Menanggapi temuan 54 kasus COVID-19 di RI yang disebabkan dari 'Variant of Concern' (VoC) atau varian yang diwaspadai dunia, dokter paru membenarkan penggunaan masker dobel untuk melindungi diri.
Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dan dokter spesialis paru, dr Erlina Burhan, SpP(K) menjelaskan, sebelum ada temuan varian ganas pun, penggunaan masker dobel sebenarnya sudah direkomendasikan.
"Double masker (medis plus kain) memang memberikan perlindungan yang lebih tinggi dibandingkan single masker. Perlindungan terhadap virus tanpa melihat variannya," ujarya pada detikcom, Rabu (26/5/2021).
Mengingat, varian baru ini dikhawatirkan oleh dunia lebih ganas dibanding varian pada kasus COVID-19 lainnya.
Pasalnya, varian ini diketahui memiliki mutasi yang bisa memengaruhi kemampuan penularan, kepekaan alat tes, tingkat keparahan gejala, dan kemampuan virus menghindar dari sistem kekebalan tubuh.
Varian tersebut tak lain B117 dari Inggris, B1351 dari Afrika Selatan, dan B1617 dari India.
Sebelumnya, juru bicara Satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito menegaskan bahwa mendobel masker tak boleh dilakukan sembarangan karena justru bisa mengganggu kemampuan filtrasi masker.
Ditegaskan, masker medis tidak boleh didobel dengan masker medis lainnya. Demi keamanan, masker medis hanya boleh dilapis dengan masker kain.
Begitu pula masker KN95, tak boleh digunakan berlapis dengan jenis masker lainnya.
Sejalan dengan paparan Prof Wiku, dr Erlina menyebut bahwa yang direkomendasikan digunakan dobel adalah masker medis dengan masker kain. Ia membenarkan, penggunaan masker medis secara berlapis justru bisa mengganggu efektivitas masker dalam menyaring virus.
https://maymovie98.com/movies/frittata-allitaliana/
Faskes Malaysia Mulai Kewalahan Imbas Lonjakan COVID-19, Warga 'Ngamuk'
COVID-19 di Malaysia semakin parah, negara ini kembali mencatatkan rekor penambahan kasus Corona sebanyak 7.289 kasus pada Selasa (25/5/2021) kemarin. Lonjakan ini pun memicu kemarahan warga Malaysia.
Banyak rumah sakit di Malaysia yang sudah mulai kewalahan dalam menangani pasien. Tingkat keterisian tempat tidur dan ICU untuk pasien Corona pun disebut telah mencapai 70 persen.
Terlebih dengan beredarnya sebuah video yang menunjukkan pasien Corona di Malaysia meninggal di sebuah lokasi karantina setelah lima tenaga medis mencoba menyelamatkan nyawa pasien tersebut. Ini membuktikan betapa kewalahannya fasilitas kesehatan di negara itu dalam menghadapi COVID-19.
Warga Malaysia pun menyampaikan duka dan amarahnya lewat media sosial dengan menggunakan tagar #KekaisaranGagal. Diketahui, tagar ini telah digunakan selama beberapa minggu terakhir untuk mewakili kekecewaan warganya terhadap pemerintah dalam menangani COVID-19.
"Kapal kami tenggelam. Kapten sudah ketinggalan zaman," ucap salah satu pengguna Twitter dengan menggunakan tagar tersebut, dikutip dari Reuters.
Malaysia telah menetapkan keadaan darurat semenjak bulan Januari. Meski begitu, pemerintahan di bawah Perdana Menteri Muhyiddin Yassin tampak masih kesulitan dalam mengendalikan COVID-19.
Pihak Kementerian Kesehatan Malaysia dan Muhyiddin pun belum memberikan tanggapan terkait hal ini.
Diketahui, pasien Corona yang meninggal dalam video tersebut bernama Abdul Malik Daim (43). Ia meninggal dunia pada Sabtu (22/5/2021) kemarin, setelah tiga hari dinyatakan positif COVID-19.
Menurut keterangan saudaranya, Abdul Rahim Daim, Abdul Malik termasuk pasien yang berisiko rendah, karena hanya mengalami gejala batu-batuk. Namun, ia memiliki tekanan darah tinggi dan juga obesitas.
"Mungkin mereka harus melakukan pemeriksaan lagi atau meminta pasien untuk saling waspada, sehingga mereka bisa mendapatkan bantuan sesegera mungkin," kata Abdul Rahim.
Menanggapi kemarahan publik, Muhyiddin mengaku siap untuk dikritik. Namun, ia meminta kepada warganya untuk saling bekerja sama dalam melawan COVID-19.
https://maymovie98.com/movies/it-will-hurt/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar