Polewali Mandar di Sulawesi Barat memiliki banyak lokasi wisata yang sayang untuk dilewatkan. Salah satunya Pulau Karamasang, yang cantik tapi tersembunyi.
Pulau Karamasang terletak di wilayah Kelurahan Ammassangan, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Pulau ini keberadaannya belum ramai dikunjungi wisatawan.
Pulau Karamasang ini berada di antara deretan pulau-pulau kecil di Teluk Mandar. Karamasang terletak pada posisi paling timur diantara jejeran pulau di daerah ini.
Untuk menjangkau Pulau Karamasang, pengunjung bisa menumpangi perahu tradisional. Oleh masyarakat lokal, perahu ini disebut perahu 'lopi' katinting.
Dengan tarif Rp 10 ribu untuk setiap orang, waktu tempuh menuju ke pulau ini cukup 10 menit saja dari pangkalan ojek perahu di Kelurahan Ammassangan.
Selain menawarkan keindahan hamparan pasir putih dan air laut berwarna biru jernih, di pulau kecil ini pengunjung dapat menyaksikan keindahan matahari terbit maupun yang akan terbenam.
"Di sana bisa lihat sunrise dan sunset. Kalau sunrise dari balik perbukitan deretan pulau. Kalau sunset kita bisa lihat di laut," kata salah seorang pengunjung, Askar kepada detikTravel, Senin (14/01/19).
Askar mengaku Pulau Karamasang memiliki keindahan dengan ciri khas tersendiri. "Ibaratnya pulau ini adalah surga tersembunyi di Polewali Mandar," puji Askar.
Sementara itu pengelola objek wisata Pulau Karamasang, Arfa mengatakan, upaya pembenahan terus dilakukan agar keberadaan objek wisata ini bisa terus menarik minat pengunjung.
"Agar menarik minat dan membuat pengunjung merasa nyaman. Saat ini kita tengah membangun sejumlah gazebo, toilet, dan fasilitas penunjang lainnya," ujar Arfa.
Pengelola juga berharap dinas terkait dalam hal ini Dinas Pemuda dan Pariwisata Polman dapat memberikan dukungan dan bantuan agar Pulau Karamasang bisa menjadi salah satu destinasi kunjungan wisata yang ada di Kabupaten Polewali Mandar.
Uniknya China Tandakan Status Sosial, Lewat Gerbang Rumah
Tradisi dan kultur masyarakat China memang menarik untuk diulik. Salah satunya adalah gerbang rumah yang jadi penanda status sosial di zaman dulu.
Kehidupan bersosialiasasi masyarakat sudah terbentuk sejak jaman dulu. Walau pun tak seperti sekarang. Untuk mempermudah pergaulan, masyarakat memberlakukan adanya status sosial.
Tak terkecuali dengan China yang pada saat itu berada dalam pengaruh kerajaan. Sehingga status sosial menjadi momok penting bagi sebuah keluarga.
Status sosial biasanya diberikan berdasarkan pekerjaan seseorang. Semakin bagus pekerjaannya, maka status sosialnya akan semakin tinggi.
Untuk menunjukkan status sosialnya, China punya cara yang unik. Status sosial sebuah keluarga akan terlihat pada pintu gerbang rumah.
detikTravel bersama Dwidaya Tour mendapat kesempatan untuk melihat keunikan ini di Kota Tua Baihuangzhou di Jinan, Shandong , China. Kawasan ini berisikan bangunan-bangunan masyarakat China pada jalan dulu.
Gerbang rumah masyarakat jaman dulu sedikit berbeda dengan sekarang. Dulu gerbangnya terbuat dari pintu kayu, mirip dengan model gerbang istana namun dalam ukuran kecil.
Sekilas memang tak ada bedanya gerbang rumah yang satu dengan lainnya. Tapi saat kamu melangkahkan kaki, akan terlihat pembatas gerbang yang harus dilangkahi.
Pembatas inilah yang menjadi tanda tinggi rendahnya status sosial sebuah keluarga atau seseorang. Seseorang yang berstatus sosial rendah seperti petani akan memiliki pembatas gerbang yang rendah.
Kalau pekerjaannya bagus, maka pembatas gerbang rumahnya akan semakin tinggi.
"Semakin tinggi statusnya saat itu, maka pembatas gerbang rumahnya akan semakin tinggi juga. Seperti yang ada di Forbidden City," ujar Ann, Sales Asia-Afria China Tourism Board.
Untuk masuk ke rumah seseorang ada peraturan yanng harus ditaati, berkaitan dengan pembatas di gerbang rumah. Seorang tamu haruslah melangkahkan kakinya melewati pembatas tersebut, tidak boleh menginjakkan kaki di atasnya.
"Menginjak pembatas gerbang rumah adalah hal yang tidak sopan. Artinya kamu tidak menghormati yang punya rumah," jelas Ann.
Serendah apa pun tingkatan status sosial pada jaman itu, menginjak pembatas gerbang rumah adalah hal yang dilarang. Biar berbeda status sosial, namun masyarakat dituntut untuk tetap saling menghormati satu sama lain. Sehingga keharmonisan tetap terjaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar