Busan adalah kota yang berkesan. Musim Gugur yang dingin, kota yang bersih, fasilitas yang lengkap, membuat Busan semakin tak terlupakan.
Busan adalah kenangan pertama yang berkesan dan tidak mungkin saya lupakan. Pertama kali saya pergi ke luar negeri, saya mengujungi Busan di Korea Selatan. Pertama kali saya merasakan musim gugur, saya berada di Busan. Pertama kali saya menyadari bahwa saya belum melakukan apapun untuk hidup saya, saya merasakan itu di Busan.
Ketika itu saya tidak hanya jalan-jalan semata, namun juga ada kegiatan akademik yang harus saya lakukan. Kegiatan akademik inilah yang membuat saya dipertemukan orang-orang hebat, saya bisa bertemu dengan banyak profesor dan doktor baik dari Indonesia dan Korea yang pastinya memiliki banyak ilmu namun tetap rendah hati dan senantiasa membagi ilmu. Teman-teman serombongan saya juga tidak kalah keren, banyak dari mereka sudah menduduki posisi/jabatan strategis di tempat mereka bekerja. Memang benar peribahasa yang mengatakan seperti ilmu padi, kian berisi kian merunduk. Mendengar cerita hidup mereka beserta kerja keras dan pencapaian mereka, membuat saya menyadari bahwa saya belum melakukan apapun untuk hidup saya.
Perjalan saya ke Busan waktu itu, membuat saya bisa merasakan musim gugur dengan suhu mencapai kurang dari 10 derajat celcius saat pagi hari dan mencapai kurang dari 3 derajat celcius di malam hari. Berdasarkan info yang didapat dari ketua rombongan, Seoul saat itu bahkan sudah turun salju. Mungkin karena global warming, musim menjadi tidak teratur. Yang saya ingat, waktu itu suhu di ruangan diatur pada suhu 17 derajat celcius, dan saat itu saya sudah merasa hangat. Coba bayakangkan jika itu di Ungaran, pasti saya sudah merasa kedinginan. Udara dingin di Busan waktu itu bukan masalah berarti bagi saya, karena stamina saya saat itu sedang bagus.
Mengunjungi Busan saat musim gugur, membuat saya bisa menikmati indahnya daun- daun pohon Gingko yang serempak menguning di sepanjang jalan. Saya ingat betul, saat itu saya dan teman saya bergantian mengambil foto di setiap pohon berdaun kuning yang kami lewati, sebagai ikon musim gugur, Halo Yellow Ginkgo. Pemandangan ini jelas tidak bisa saya lihat di Ungaran, karena pohon-pohon seperti Ketapang ataupun Kiara Payung yang biasa ditanam pingir jalan akan selalu hijau. Secara berkala, akan ada petugas dari dinas terkait yang akan menyiram menggunakan mobil pemadam kebakaran. Jadi jika ada pohon-pohon yang cenderung layu dan berdaun kuning di Ungaran, itu pertanda mungkin dinas tersebut kurang merawat pohon penghijauan.
Selain menikmati indahnya pemandangan di jalanan Busan, saya juga merasa bangunan di Busan cukup unik. Dari jendela hotel, saya dapat melihat dengan jelas banyak gedung bertingkat yang bentuknya serupa balok dan warna-warni. Yang terlintas dipikiran saya saat itu adalah mengapa di bangunan-bangunan itu sama sekali tidak ada jemuran. Maklum saya lupa jika saat itu sedang musim gugur yang suhu udaranya sangat dingin, jadi dapat dipastikan jika kita menjemur pakaian di luar ruangan, baju yang kita jemur akan menjadi kaku persis seperti baju Ana Frozen saat adegan tercebur di air saat mengejar Elsa. Jika di Ungaran, mungkin masalah jemuran hanya terjadi saat musim hujan saja, nikmat juga tinggal di negara tropis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar