Rabu, 11 Maret 2020

Uniknya China Tandakan Status Sosial, Lewat Gerbang Rumah

Tradisi dan kultur masyarakat China memang menarik untuk diulik. Salah satunya adalah gerbang rumah yang jadi penanda status sosial di zaman dulu.

Kehidupan bersosialiasasi masyarakat sudah terbentuk sejak jaman dulu. Walau pun tak seperti sekarang. Untuk mempermudah pergaulan, masyarakat memberlakukan adanya status sosial.

Tak terkecuali dengan China yang pada saat itu berada dalam pengaruh kerajaan. Sehingga status sosial menjadi momok penting bagi sebuah keluarga.

Status sosial biasanya diberikan berdasarkan pekerjaan seseorang. Semakin bagus pekerjaannya, maka status sosialnya akan semakin tinggi.

Untuk menunjukkan status sosialnya, China punya cara yang unik. Status sosial sebuah keluarga akan terlihat pada pintu gerbang rumah.

detikTravel bersama Dwidaya Tour mendapat kesempatan untuk melihat keunikan ini di Kota Tua Baihuangzhou di Jinan, Shandong , China. Kawasan ini berisikan bangunan-bangunan masyarakat China pada jalan dulu.

Gerbang rumah masyarakat jaman dulu sedikit berbeda dengan sekarang. Dulu gerbangnya terbuat dari pintu kayu, mirip dengan model gerbang istana namun dalam ukuran kecil.

Sekilas memang tak ada bedanya gerbang rumah yang satu dengan lainnya. Tapi saat kamu melangkahkan kaki, akan terlihat pembatas gerbang yang harus dilangkahi.

Pembatas inilah yang menjadi tanda tinggi rendahnya status sosial sebuah keluarga atau seseorang. Seseorang yang berstatus sosial rendah seperti petani akan memiliki pembatas gerbang yang rendah.

Kalau pekerjaannya bagus, maka pembatas gerbang rumahnya akan semakin tinggi.

"Semakin tinggi statusnya saat itu, maka pembatas gerbang rumahnya akan semakin tinggi juga. Seperti yang ada di Forbidden City," ujar Ann, Sales Asia-Afria China Tourism Board.

Untuk masuk ke rumah seseorang ada peraturan yanng harus ditaati, berkaitan dengan pembatas di gerbang rumah. Seorang tamu haruslah melangkahkan kakinya melewati pembatas tersebut, tidak boleh menginjakkan kaki di atasnya.

"Menginjak pembatas gerbang rumah adalah hal yang tidak sopan. Artinya kamu tidak menghormati yang punya rumah," jelas Ann.

Serendah apa pun tingkatan status sosial pada jaman itu, menginjak pembatas gerbang rumah adalah hal yang dilarang. Biar berbeda status sosial, namun masyarakat dituntut untuk tetap saling menghormati satu sama lain. Sehingga keharmonisan tetap terjaga.

Busan, Kota yang Paling Berkesan di Korea Selatan

 Busan adalah kota yang berkesan. Musim Gugur yang dingin, kota yang bersih, fasilitas yang lengkap, membuat Busan semakin tak terlupakan.

Busan adalah kenangan pertama yang berkesan dan tidak mungkin saya lupakan. Pertama kali saya pergi ke luar negeri, saya mengujungi Busan di Korea Selatan. Pertama kali saya merasakan musim gugur, saya berada di Busan. Pertama kali saya menyadari bahwa saya belum melakukan apapun untuk hidup saya, saya merasakan itu di Busan.

Ketika itu saya tidak hanya jalan-jalan semata, namun juga ada kegiatan akademik yang harus saya lakukan. Kegiatan akademik inilah yang membuat saya dipertemukan orang-orang hebat, saya bisa bertemu dengan banyak profesor dan doktor baik dari Indonesia dan Korea yang pastinya memiliki banyak ilmu namun tetap rendah hati dan senantiasa membagi ilmu. Teman-teman serombongan saya juga tidak kalah keren, banyak dari mereka sudah menduduki posisi/jabatan strategis di tempat mereka bekerja. Memang benar peribahasa yang mengatakan seperti ilmu padi, kian berisi kian merunduk. Mendengar cerita hidup mereka beserta kerja keras dan pencapaian mereka, membuat saya menyadari bahwa saya belum melakukan apapun untuk hidup saya.

Perjalan saya ke Busan waktu itu, membuat saya bisa merasakan musim gugur dengan suhu mencapai kurang dari 10 derajat celcius saat pagi hari dan mencapai kurang dari 3 derajat celcius di malam hari. Berdasarkan info yang didapat dari ketua rombongan, Seoul saat itu bahkan sudah turun salju. Mungkin karena global warming, musim menjadi tidak teratur. Yang saya ingat, waktu itu suhu di ruangan diatur pada suhu 17 derajat celcius, dan saat itu saya sudah merasa hangat. Coba bayakangkan jika itu di Ungaran, pasti saya sudah merasa kedinginan. Udara dingin di Busan waktu itu bukan masalah berarti bagi saya, karena stamina saya saat itu sedang bagus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar