Senin, 22 Maret 2021

Driver Online di Inggris Jadi Karyawan, di RI Bisa Juga?

 Driver online di Inggris beberapa waktu lalu berhasil memenangi gugatan untuk menjadi karyawan dan mendapatkan upah minimum di Mahkamah Agung Inggris. Sebelumnya, skema mitra diterapkan kepada para pengemudi taksi online di Inggris.

Dengan skema mitra para driver tidak mendapatkan hak-hak pekerja macam karyawan. Skema mitra semacam ini juga diterapkan kepada para pengemudi taksi online dan juga ojek online di Indonesia.


Bila di Inggris driver bisa jadi karyawan dan mendapatkan upah minimum, apakah hal itu bisa terjadi di Indonesia?


Ketua umum Asosiasi Driver Online (ADO) Taha Syafaril mengatakan sebetulnya putusan Mahkamah Agung Inggris bisa juga terjadi di Indonesia. Syaratnya, ada gugatan yang diajukan dan hakim memakai prinsip yurisprudensi.


Yurisprudensi sendiri adalah keputusan-keputusan dari hakim terdahulu untuk menghadapi suatu perkara yang tidak diatur di dalam UU dan dijadikan sebagai pedoman bagi para hakim yang lain untuk menyelesaikan suatu perkara yang sama.


"Sebenarnya bisa aja dituntut kayak gitu di sini, misal ada pengacara atau siapa yang pintar, dituntut bisa aja. Ini kan bisa prinsip yurisprundensi, hakim itu kan boleh memutuskan dengan memakai kasus yang hampir sama di tempat lain," ungkap pria yang akrab disapa Ariel kepada detikcom, Senin (22/3/2021).


Yang jadi masalah, menurutnya kalau cuma pihaknya yang menuntut rasanya tidak akan kuat dan kurang dukungan. Dia menilai pihaknya butuh dukungan untuk melakukan tuntutan itu supaya dimenangkan.


Di Inggris saja, Yaseen Aslam yang memenangkan tuntutan butuh waktu bertahun-tahun bertarung di pengadilan.


"Kalau mau langsung tuntut, ini susah juga kalau nggak ada yang ngedukung. Itu aja Yaseen Aslam bertahun-tahun kan, dia ada dukungan dari serikat pekerja yang kuat di sana," ungkap Ariel.

https://cinemamovie28.com/movies/spawn/


Permintaan Tinggi, Produksi GeNose Digenjot ke 15 Ribu/Bulan


Untuk meningkatkan testing yang lebih murah dan efisien di tempat-tempat tertentu, pemerintah menargetkan bisa menambah produksi GeNose setiap bulannya.


Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan GeNose ditargetkan bisa diproduksi menjadi 10 ribu sampai 15 ribu buah pada bulan Juni atau Juli.


"Diharapkan produksi GeNose dari 3 ribu per bulan bisa menjadi 10-15 ribu per bulan pada Juni Juli mendatang. Sebagai promotor, UGM diharapkan bisa mereplikasi manufaktur yang ada, karena demand sekarang banyak dan produksi harus ditingkatkan," kata dia dalam konferensi pers, Senin (22/3/2021).


Airlangga mengatakan GeNose ini memang alat deteksi COVID-19 dengan cepat hasil karya anak bangsa. Cocok untuk mendukung PPKM Mikro dan untuk persiapan aktivitas di sekolah dan perguruan tinggi.


Atau tempat-tempat yang membutuhkan screening harian namun membutuhkan waktu yang cepat dan efisien. "Dengan GeNose ini lebih praktis karena hanya tinggal meniup alat dan dicek GeNose tentu digunakan di berbagai tempat atau stasiun yang dibutuhkan untuk mobilitas tinggi, kemarin PT KAI menerapkan harga Rp 30 ribu termurah dibanding yang lain," tambah dia.


Pada pekan lalu PT KAI mengumumkan tarif pemeriksaan COVID-19 melalui GeNose C19 mengalami kenaikan menjadi Rp 30 ribu dari sebelumnya Rp 20 ribu per orang.


VP Public Relations KAI, Joni Martinus mengatakan KAI akan semakin meningkatkan pelayanan pemeriksaan GeNose C19 di stasiun dengan secara bertahap menambah lokasi pemeriksaan GeNose C19.


Untuk meningkatkan pelayanan, pemeriksaan GeNose C19di stasiun nantinya akan terintegrasi dengan ticketing system KAI sehingga hasil pemeriksaan GeNose C19 pelanggan akan otomatis muncul pada layar boarding petugas. Saat ini fitur tersebut sedang dalam tahap finalisasi.

https://cinemamovie28.com/movies/loose-women/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar