Lebih dari 10 juta dosis vaksin COVID-19 telah diberikan ke masyarakat mulai dari tenaga kesehatan hingga lansia. Hal ini sekaligus menempatkan Indonesia dalam posisi 4 besar negara yang bukan produsen vaksin, tapi telah melakukan penyuntikan di atas 10 juta.
"Saat ini, laju penyuntikan vaksin kita telah mencapai 500.000 suntikan per hari dan kita sudah tembus 10 juta penyuntikan Jumat (26/3). Dengan capaian ini, Indonesia masuk dalam posisi 4 besar negara di dunia yang bukan produsen vaksin, tapi tertinggi dalam melakukan penyuntikan. Kita di bawah Jerman, Turki, dan Brasil dan berhasil melampaui Israel dan Perancis. Ini sebuah kabar gembira," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dikutip dari laman sehatnegeriku.kemkes.go.id, Selasa (30/3/2021).
Budi juga mengatakan vaksin COVID-19 sudah menjadi isu geopolitik. Sebab negara-negara di seluruh dunia saling berebut untuk mendapatkan vaksin. Oleh sebab itu, vaksin yang tersedia adalah yang terbaik untuk digunakan.
Ia melanjutkan, pemerintah harus mengombinasikan penggunaan berbagai macam merek vaksin COVID-19 dalam rangka memenuhi kebutuhan vaksin untuk seluruh populasi sasaran. Tidak ada satupun produsen vaksin di dunia ini yang dapat memenuhi seluruh permintaan negara-negara besar seperti Indonesia.
"Indonesia beruntung karena sudah menjalin kerja sama dengan 4 produsen vaksin, yaitu Sinovac, Astrazeneca, Novavax, dan Pfizer. Ketersediaan vaksin menjadi sangat penting dalam menjaga kelancaran program vaksinasi pemerintah," ungkapnya.
Sebelumnya saat konferensi pers di Istana Negara Budi mengatakan vaksinasi yang dilakukan di Indonesia sudah menembus 10 juta dengan kecepatan harian mendekati 500.000 penyuntikan. Ditargetkan, bulan Maret dan April dengan ketersediaan vaksin 15 juta dosis per bulan, sudah sesuai kecepatan penyuntikannya.
Namun ada beberapa catatan yang disampaikan oleh Budi kepada Presiden Jokowi perihal lonjakan kasus COVID-19 di beberapa negara, termasuk di India, yang memicu terjadinya embargo vaksin.
https://tendabiru21.net/movies/taste-of-love-3/
"Adanya embargo vaksin akan mengganggu kedatangan vaksin atau ketersediaan vaksin beberapa bulan ke depan, terutama yang berasal dari negara yang melakukan embargo. Jadi kita perlu hati-hati mengatur laju penyuntikan agar tidak ada kekosongan vaksin nantinya," imbuh Budi dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden.
Lebih lanjut Budi menuturkan, kini beberapa negara khususnya di Eropa yang tengah mengalami kenaikan kasus akibat adanya strain baru yang ditemukan dan mobilitas yang terlalu agresif. Ia mengatakan, Presiden Joko Widodo juga telah memberikan arahan untuk mencari titik keseimbangan agar hasil penurunan yang bagus berkat program PPKM Mikro dan vaksinasi tidak sia-sia.
Untuk itu, Budi menuturkan agar siapa pun yang sudah melakukan vaksinasi untuk tetap menerapkan protokol kesehatan sehingga tren COVID-19 di Indonesia bisa terus turun dan tidak mengalami lonjakan seperti yang dialami di Eropa.
Ia juga mengingatkan vaksinasi juga tidak membuat siapapun kebal terhadap virus. Vaksinasi dapat membuat antibodi seseorang menjadi lebih baik, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat tertular dan menularkan kembali.
"Tapi vaksinasi bukan membuat kita kebal tidak mungkin terkena, tetapi itu masih bisa terkena. Cuma karena antibodi kita sudah baik itu akan segera bisa cepat sembuh dan tidak usah masuk ke rumah sakit, tetapi masih bisa menularkan. Sehingga tetap memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, jadi dengan adanya strain baru tidak usah kita khawatirkan," tutur Budi.
Budi juga mengingatkan masyarakat dan mengajak lansia yang berusia 60 tahun ke atas untuk divaksinasi. Hal ini mengingat mayoritas pasien yang masuk rumah sakit dan wafat adalah lansia.
Ia juga mengimbau kepada kepala daerah dan juga tenaga kesehatan untuk lebih konsentrasi memberikan vaksin kepada lansia.
"Karena Insyaallah, kalau ini sudah kita berikan, kalau nanti apa-apa lagi yang masuk rumah sakit dan yang wafat akan sangat rendah. Kalau kita bisa segera melakukan vaksinasi untuk yang usia 60 tahun ke atas akan sangat kecil tekanan rumah sakit dan juga tenaga kesehatan kita," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar