Minggu, 01 Maret 2020

Soal Sampah di Pantai Belitung, Wisatawan Diminta Sadar Diri

Salah satu sumber sampah di pantai-pantai Belitung adalah berasal dari wisatawan. Maka itu, wisatawan diminta sadar diri untuk menjaga kebersihan.

Baru-baru, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyoroti sampah di pantai Belitung lewat Instagram pribadinya. Jumlahnya cukup banyak, terutama botol plastik minuman di pinggiran pantai.

Susi terlihat geram pada wisatawan yang asal buang sampah sembarangan. Dia pun meminta Pemda Belitung untuk menangani masalah sampah di pantainya.

Wakil Bupati Belitung, Isyak Meirobie mengaku sudah melakukan langkah-langkah pencegahan dan pembersihan sampah. Namun selain itu, dia juga meminta wisatawan yang datang berlibur ke Belitung untuk sadar diri dan menjaga kebersihan.

"Wisatawan juga harus menyadari, kalau alam ini rusak nanti mereka tidak bisa menikmati lagi," kata Isyak kepada detikTravel, Rabu (6/2/2019).

Isyak menjelaskan, salah satu sumber sampah di pantai-pantai Belitung berasal dari wisatawan. Banyaknya bekas botol plastik minuman dan makanan, tentu membuat pemandangan tak sedap dipandang.

"Bayangkan, tahun 2018 kemarin Belitung dikunjungi 460 ribu wisatawan padahal penduduk Belitung hanya 180 ribuan. Kalau satu wisatawan misalnya minum dari botol plastik 2 kali selama main di pantai, dikalikan saja bisa berapa banyak bekas botol plastiknya," papar Isyak.

Ke depannya, Isyak juga meminta tour guide di Belitung sebagai mentor kebersihan. Tour guide dinilai menjadi garda terdepan untuk mencegah wisatawan buang sampah sembarangan.

"Tour guide harus jadi mentor kebersihan, jadi mereka yang harus mengarahkan supaya wisatawan tidak membuang sampah sembarangan. Kami pun akan memasang plang dilarang buang samph dan menyediakan tempat pembuangan strategis," tutupnya.

Bukan Semua Area Taman Nasional, Hanya Pulau Komodo yang Akan Ditutup

Wacana penutupan TN Komodo berkembang ke babak baru. Wacananya bukan keseluruhan taman nasional, tapi hanya Pulau Komodo yang akan ditutup.

Hal itu pun dijelaskan oleh Dirjen KSDAE KLHK Wiratno di lantai 8 ruang rapat Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE) KLHK, Jakarta, Rabu (6/2/2019). Bersama dia hadir juga Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan NTT, Alexander Sena serta sejumlah stakeholder terkait.

"Hanya Pulau Komodo, bukan Taman Nasional Komodo, snorkeling hampir di 43 dive spot yang bagus-bagus masih bisa dilakukan" ujar Wiratno.

Faktanya, Komodo tak hanya dapat ditemui di Pulau Komodo saja melainkan juga di pulau sekitar dalam area taman nasional seperti Pulau Rinca dan lainnya. Untuk itu, pihak KLHK juga akan melakukan pengawasan pada Komodo di luar Pulau Komodo.

"Tentu di pulau lain kita melakukan peningkatan pengelolaan. Itu di Rinca juga banyak Komodonya. Khusus Komodo ini juga akan dicermati sehingga sifat liarnya tetap bisa ada di situ," ujar Wiratno.

Di luar TN Komodo, ternyata Komodo juga ada di Pulau Flores. Hanya saja seperti diungkapkan oleh Wiratno, ukurannya lebih kecil dari Komodo di TN Komodo.

"Pulau Ontoleo di Riung 17 Pulau, uniknya di sana nggak ada rusa. Indikasinya dia makan kelelawar. Cuma Komodo yang di Flores ini lebih kecil, lebih ramping karena kemungkinan pakannya juga terbatas," ujar Wiratno.

Imbasnya Pada Wisatawan

Wacana penutupan Pulau Komodo tentu akan berdampak pada wisatawan yang telah melakukan pemesanan paket wisata di TN Komodo. Apabila wacana itu telah sah, traveler masih tetap bisa wisata di TN Komodo. Namun, tak bisa di Pulau Komodo.

"Terhadap paket-paket wisata yang telah terlanjur dijual, tetap dapat dilanjutkan kecuali di Pulau Komodo apabila berdasarkan rekomendasi tim terpadu diputuskan untuk ditutup," tambah Wiratno.

Di luar Pulau Komodo, TN Komodo masih memiliki Pulau Rinca, Pulau Padar, Gili Lawa Darat dan sejumlah destinasi lainnya seperti diving spot yang tak kalah indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar