Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan bercerita pengalamannya selama menjabat sebagai Menteri BUMN. Menurutnya, yang sulit dalam memimpin BUMN adalah menghadapi sesama direksi yang sering bertengkar.
"Yang sulit di BUMN itu direksinya sering berebut pengaruh. Direksinya sering bertengkar dengan direktur utama (dirut) atau sesama direksi. Kemudian perbedaan itu dibaca oleh staf ke bawah dan masing-masing kemudian seperti punya pengikut internal di perusahaan itu," kata Dahlan dalam diskusi virtual bersama LP3ES, Senin (18/5/2020).
Dahlan yang sempat berkecimpung di dunia swasta merasakan betul perbedaan saat di BUMN. Jika di swasta sesama direksi tidak cocok langsung dipecat, di BUMN sesama direksi dinilai hal yang biasa.
"Saya lahir di swasta besar di swasta. Di swasta itu tidak ada direksi yang tidak cocok dengan dirutnya itu tidak ada, semua direksi harus cocok sama dirutnya karena kalau tidak diganti. Tapi di BUMN itu sangat biasa ada direksi tidak cocok dengan dirutnya. Dari pengalaman itu bahwa mulai waktu itu tidak boleh lagi direksi tidak boleh cocok sama dirutnya," ungkapnya.
Kejadian seperti itu tentu tidak baik bagi kesehatan perusahaan. Terlebih banyak direksi yang merangkap jabatan di perusahaan lain yang membuat masing-masing direksi tidak solid karena memiliki bos sendiri-sendiri.
"Direksinya kadang-kadang mencari backing di luar apakah dia politisi, apakah dia pejabat yang lebih tinggi sehingga katakanlah ada 5 direktur di 1 BUMN, bisa saja 5 direktur itu punya bos sendiri-sendiri. Nah ketika saya jadi Menteri BUMN saya tidak mau hal itu terjadi. Itu yang saya sebut harus ada loyalitas di dalam perusahaan itu kepada manajemennya," ucapnya.
Dahlan nampaknya ingin menutup rapat-rapat masa lalunya sebagai Menteri BUMN. Ia mengaku sudah 6 tahun tidak mau berbicara tentang BUMN karena takut dibilang masih mencampuri yang sudah bukan tugasnya. Ia juga mengaku sudah menghapus semua kontak direksi BUMN di teleponnya.
"Saya minta maaf harus bicara tentang BUMN. Tadi saya sudah bilang bahwa sudah 6 tahun tidak mau berbicara tentang BUMN tapi karena LP3ES yang minta yang saya sudah berutang budi itu, maka saya hari ini bicara tentang BUMN. Sebetulnya banyak yang saya sudah lupa dan tidak tahu bahkan telepon-telepon direktur-direktur BUMN sudah saya hapus waktu itu dari telepon saya," imbuhnya.
RI Produksi Antivirus, Yakin Bisa Tangkal Corona?
Indonesia akhirnya resmi mematenkan tiga produk antivirus Corona dalam bentuk minyak aromatik, inhaler dan ramuan serbuk berbahan dasar minyak atsiri (eucalyptus). Penemuan ini dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian (Kementan). Sedangkan, rencana produksi massalnya dikerjasamakan bersama PT Eagle Indo Pharma (Cap Lang).
"Nah pada hari ini Alhamdulillah, kita sudah bisa menghasilkan suatu inovasi yang nantinya akan kita tanda tangan bersama dengan PT Eagle Indo Pharma yang berbasis euchalyptus," ujar Plt. Sekretaris Balitbangtan Safarudin dalam acara Penandatanganan Kerja Sama terkait Lisensi Formula Antivirus Berbasis Minyak Eucalyptus, Senin (18/5/2020).
Untuk diketahui, yang dimaksud antivirus Corona ini sendiri sebenarnya bukanlah vaksin melainkan semacam obat penangkal virus Corona. Meski sekadar penangkal virus, seberapa efektif formula antivirus yang disiapkan Balitbangtan ini?
Menurut Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry formula yang mereka temukan ini adalah formula yang paling efektif menangkal virus Corona.
Berdasarkan hasil pengujian Balitbangtan terhadap berbagai tumbuhan yang berpotensi sebagai antivirus korona, disimpulkan bahwa yang paling efektif ditemukan adalah pada tanaman eucalyptus yang memiliki kandungan senyawa aktif 1,8-cineole (eucalyptol).
"Ini bukan obat oral, ini bukan vaksin, tapi kita sudah lakukan uji efektivitas, apalagi ini kan secara laboratorium secara ilmiah kita bisa buktikan, meskipun masih perlu uji lanjutan, tapi paling tidak ini kan bukan obat oral dan minyak eucalyptus ini sudah dari turun menurun digunakan orang dan toh sampai sekarang tiada masalah juga, sudah puluhan tahun lalu orang mengenal eucalyptus itu kan minyak kayu putih, meskipun berbeda sebenarnya satu famili beda genus di taksonomi," paparnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar