita Marlin, kemungkinan penyebab yang terjadi adalah karena adanya pola pendidikan yang salah. Sehingga orang-orang tidak bisa berpikir sebab-akibat dalam jangka panjang.
"Jadi orang itu terbiasa mikir yang pendek, karena sebelum-sebelumnya kita belum pernah dihadapkan pada konsekuensi yang langsung dan besar," kata Rosdiana kepada detikcom, Senin (18/5/2020).
"Kalau kita melihat secara psikologi perkembangan kognitif orang, memang nggak semua orang itu bisa berpikir sebab-akibat yang jangka panjang kalau cara pendidikannya salah," lanjutnya.
Rosdiana menjelaskan seseorang cenderung belum bisa sadar dan percaya dampak yang akan terjadi, apabila mereka belum merasakan atau melihatnya secara langsung.
"Jadi nggak ngeh aja bahwa ini memang bahaya. Jadi bahaya bagi mereka 'nggak nyata' di depan mata. Dia mungkin berpikir yang nyata di depan adalah Idul Fitri yang butuh baju baru," jelasnya.
"Jadi memang salah satunya itu adalah ketidakmampuan berpikir dalam jangka panjang, dan belum bisa memilih prioritas. Belum tahu yang harus diprioritaskan itu yang mana," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar