Belakangan ini, linimasa media sosial diramaikan oleh video viral para pemudik yang mengamuk, bahkan memaki ketika ditegur petugas di titik penyekatan. Berawal dari video viral, wajah pemudik kini ramai jadi guyonan dan cemooh pengguna media sosial.
Psikolog Anastasia Sari Dewi, founder pusat konsultasi Anastasia and Associate menjelaskan, 'sanksi' berupa memviralkan ini rupanya tak selalu berimbas baik. Di satu sisi, pelanggar larangan mudik mungkin jera. Masyarakat yang menonton pun menjadi terpengaruh untuk mematuhi aturan larangan mudik.
Namun di lain sisi, mempertontonkan adegan semacam ini rupanya bisa melunturkan simpati publik. Penonton menjadi berlomba-lomba untuk menyebarluaskan tontonan. Alih-alih informatif, sikap ini justru bisa mengabaikan esensi sebenarnya, yakni membantu sesama.
"Orang jadi kurang bisa bersimpati atau berempati pada orang lain karena lebih menilai itu sifatnya tontonan. Lebih banyak orang yang merekam satu kejadian dibanding yang membantu," ujar Sari pada detikcom, Selasa (18/5/2021).
Menurut Sari, masyarakat perlu paham bahwa apa yang dipertontonkan melalui media sosial mungkin saja hanyalah potongan dari apa yang sebenarnya terjadi, tidak utuh, atau bahkan setting-an. Tak tertutup kemungkinan, konten yang diviralkan tak sepenuhnya akurat dan pantas disebarluaskan dengan tujuan menginformasi.
Seringkali, penyebarluasan video justru dilatarbelakangi kepentingan tertentu. Jika tidak disikapi dengan cermat dan asal viralkan, bisa menimbulkan kerancuan dan bias pada publik.
"Untuk menyikapi seperti ini, kita kan masyarakat khususnya yang tingkat pendidikan memang menengah ke bawah sangat disayangkan malas mencari informasi seakurat mungkin. Terburu-buru menganalisa atau menarik kesimpulan dengan info yang ada," ujar Sari.
"Semakin disajikan dengan cara yang menggiring opini publik, seringkali orang-orang ini lebih cepat terpengaruh atau berpikir secara pendek. Hal ini tentu sangat disayangkan. Sarannya adalah jangan langsung meneruskan berita apa pun yang sudah ada di medsos," lanjutnya.
https://kamumovie28.com/movies/king-cobra/
Studi Sebut Kombinasi Vaksin COVID-19 Pfizer-AstraZeneca Lebih Efektif
Sebuah penelitian awal di Spanyol menunjukkan kombinasi antara vaksin COVID-19 AstraZeneca dan Pfizer sangat aman dan efektif. Penelitian tersebut memberikan suntikan dosis pertama pada relawan dengan vaksin Pfizer, kemudian dosis keduanya vaksin AstraZeneca.
Studi Combivacs yang dilakukan oleh Carlos III Health Institute menemukan adanya antibodi IgG dalam aliran darah responden yang 30-40 kali lebih tinggi setelah mendapat campuran dosis tersebut. Ini lebih tinggi dibandingkan orang yang hanya mendapat satu dosis vaksin Pfizer atau AstraZeneca saja.
Peneliti menemukan bahwa jumlah antibodi meningkat 7 kali lipat setelah mendapat vaksin dosis pertama dari Pfizer. Kemudian, jumlahnya meningkat signifikan setelah diberi suntikan kedua dengan AstraZeneca.
Dari ratusan relawan berusia 18-59 tahun yang ikut dalam studi ini, hanya 1,7 persen saja yang melaporkan efek samping parah. Salah satu pemimpin penelitian Dr Magdalena Campins mengatakan efek samping umum yang muncul, seperti sakit kepala, nyeri otot, dan merasa tidak enak badan.
"Ini bukan gejala yang bisa dianggap serius," kata Dr Campins yang dikutip dari Global News, Rabu (19/5/2021).
Penelitian ini dilakukan setelah Spanyol sempat membatasi penggunaan vaksin AstraZeneca di negaranya. Hal ini berkaitan dengan adanya efek samping pembekuan darah.
Studi ini diharapkan bisa kembali mendorong orang-orang yang telah sebelumnya mendapat suntikan pertama vaksin AstraZeneca.
"Hasil hari ini mendukung kemungkinan memvaksinasi pasien yang telah menerima dosis pertama dari AstraZeneca. Tetapi, keputusannya tidak tergantung pada penyelidikan studi ini," jelas direktur klinis di Carlos III Health Institute, Jesus Antonio Frias.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar